Munculnya Virus Tick-Borne Asal China

F44da5e9 F92d 465a 9e69 03937fd1e3c5

Gemercik News-Tasikmalaya (11/8). Baru-baru ini Virus Tick-Borne atau penyakit yang ditularkan melalui gigitan kutu kembali muncul di China. Virus dengan nama asli Severe Fever with Thrombocytopenia Syndrome (SFTS) ini telah ditemukan di China, Korea Selatan, dan Jepang sejak 2009 lalu.

Seperti diberitakan oleh Kompas.com, Jumat (7/8) sebanyak 37 orang di Provinsi Jiangsu, China Timur, dikabarkan terinfeksi virus ini. Beberapa spesies kutu yang diduga sebagai pembawa virus SFTS, seperti H. Longicornis, R. Microplus, H. Campanulata, dan D. Sinicus pada anjing, kucing, domba, dan sapi.

Dikutip dari CNBC Indonesia, Sheng Jifang, seorang dokter dari RS di bawah Universitas Zhejiang mengingatkan ada kemungkinan penularan dari manusia ke manusia. Pasien dapat menularkan virus ke orang lain melalui darah atau lendir. Meski begitu, dia memperingatkan gigitan kutu adalah cara penularan utama.

Ahli virologi percaya bahwa kutu Asia yang disebut Haemaphysalis Longicornis adalah vektor atau pembawa utama virus. Penyakit ini diketahui menyebar antara Maret dan November. Para peneliti telah menemukan bahwa jumlah total infeksi umumnya mencapai puncaknya antara April dan Juli.

“Dikenal dengan STFS virus, termasuk kategori bunyavirus dan sudah dikenal sejak 2011,” kata Dicky selaku Epidemiolog dari Griffith University Australia saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (8/8).

Dicky juga mengatakan kasus pertama penyakit ini ditemukan pada 2009. Kemudian pada tahun 2011 virusnya sudah diisolasi. Kasus serupa juga pernah terjadi pada 2013 di Jepang dan Korea Selatan.

Dikutip dari Detikhealth.com, berikut beberapa gejala yang dialami oleh pasien yang terinfeksi SFTS, di antaranya demam tinggi, menggigil, kehilangan nafsu makan, pendarahan gusi, muntah, diare, nyeri otot, trombosit menurun, dan sel darah putih menurun.

Untuk mengantisipasi penularan virus tersebut dilakukan screening setiap produk impor dan orang asing yang masuk wilayah Indonesia. Berbeda dengan COVID-19, screening untuk STFS menggunakan PCR (Polyemerase Chain Reaction). Pada STFS, screening yang dilakukan adalah pemeriksaan darah lengkap termasuk serum darah.

Sementara ini vaksin untuk mengobati virus ini belum berhasil dikembangkan. Obat antivirus Ribavirin diketahui efektif untuk mengobatinya. Namun, pemerintah  China mendesak masyarakat umum untuk menghindari mengenakan celana pendek saat berjalan melalui rumput tinggi, hutan, dan lingkungan lain di mana kutu cenderung berkembang.

Reporter dan penulis: Anggiani dan Eva Silvia

Penyunting: Ana

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *