Oleh : Tresna Nurajijah
Judul : Milea: Suara dari Dilan
Genre : Drama, Romantis
Sutradara : Pidi Baiq dan Fajar Bustomi
Penulis : Pidi Baiq
Pemeran : Iqbaal Ramadhan, Vanesha Prescilla, Adhisty Zara, Yoriko Angeline, Zulfa Maharani, Debo Adryos, Andovi Da Lopez, Jerome Kurnia, Gusti Rayhan, Omara Esteghlal dan Guilio Parengkuan.
Durasi : 103 menit
Lagu : Kita Pernah Ada
Tanggal Rilis : 13 Februari 2020
Milea: Suara dari Dilan, merupakan film penutup dari trilogi Dilan yang diambil dari novel karya Pidi Baiq, dimana selalu menarik perhatian kalangan muda. Film yang tayang serentak di bioskop pada tanggal 13 Februari 2020 sukses meruap sekitar 3 juta lebih penonton. Pada hari pertama penayangan mampu menyerap lebih dari 400 ribu penonton. Pencapain ini sekaligus menempatkan Milea: Suara dari Dilan sebagai film Indonesia dengan jumlah penonton hari pertama tertinggi kedua dalam sejarah dan merupakan film dengan rating sepanjang tahun 2020. Kisah cinta Dilan dan Milea memasuki babak akhir. Hampir tiga tahun lalu, sejak Dilan 1990 (2018) dirilis film produksi Max Pictures ini seakan menyihir para pecinta film bergenre drama dan romantis.
Cerita Milea: Suara dari Dilan merangkum dari “Dilan 1990” dan “Dilan 1991” yang membuat penonton bernostalgia. Bandung yang kembali ke era 90-an, panglima tempur salah satu geng motor, Dilan (Iqbaal Ramadhan) menjalin hubungan dengan seorang siswi baru dari Jakarta bernama Milea (Vanesha Prescilla). Dilan berusaha keras untuk mendapatkan Milea. Walaupun awalnya Milea merasa aneh dengan Dilan, namun akhirnya saling jatuh cinta. Jalinan hubungan antara mereka ternyata membuat teman-temannya berfikir berbeda.
Dilan mulai terasa jauh dengan anggota gengnya. Suatu hari terjadi peristiwa mengerikan, salah satu anggota geng motor Akew (Gusti Rayhan) meninggal akibat dikeroyok oleh sekelompok orang. Kejadian itu tentu membuat Milea khawatir akan keselamatan Dilan. Sebagai bentuk peringatan, Milea memutuskan untuk berpisah dan ia berharap Dilan menjauhi dunia geng motor. Peristiwa Akew juga menyeret Dilan ke pihak berwajib bersama teman-temannya.
Perpisahan yang tadinya hanya gertakan Milea menjadi perpisahan yang berlangsung lama, sampai keduanya lulus kuliah dan dewasa. Dilan seakan sengaja menghilang untuk menghindari Milea. Dia bahkan mengarang cerita mempunyai pacar baru, ketika tahu Milea pergi dengan teman laki-laki lewat sahabat Dilan, Akew (Omar Esteghlal), Milea tahu bahwa Dilan sudah pindah ke lain hati.
Pertemuan mereka tercipta bertahun-tahun. Akan tetapi mereka masih membawa perasaan yang sama saat keduanya kembali bertemu di reuni SMA (Sekolah Menengah Atas), hanya saja Milea sudah memiliki tunangan sedangkan Dilan tidak sedang menjalin hubungan dengan siapapun. Kendati mereka mengutarakan kerinduan masing-masing, Dilan tahu bahwa dia dan Milea tidak akan bisa kembali bersatu. Apabila dua film sebelumnya berasal dari sudut pandang Milea, kali ini cerita berasal dari sudut pandang Dilan.
Terlepas dari romansa hubungan Dilan-Milea yang membuat banyak penggemarnya galau, adegan ayah Dilan dalam film ini tak sanggup membuat penonton menguras air mata. Ketidakmampuan itu karena nuansa yang terbangun dalam adegan tersebut kurang bisa dieksekusi secara natural. Catatan lain dari Milea: Suara dari Dilan adalah penggambaran sosok pasangan itu kala sudah dewasa. Sutradara dan film ini hanya bergantung pada perubahan tampilan luar dari Vanesha dan Iqbaal untuk menunjukkan “sosok dewasa”, alih-alih mematangkan dari segi emosi serta karakter.
Amat disayangkan tidak
ada perkembangan memuaskan dari dua karakter utama dalam film ini, selain dari remaja
yang didandani selayaknya orang dewasa.
Namun,
kendati banyak pengulangan adegan, Titien dan Pidi selaku penulis naskah, memasukkan sejumlah kisah baru
termasuk bagaimana akhir cerita cinta mereka.
Film ini merupakan perspektif Dilan melihat dan menyikapi perasaannya terhadap
Milea. Secara
keseluruhan Milea:
Suara dari Dilan yang tayang sejak 13 Februari 2020 di
seluruh bioskop, hanya menggambarkan problem cerita cinta remaja SMA yang tak
berakhir bahagia. Meski
begitu, setidaknya film remaja ini menjadi penawar rindu para pencinta kisah
Dilan dan Milea untuk sekadar bernostalgia.
Bagi kamu yang telah membaca novelnya dan membayangkan akan mendapati adegan romantis dalam film ini, maka tidak akan merasa kecewa karena, untuk urusan tersebut Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan yang memerankan Dilan dan Vanesha Prescilla yang memerankan karakter Milea, dapat menunjukan chemistry yang sangat kuat dalam adegan yang melibatkan Milea dan Dilan. Kesan anak SMA yang sedang kasmaran sangat tervisualisasikan dengan baik oleh mereka berdua.
Untuk hal ini, Film Dilan 1990 sangat berhasil. Ketika ditanya kapan buku Dilan 1990 akan diangkat ke layar lebar? Pidi Baiq sebagai penulisnya memang mengatakan Dilan akan diangkat ke layar lebar jika dia sendiri sebagai penulisnya punya waktu untuk menggarapnya. Rupanya Pidi sebagai penulis punya rasa sayang yang sangat besar terhadap karakter dalam novelnya.
Tidak heran jika penulisan skenario dalam film, Pidi Baiq tetap ambil bagian dan untuk hal ini terbukti dari dialog-dialog yang terdapat bisa dibilang sebagai nyawa. Namun beberapa kekurangan tergambar, Fajar Bustomi sebagai sutradara tentunya bukanlah orang baru dalam dunia perfilman Indonesia. Beberapa film pernah disutradarai olehnya seperti, Surat Kecil Untuk Tuhan dan From London to Bali. Namun untuk film Dilan 1990 ini harus diakui ada beberapa penggarapan colour grading yang tidak optimal untuk film yang memakai setting tahun 1990-an.
Kamu yang telah membaca novelnya pasti akan mempunyai citra terhadap Dilan sebagai lelaki pemberani yang tidak takut dengan apapun dan sangat bisa diandalkan, selain sisi jenaka dan romantis tentunya. Untuk urusan dialog dalam adegan yang tenang dan romantis Iqbaal terbilang sangat berhasil memerankannya. Namun untuk adegan dimana Dilan harus menunjukan sisi bad boy, seperti ketika dia sedang berkelahi ada visualisasi yang tidak tercapai seperti yang diharapkan oleh khalayak. Barangkali hal ini disebabkan karena karakter Iqbaal yang kental dikenal imut sebagai mantan personel CJR (Coboy Junior). Bagi semua pencinta Iqbaal atau biasa dibilang “soniQ” sebagai sebutan untuk para penggemarnya, tahu persis bagaimana sebenarnya karakter Iqbaal sendiri.
Tapi terlepas dari adanya beberapa kekurangan, bukanlah menjadikan film yang buruk, karena memiliki banyak kelebihan dan sangat layak untuk kamu tonton. Sebaiknya kamu jangan pernah memberikan penilaian tanpa melihatnya secara langsung. Seperti yang dikatakan oleh Iqbaal sendiri, jika kamu merasa tidak suka.
Penyunting: Ghina