Eko Prasetyo Suarakan Kebebasan Akademik pada OMBUS 2025

Sumber Foto John Gemercik Media 2

Gemercik News – Universitas Siliwangi (14/08). Founder Social Movement Institute, Eko Prasetyo mengisi materi yang berjudul ‘Aktivisme’ di dalam rangkaian Orientasi Mahasiswa Baru Universitas Siliwangi (OMBUS) 2025 pada Rabu (13/08). Eko mendukung kebebasan akademik karena idealnya mahasiswa memberikan kritik di ruang-ruang akademik.

“Kampus harus memiliki kebebasan akademik sehingga menyatakan protes dan kritik itu harus dipertahankan. Menurut saya, kebebasan akademik kampus yang terancam adalah masalah yang utama,” ucap Eko kepada Gemercik pada (13/08).

Eko Prasetyo juga mengungkapkan bahwa semua organisasi mahasiswa bukan hanya perlu diberikan kebebasan, tetapi juga perlu dukungan. Eko khawatir, dana-dana kemahasiswaan semakin berkurang dan pada akhirnya menutup semangat aktivisme. Menurut Eko, sebaiknya mahasiswa didorong baik dari segi kebijakan maupun pendanaan.

“Semua organisasi harus diberikan dukungan, bukan hanya kebebasan. Saya khawatir dana-dana kemahasiswaannya makin rendah. Bahkan, waktu saya kuliah saya dapat beasiswa aktivis. Dengan menyediakan beasiswa khusus aktivis maka orang-orang akan terpacu menjadi aktivis,” ungkap Eko.

Kemudian, Eko menyatakan bahwa anak muda adalah orang-orang yang terlibat dalam perubahan sosial. Eko menyebutkan bahwa negeri ini dibangun oleh anak muda. Oleh karena itu, peran mahasiswa sangat penting dalam setiap pergerakan sosial.

“Negeri ini dibangun oleh anak muda, baik pada pasca reformasi maupun orde baru, itu semua pekerjaan anak muda. Negeri ini adalah mahasiswa yang menggerakkan,” tutur Eko.

Selain itu, Eko menilai bahwa kurikulum merdeka tidak membuat mahasiswa menjadi kritis karena mengorientasikan mahasiswa pada dunia kerja. Eko juga berpendapat bahwa sanksi dalam ranah akademik yang menyulitkan mahasiswa bergerak bebas dalam menyuarakan aksi demonstrasi itu mempersempit gerak mahasiswa.

“Kurikulum merdeka kemarin menurut saya tidak membuat mahasiswa kritis karena disuruh menuju pasar kerja. Lalu yang kedua sanksi akademik yang kadang kali muncul,”  ungkap Eko.

Terakhir, Eko berharap mahasiswa mulai bisa mengkritik politik dinasti yang sedang terjadi di Indonesia serta demokrasi yang sudah karam. Menurut Eko, yang bisa menyelamatkan negeri ini dari politik dinasti dan karamnya demokrasi adalah mahasiswa. Karena mahasiswa adalah masa yang paling besar dan memiliki ruang dialektis yang luas.

“Saya berharap mahasiswa mulai dapat mengkritik politik dinasti yang sedang terjadi di negeri ini dan demokrasi yang sudah karam. Yang dapat selamatkan, mahasiswa menurut saya, karena mereka yang memiliki masa paling besar dan memiliki ruang dialektis,” tutup Eko.

Reporter: Dista Chandra Kirana dan Nur Aliyah

Penulis: Nur Rachmi Ghayatri

Penyunting: Siti Zahra Solihat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *