Ini Alasan Mengapa Ke-Lima Fakultas Tak Tetapkan Budaya Wisuda

IMG 0192

Gemercik News-Universitas Siliwangi (28/11). Unsil menggelar wisuda periode I tahun akademik 2019-2020 dengan kemasan yang berbeda. Mulai dari rundown acara yang dilaksanakan selama dua hari hingga penampilan yang disuguhkan PSM, yang sebelumnya belum pernah ada. Begitu pun dengan budaya arak-arakan wisudawan/ti yang dilakukan oleh pihak fakultas selalu saja terdapat perubahan konsep di setiap perayaan wisuda.

Selain Fakultas Pertanian (Faperta) dan Fakultas Teknik (FT), ke lima fakultas lain yaitu Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK), Fakultas Agama Islam (FAI), dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) selalu mengubah konsep ataupun tema pangjajap dan penjemputan di setiap pagelaran wisuda. Mulai dari FISIP, yang mengaku bahwa tema pada setiap pagelaran wisuda selalu berbeda-beda karena tidak memiliki ‘patokan’ pasti.

Beda-beda karena (kita) ga ada patokan’. Sebenarnya biarunik aja, yang sering kita pakai sekarang sih pakai marcing band. Menurut kami, pakai marcing band sudah ideal. Kita pilih marcing band  ngambil tema kayak di pemerintahan pusat. Kalo misalnya upacara kemerdekaan itu kan formil, tapi ada hiburannya.Kita pakai marcing band sudah dari setahun yang lalu. Sebenarnya raramean itu untuk ‘unjuk gigi’ ya, eksistensi. Jadi bukan penting, tapi menarik,” tutur Azhar, selaku Ketua Umum BEM Fisip.

Fakultas Agama Islam pun menyatakan hal yang sama, yakni masih belum menemukan tradisi yang cocok dan tetap, untuk terus digunakan dalam perayaan wisuda. Alhasil, tema dan konsep kali ini pun sedikit berbeda, yakni memakai mobil jip  dengan arak-arakan wisudawan/ti yang memakai kacamata hitam.

“Tradisi di FAI, masih belum menemukan tradisi yang bener-bener klop untuk FAI sendiri. Karena kita masih mencari-cari budaya yang cocok, tapi adapun lagu-lagu perjuangan yang menjadi simbol FAI, karena di FAI banyak aktivis-aktivis, para penggerak-penggerak,” tutur Ihsan, selaku Ketua Umum BEM FAI.

Begitu pun dengan dua fakultas lainnya yang menyatakan masih belum menetapkan tradisi pangjajap dan penjemputan wisuda. Sehingga setiap kali ada perayaan wisuda, konsep yang digunakan mengikuti tema yang ditetapkan pada wisuda periode sebelumnya.

“FIK sendiri, budaya tetap belom ada. Kita ada angkat sumpah yang beda dari fakultas lain. Budaya itu sebenarnya penting. Paadu-adu gengsi sih biasanya, tiap fakultas kan punya budaya masing-masing,” tutur Pandu, selaku Ketua umum BEM FIK.

Kalo kita punya yel-yel yang tetap, untuk konsep berubah-ubah.” Tutur Fauzia, selaku Wakil Penyelenggara Wisuda FEB.

Reporter: Ayu, Dhevi Laela, Theda

Penulis: Ayu

Penyunting: Muslimatul Hajar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *