Gemercik News-Universitas Siliwangi (17/11). Runtuhnya Pendopo Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Siliwangi (Unsil) pada Minggu (16/11) pukul 12.55 WIB memakan 18 korban mahasiswa. Pihak Unsil menanggapi kasus tersebut dengan melakukan evakuasi penanganan kepada para korban, serta menugaskan tim teknis dan unit untuk melakukan evaluasi struktural.
Drs. Nana Sujana, M.SI., sebagai Kepala Biro Keuangan dan Umum Unsil mengungkapkan bahwa tindakan awal yang dilakukan lembaga yaitu memprioritaskan keselamatan dan keadaan para korban yang dilarikan ke klinik hingga rumah sakit. Drs. Nana mengatakan bahwa lembaga menanggung segala pembiayaan.
“Alhamdulilah semua anak-anak yang terkena itu sudah bisa pulang, kecuali yang satu, yang di RSUD. Dan kita coba memberikan layanan yang maksimal,” ungkap Drs. Nana.
Terkait tindak lanjut yang dilakukan, Drs. Nana mengatakan lembaga sedang melakukan kaji dan analisis lebih lanjut terkait kondisi bangunan Gazebo FKIP yang dilakukan oleh tim kontruksi secara lebih lanjut.
“Kemungkinan kalau misalkan dianggap bahaya, bangunan tersebut kalau sudah selesai pemeriksaan kita amankan. Mungkin sesuai dengan peruntukan, kayaknya kalau memang tidak safety lebih baik kita kembalikan ke asal semula,” jelasnya.
Kemudian, Drs. Nana mengatakan siaran pers yang dikeluarkan Humas Unsil mengenai pembentukan tim untuk melakukan evaluasi struktural sedang berjalan, dengan dilakukannya pemeriksaan oleh pihak kepolisian dan pihak lembaga tersendiri.
“Jadi kemarin tim dari kepolisian sudah meriksa. Tim kami juga ada dan nanti pak rektor juga bikin surat lapor ke kementerian. Kemudian dari kementerian juga nanti ada yang turun dari tim investigasi dari Irjen. Nanti kita cross-check semua data. Data dari kita, data dari Irjen, data dari kepolisian,” ujarnya.
Lebih lanjut, Drs. Nana menambahkan bahwa lembaga memiliki tim Barang Milik Negara (BMN) yang melakukan kontrol terkait bangunan kampus, yang bertugas untuk mengecek dan memuat laporan terkait bangunan yang nantinya akan dilaporkan lebih lanjut kepada lembaga.
“Nanti pengelola lapor ke kita, itu secara berjenjang, kami pun tidak mendapat laporan itu. Kalau misalkan ada warning sesudah pelaporan, minimal kita kasih pembatasan. Misalnya nggak boleh digunakan, ini perlu direhab,” tambahnya.
Untuk pelaporan tersendiri, Drs. Nana menjelaskan bahwa jika terdapat kerusakan, nantinya pihak lembaga akan follow up dan biasanya jika kerusakannya berat akan ditindak lanjut. Kemudian Drs. Nana juga mengatakan tidak adanya laporan dari pengurus BMN dan dekan.
“Misalkan ada kerusakan, kita follow up. Biasanya jika kerusakannya ringan dengan kerusakan sedang. Kerusakan berat, ya, kita tindak lanjut,” ujarnya.
Mengenai langkah strategis lembaga dalam menjaga keamanan kampus, Drs. Nana mengungkapkan lembaga akan melakukan pengecekan serta evaluasi seluruh fasilitas pembangunan, terutama yang menggunakan kontruksi baja ringan.
“Terkait dengan nilai ekonomis bangunan, mungkin yang konstruksinya pakai baja ringan, itu harus dievaluasi. Di bangunan-bangunan yang memang menggunakan konstruksi baja ringan,” ungkapnya.
Respons Humas Unsil Pasca Runtuhnya Pendopo FKIP
Ketua Tim Humas dan Protokol Unsil, Dedi Hartadi, S.Kom., menjelaskan bahwa laporan mengenai kerusakan bangunan, terdapat prosedur yang dikelola dan dilaporan oleh tim BMN kepada pihak universitas.
“Kalau itu sih, biasanya ada prosedurnya, ya. Kalau yang menyangkut bangunan itu berarti bidang pemeliharaan, dalam hal ini itu ada di BMN dan BMN itu ada dibawah biro umum,” jelas Dedi.
Kemudian, langkah-langkah yang diambil universitas dalam bentuk pertanggung jawaban kepada korban, Dedi menambahkan bahwa pihak kampus sangat memprioritaskan keselamatan para mahasiswa yang terdampak serta secepat mungkin langsung mengambil tindakan evakuasi penanganan kepada para korban.
”Secepat mungkin mengambil tindakan, terutama dalam hal evakuasi penanganan untuk para mahasiswa yang terdampak itu di bangunan situ, makanya kemarin langsung memanggil juga pihak klinik yang memang lebih tahu dalam hal penanganan itu,” tambahnya.
Untuk semua korban tersendiri, Dedi mengungkapkan yang di klinik dan RS TMC sudah selesai ditangani dan sudah dipulangkan. Sedangkan yang di RSUD masih terdapat satu korban yang mengalami luka berat yaitu patah tulang pipi.
”Termasuk berat, ya, karena di muka ada patah tulang pipi kan, sampai hari ini akan ada tindakan untuk operasi di bedah mulut. Kalau yang di klinik kan langsung pada pulang ya, yang di TMC juga malam sudah pada pulang,” ungkapnya.
Kemudian, dalam bentuk kepedulian terhadap para korban, Dedi mengatakan pihak internal rektorat mengerahkan pengumpulan donasi untuk membantu perawatan para korban selama di klinik maupun rumah sakit.
“Tadi kita juga mengumpulkan donasi di lingkungan internal rektorat untuk dia sekadar membantu selama perawatan di sana,” tuturnya.
Respons BLM FKIP
Revanza Muhammad Fadil selaku Ketua Badan Legislatif Mahasiswa (BLM) FKIP menjelaskan bahwa pihaknya bergerak cepat memberikan dukungan kepada mahasiswa yang menjadi korban ambruknya pendopo FKIP. Langkah awal dilakukan dengan membawa seluruh korban ke beberapa fasilitas kesehatan untuk memastikan kondisi mereka tertangani dengan baik, termasuk koordinasi dengan pihak dekanat dan rumah sakit.
“Dari anggota saya, saya sudah menyuruh kepada mereka untuk diantarkan kepada RSUD dan dicek kondisi mereka gitu satu persatu terkait hal-hal tersebut,” ungkapnya.
Selain memberikan pendampingan, Revanza menegaskan bahwa fakultas turut mengecek korban melalui berbagai layanan kesehatan, termasuk klinik dan RSUD, secara berkala demi memastikan kebutuhan medis terpenuhi.
“Sudah dikonfirmasi kepada pihak dekanat juga terkait informasi tersebut, bahkan ibu dekan yang tadinya mau ke UNES mereka pulang kembali untuk mengecek korban-korbannya,” tegasnya.
Revanza menjelaskan bahwa pendopo yang ambruk sebenarnya telah menunjukkan kerusakan sejak lama, Revanza menilai bahwa bangunan tersebut sudah tidak layak digunakan, terlebih perawatannya tidak dilakukan secara menyeluruh karena pihak lembaga hanya memberikan peralatan tanpa pemeriksaan kondisi struktur secara detail.
“Gedung itu memang sudah kurang layak pakai lah melihat dari lantainya yang sudah amblas terus beberapa fasilitasnya yang sudah keropos gitu, ya. Dari lembaga itu hanya memberikan pending mesin sama bor aja tanpa melihat kondisi pendopo itu seperti apa,” jelasnya.
Revanza menegaskan bahwa aspirasi terkait renovasi pendopo sebenarnya sudah disampaikan mahasiswa sejak lama melalui kegiatan Aksara dan hal tersebut telah diteruskan kepada pihak dekanat. Namun perbaikan besar tidak dapat dilakukan secara langsung karena membutuhkan persetujuan dari rektorat. Sementara fakultas hanya dapat menangani perbaikan kecil dengan anggaran terbatas.
“Ada salah satu mahasiswa dari FKIP yang meminta renovasi gedung pendopo FKIP lalu kita mengajukan itu pada tanggal 9 September 2025. Tanggapan dari pihak dekanatnya memang untuk hal-hal yang di atas dari berapa juta gitu itu harus meminta kepada pihak rektorat,” tuturnya.
Revanza juga menyampaikan kekhawatiran mengenai kondisi area parkir FKIP yang menunjukkan kerusakan pada rangka besi, padahal lokasi tersebut sering digunakan untuk berbagai kegiatan mahasiswa, sehingga meningkatkan risiko keselamatan. Revanza mengungkapkan bahwa pihak lapangan sebenarnya ingin melakukan perbaikan. Namun keterbatasan anggaran menjadi kendala utama yang membuat renovasi tidak dapat segera dilakukan.
“Selain dari gedung pendopo, saya melihat parkiran FKIP juga, sudah kelihatan tuh si besi-besinya. Kalau sekiranya ada dananya pihak lapangan itu ingin langsung merombak langsung gitu tapi kan ini dana dari pihak rektorat itu kan tidak ada,” ungkapnya.
Terakhir, Revanza pun menyampaikan harapan agar universitas segera mengambil langkah yang lebih serius dalam mitigasi dan pemeliharaan fasilitas kampus, terutama gedung-gedung lama yang masih aktif digunakan untuk kegiatan mahasiswa. Selain itu juga Revanza menyoroti minimnya fasilitas penunjang seperti CCTV dan Wi-Fi yang dinilai penting untuk kenyamanan dan keamanan mahasiswa. Namun, hingga kini belum tersedia secara merata di lingkungan fakultas.
“Jangan sampai hal seperti ini terjadi lagi gitu, melihat pihak rektorat itu kalau sekiranya ada kejadian baru gerak gitu. Kita meminta CCTV itu belum ada sampai sekarang terus terkait Wi-Fi itu tidak sampai, bahkan dari Bu dekan juga mengeluhkan ruang kerja beliau itu tidak sampai terkait Wi-Fi,” tutupnya.
Reporter: Awak Redaksi
Penulis: Awak Redaksi
Penyunting: Awak Redaksi