Bone Maklong, siapa yang tak tertawa ketika melihat tingkahnya ketika bernyanyi dan menggoda penonton seraya membawakan acara pementasan teater bangsawan di Taman Budaya Provinsi Riau tadi malam. Pria beranak tiga, keturunan Bugis-Yogya yang lahir dan tumbuh besar di lingkungan Melayu ini, tidak sama sekali melepaskan identitas Suku Bugis dalam dirinya. Hal ini terbukti dalam nama aslinya, yakni Wahyu Muali Bone, S.Pd., M.La. yang tetap menggunakan kata “Bone” untuk menjelaskan bahwa ayahnya memang seorang keturunan Suku Bugis, sedangkan ibunya adalah seorang keturunan Yogya. Lahir di lingkungan Melayu membuatnya sangat fasih ketika berbicara menggunakan Bahasa Melayu, untuk itu beliau memilih nama Bone Maklong untuk nama panggungnya agar identitas Bugis tetap melekat.
Ada yang menarik ketika wawancara baru akan dimulai, Maklong bertanya dari mana asal kami. Ketika kami menjawab bahwa kami merupakan wartawan kampus, beliau terlihat antusias dan mengatakan bahwa dirinya juga merupakan mahasiswa jurnalistik dulunya. Pertanyaan yang membuat saya tertarik adalah, “Motivasi apa yang membuat Maklong akhirnya memilih terjun ke dunia teater?”. Kemudian Maklong bercerita bahwa ketika dahulu anak-anak kecil ditanya tentang apa cita-cita mereka? Kemudian mereka menjawab dokter, polisi, tentara, pilot, dan sebagainya. Berbeda dengan dirinya yang kala itu tak ingin bicara namun dipaksa hingga akhirnya justru menjawab, “Aku ingin bisa Bahasa Arab,” dan dalam keseharian ingin ditonton orang, bahwa dirinya suka ketika menjadi pusat perhatian.
Lebih lanjut, dirinya bercerita mengapa akhirnya memilih kuliah di jurusan dengan konsentrasi jurnalistik. Ketika lulus SMA, orang tua memaksa agar dirinya mengenyam Pendidikan Tinggi dengan pilihan jurusan yang ketiganya sangat bertolak belakang, yakni Peternakan, Psikologi, hingga diterima di pilihan ketiganya Pers dan Grafika UIN Sultan Syarif Kasim Riau. Namun harus kandas di tengah jalan karena dirinya tidak mengerti dan merasa tidak memiliki basic jurnalistik sedikitpun hingga akhirnya memilih untuk pindah Program Studi menjadi Pendidikan Bahasa Arab, merealisasikan apa yang menjadi cita-citanya ketika kecil. Kemudian melanjutkan studi magisternya dengan konsentrasi Fonologi hingga meraih gelar Magister of Languange di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Bone Maklong tergabung dalam komunitas Rumah Budaya Tengku Mahkota (RBTM) yang mempersembahkan sebuah teater bangsawan tadi malam. Ketika ditanya sejak kapan dirinya mulai bergabung dalam komunitas ini, beliau menjelaskan bahwa RBTM ini merupakan komunitas seni pertunjukan baru yang didirikan sejak dua bulan yang lalu. Walaupun komunitas ini tergolong baru, namun anggota di dalamnya merupakan mereka yang ketika duduk di Perguruan Tinggi adalah mahasiswa/mahasiswi yang tergabung dalam UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) seni pertunjukan di kampusnya dan sudah memiliki berbagai prestasi di bidangnya. Dikatakan komunitas seni pertunjukan karena RBTM sendiri tak hanya bergerak di bidang teater, mereka juga menggeluti seni tari, seni musik, dan seni pertunjukan lainnya. Oleh karena itu RBTM menjadi salah satu dari 25 komunitas yang mendapat undangan dalam acara Pagelaran Seni yang berlangsung selama satu bulan terhitung sejak tanggal 10 Juli 2019 hingga 9 Agustus 2019 yang bersamaan dengan HUT Provinsi Riau dan berpusat di Taman Budaya Provinsi Riau.
Bone maklong mengatakan satu prinsip yang selalu digunakan dalam komunitasnya, baik ketika dulu di UKM maupun ketika RBTM berdiri, yakni berkarya dan jangan menunggu event. Karena menurutnya, mencari event adalah tugas khusus untuk Humas. Karena di Riau sendiri, para pencari event akan ditanya mengenai prestasi apa saja yang sudah diraih. Provinsi Riau selalu mengunggulkan orang-orang yang mau berkarya. Bone Maklong berpesan kepada generasi muda, “Jangan melupakan sejarah dan jangan pernah menenggelamkan sejarah. Gali lagi sejarah, maka kita akan tau siapa diri kita”.
Penulis: Erika Nofia Pransisca Permatasari
Penyunting: Sri Hardiani