Oleh, Muhammad Yusya Rahmansyah
Ambon, apa yang terlintas dibenak kalian ketika membaca kata Ambon? Kota yang terletak di Pulau Maluku dengan Suku Ambonnya. Walaupun belum pernah pergi ke Ambon, namun terlintas sebuah daerah yang hangat, warga yang ramah, dan suasana yang manise. Sesuai jargonnya “Ambon Manise”. Selain itu, apalagi yang muncul dibenak kalian ketika mendengar kata Ambon? Bagaimana kalau Saya tambahkan gambaran akan persaudaraan di Ambon. Cocok ya, baiklah.
Dua bulan yang lalu, Saya bertemu dengan orang Ambon. Sedikit banyak Saya gali berbagai macam informasi, mulai dari asal-usul Bika Ambon, kue lezat yang berasal dari Sumatera Utara, daerah yang terpisah hampir beribu-ribu kilometer dari Pulau Maluku, di mana Ambon berada sampai dari mana asal orang-orang Ambon. “Tahu kau, kalau orang-orang Ambon itu asalnya dari Pulau Seram, makanya orang Ambon seram-seram,” ujarnya dengan memperagakan sosok orang Ambon yang gagah dan tegak. Memang jika mencari asal-usul suku yang nantinya menjadi penduduk Kota Ambon seperti yang sekarang kita tahu, memang orang-orang Maluku juga Ambon berasal dari Pulau Seram.
Belum habis membahas asal-usul orang Ambon, pembahasan berubah mengenai bagaimana keadaanya. Pertanyaan itu berangkat dari keadaan Ambon yang terkadang bergejolak, salah satunya kejadian kerusuhan Ambon pada tahun 2011. “Eiy, tau ga? Kalau di Ambon itu gak ada desa, adanya negeri. Jadi, kalau ke sana bilang mau ke desa ini, nah pasti pendatang tuh. Tapi, kalau bilangnya mau ke negeri ini, lewat mana? Nah, itu bisa dianggap bukan pendatang”. Salah satu bagian dari bentuk lokalnya Ambon di sana desa, lebih dikenal dengan Negeri. Jadi kalau kalian mampir ke Ambon coba bilangnya Negeri ya.
Usai membahas Negeri, pembahasan mengenai keadaan Ambon mengarah ke peristiwa kerusuhannya. Kerusuhan yang dipicu oleh permasalahan SARA, bentrokan yang terjadi antara dua kelompok, ini menjadikan Ambon mencekam selama hampir sepekan. Berapa rumah rata dengan tanah setelah terjadi pembakaran dan perusakan oleh bentrokan dua kelompok ini. Kejadian yang ternyata dipicu oleh salah paham ini berujung pada munculnya isu SARA sebagai pemicu kesalahpahaman dan berujung dengan konflik.
“Gua gak percaya tuh, kalo kerusuhan waktu itu bener kejadian murni rusuh antar warga gitu, itu pasti ada provokatornya yang satu nyebar berita buruk ke yang muslim yang satu nyebar berita buruk ke yang kristen,” ujarnya dengan yakin, mengatakan bahwa kerusuhan yang terjadi memang sengaja dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Kenapa bisa yakin? “Karena di Ambon tuh, ada itu namanya konsep pela gandong,” dengan mantap laki-laki semester empat ini mengatakan bahwa ada konsep Pela Gandong yang menjadi dasar mengapa tidak mungkin ada kerusuhan seperti itu di Ambon.
Pela Gandong? Apa sih Pela Gandong? Pela Gandong sendiri merupakan konsep kebudayaan yang ada di Maluku, konsep kebudayaan ini memiliki nilai-nilai toleransi dan kerukunan yang sangat tinggi. Karena kepo, Pela adalah suatu ikatan persatuan sedangkan Gandong mempunyai arti saudara, jadi Pela Gandong merupakan suatu ikatan persatuan dengan saling mengangkat saudara yang sendiri sudah lama ada di Maluku, dan terdiri dari dua negeri yang berlainan Agama (Islam dan Kristen). Hal itu tercipta dengan sendirinya karena suatu hal. Biasanya terjadi antara dua negeri yang berbeda namun memiliki sebuah ikatan darah yang sama. Tempatnya pun memiliki jarak yang jauh antara negeri satu dengan negeri yang masih Pela Gandongnya.
Dengan Pela Gandong ini, rasa persaudaraan dan kekerabatan akan menghasilkan kebersamaan dalam setiap aspek kehidupan masyarakat Ambon, ibaratnya kamu memiliki nenek buyut yang sama dengan mba-mba yang kamu temui di dekat halte yang sedang menunggu ojek online-nya. Setelah berkenalan ternyata eh ternyata, kalian merupakan Pela Gandong, di mana negeri kalian ternyata bersaudara. “Karena Pela Gandong. Jadi, kemungkinan besar semua negeri bersaudara kan, ya masih bisa gitu ada konflik kalau saudara? Pasti ada yang adu domba ini di sana,” kembali dengan yakin mengatakan kalimat bahwa orang Ambon tidak mungkin melakukan hal tersebut, bahkan sampai memicu konflik.
Setelah membahas Pela Gandong, ada satu budaya menarik yang ada di sana, budaya yang menjunjung tinggi toleransi dan persaudaraan. Menghindari konflik guna kepentingan bersama, bahkan mengangkat saudara sebuah negeri yang pada awalnya tidak pernah bersua. Hidup orang Basudara, Potong di kuku rasa di daging, Ale Rasa Beta Rasa. Persatuan Indonesia sepertinya sudah merasuki Pulau Maluku, bagaimana dengan daerah lain di Indonesia? Saya sempat ingin tahu apa benar semua orang Maluku tahu Pela Gandong? Bulan lalu Saya mengantre ATM dekat kampus, ada seorang tentara orang Maluku mengantre Saya tanya “Bang, abang dari Ambon ya?” “Iya bang benar, dari Ambon juga kah?” ujar tentara itu, “Bukan bang, cuma Saya mau tanya abang tau Pela Gandong?” dengan wajah setengah terkejut tentara itu menjawab “Iya tau, itu persaudaraan antara negeri atau suku bang disana, kalau abang nih ada saudara sama saya, cuma saya jauh dari abang gitu”. Dengan wajah paham, Saya merespon “Oh gitu ya bang, ok, ok”.
Filosofi persaudaraan Maluku dan khususnya dari si sumber informasi tepatnya di Ambon, menunjukkan bahwa pada dasarnya kita semua bersaudara. Potong di kuku rasa di daging biar cuma seperti dipotong kukunya, tapi rasanya sampai ke daging. Bagaimana ada yang merasa memiliki Pela Gandong dengan negeri di Ambon sana? Sudah mendapatkan gambaran baru mengenai Ambon dibenak kalian? Atau masih memiliki pertanyaan mengenai asal-usul Bika Ambon bisa sampai ke Sumatera Utara? Lain waktu bersua dengan pembahasan Bika Ambon ya, Sekian.
Penyunting: Ghina