Toxic Positivity: Positif yang Justru Menjadi Negatif

IMG 20240909 WA0005

Tahukah kalian apa itu toxic positivity?
Toxic positivity adalah keadaan ketika seseorang secara terus-menerus menekankan pentingnya berpikir positif dan mengabaikan atau menekan emosi negatif. Hal ini sering kali dilakukan dengan niat baik untuk memberikan semangat atau motivasi. Namun, dapat berbalik menjadi dampak negatif jika tidak sesuai dengan keadaan atau perasaan sebenarnya yang dialami oleh individu.

Apa dampak dari toxic positivity?
Menurut dr. Anna Elissa, seorang spesialis kesehatan jiwa, toxic positivity dapat membawa berbagai dampak buruk bagi pelaku maupun korban.
1. Dampak pada Korban
– Isolasi Sosial
Korban dapat merasa terisolasi karena merasa tidak ada yang memahami situasi mereka, sehingga mereka merasakan kesepian yang mendalam.
– Merasa Tidak Dihargai atau Didengarkan
Korban seringkali merasa bahwa perasaan mereka diabaikan dan kebutuhan emosional mereka tidak diakui.
Insecurity
Pelaku toxic positivity sering kali membuat korban mempertanyakan dirinya sendiri, yang dapat berujung pada rasa tidak aman atau rendah diri.

2. Dampak pada Pelaku
– Hubungan Sosial yang Negatif
Hubungan dengan orang lain dapat menjadi renggang atau negatif karena kurangnya pemahaman emosional dan empati.
– Perasaan Terkucilkan
Pelaku yang terus-menerus mendorong positif tanpa memahami konteks bisa merasa terkucilkan dari realitas emosional yang sesungguhnya.
– Gangguan Kesehatan Mental
Jika terus dilakukan, toxic positivity dapat memperburuk kondisi kesehatan mental, baik pada pelaku maupun korban.
Anxiety
Usaha untuk terus menekan emosi negatif dapat menyebabkan stres dan kecemasan yang berkepanjangan.

Lalu, apa sih penyebab toxic positivity?
Menurut Samha et al. (2022), ini terjadi karena kita sering kali berusaha berpikir positif secara berlebihan tanpa sadar. Penggunaan kata-kata motivasi yang seharusnya positif malah bisa berdampak negatif jika tidak sesuai dengan situasi. Jadi, ketika menghadapi masalah, menekan emosi negatif justru dapat memperburuk keadaan.

Nah, bagaimana cara mengatasi toxic positivity?
Ayo, ikuti beberapa tips di bawah ini!
1. Akui dan Validasi Emosi
Terima bahwa emosi negatif itu normal. Jangan abaikan perasaan orang lain.
2. Jangan Terlalu Fokus pada Positif Berlebihan
Jangan paksa pola pikir positif di semua situasi. Biarkan perasaan negatif juga mendapat perhatian.
3. Berlatih Empati
Dengarkan dengan penuh perhatian dan coba pahami perasaan orang lain tanpa memberikan saran yang tidak sesuai.
4. Hindari Kalimat Penyemangat yang Klise
Gunakan kalimat yang lebih mendukung, seperti “Aku mengerti ini sulit, bagaimana aku bisa membantu?” daripada “Semua akan baik-baik saja.”
5. Konsultasi dengan Ahli
Jika toxic positivity sudah berdampak pada kesehatan mental, jangan ragu untuk bicara dengan psikolog atau terapis.

Toxic positivity mungkin terlihat seperti bentuk dukungan, tetapi dapat membawa dampak negatif jika tidak dilakukan dengan hati-hati. Mari kita belajar untuk lebih memahami dan menghargai perasaan satu sama lain. Setiap emosi, baik positif maupun negatif, memiliki tempatnya masing-masing.

Ayo, mulai sekarang, ciptakan lingkungan yang lebih empati dan penuh pengertian. Dengan begitu, kita dapat mendukung satu sama lain dengan cara yang lebih nyata dan berarti.

Penulis: Silvia Ripa Nurkaromah
Penyunting: Raisa Fadilah Ramadani
Ilustrator: Adinda Aulia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *