Pak Presiden Kok Berkamuflase Di Balik Baju Adat?

WhatsApp Image 2020 08 19 At 17.23.42

Oleh, Erika Nofia Pransisca Permatasari

Merdeka atau mati?

Merdeka dari oligarki dan pandemi

Kamuflase dengan pakaian adat

Agar dikira pro rakyat

Ada yang berbeda dari HUT Republik Indonesia kali ini. Yap, selain akan menghadapi resesi, Indonesia nampaknya juga belum selesai memerangi pandemi. Berbagai cara baru memaknai peringatan hari kemerdekaan ini dilakukan. Seperti upacara melalui video conference, video ucapan selamat, termasuk walau hanya menyaksikan upacara melalui layar televisi.

Ngomong-ngomong soal menyaksikan upacara melalui layar televisi ini, saya adalah salah satu orangnya. Nahh, kalian juga sadar gak sih ada yang berbeda dari upacara tahun ini? Apa tuh? Paskibraka cuma enam? Beberapa peserta melalui video conference? Seluruh peserta pakai masker? Hahaha bukan, bukan itu yang saya maksud.

Kalian pasti sadar outfit yang dipakai sama pak presiden tadi kan? Iya, beda banget kan dari biasanya? Kayaknya Pak Presiden ini cinta budaya banget, ya? Doi pake baju adat gaisss. Yok kasih tepuk tangan dulu yok. Tapi kalian tau gak sih itu baju adat dari mana? Yups, baju adat Timor Tengah Selatan, tepatnya masyarakat Pubabu Besipae. Hayo, siapa yang baru tau? Sama, saya juga hehe.

Nahh, yuk fokus di outfit yang dipakai pak presiden. Baju adat Timor Tengah Selatan, cantik ya bajunya? Tapi tau gak sih siapa stylistnya? Tau gak sih kenapa kita harus fokus di outfit dan Timor Tengah Selatan?

Kalian boleh tanya sama mbah google dengan keyword Pubabu Besipae. Lihat apa yang muncul di sana. Atau klo kalian males, nih deh ku kasih salah satu kutipannya.

“Kami mengecam tindakan represif yang dilakukan Pemerintah NTT dalam menyelesaikan sengketa lahan di Pubabu,” kata Direktur Eksekutif Walhi NTT Umbu Wulang Tanaamahu kepada ANTARA, di Kupang, Sabtu, (15/8). Dikutip dari Pos-Kupang.com

Udah paham belum? Jadi gini, menurut voxntt.com, 17 Oktober 2017 lalu, rombongan pemrov NTT datang ke Besipae untuk membawa surat pembebasan lahan yang diklaim sebagai aset milik Pemprov NTT. Rombongan Sat Pol PP, Sekretaris Kecamatan Amanuban Selatan, dan pihak Polda NTT itu kemudian menerobos masuk ke dalam rumah milik David Manisa, salah satu masyarakat adat Pubabu. Utusan Pemprov NTT itu kemudian meminta David menandatangani surat pengosongan lahan dalam kawasan hutan adat Pubabu, Besipae, TTS.

Terus apa hubungannya sih sama outfit? Kan ini konflik internal di TTS. Biar makin paham, yuk kita bahas.

Pertama-tama mari kita apresiasi dulu karena Pak Presiden sudah berani tampil beda dengan mengenakan baju adat dari kain tenun pada upacara peringatan kemerdekaan. Kedua, ini maksudnya tuh pencitraan atau apa ya. Biar keliatan nasionalismenya gitu? Biar keliatan cinta produk Indonesia? Lucu banget deh pak presiden nan tercinta ini.

Mungkin niatnya mau menghargai budaya Indonesia kali ya. Tapi kok ya pakai stylist dari penyebab sengketa tanah? Pakai kain tenun dari usaha fashion sang kepala daerah yang menggusur tanah rakyat daerahnya. Jadi, makna kain tenun adat ini sudah sejauh mana, pak? Sekadar pencitraan atau sudah sampai pada keberpihakan bapak kepada rakyat atas hak tanah ulayat mereka? Hmmm, coba dipikir lagi deh ya pak.

Atau pencitraan ini juga bentuk kamuflase pak? Masyarakat adat di NTT sana dirampas hak atas tanah, batu, hutan, bahkan air. Oleh siapa? Pemerintah daerahnya. Pemilik usaha pakaian yang bapak kenakan. Jadi, bapak ini sebetulnya berpihak ke mana?

Konflik atas tanah ulayat ini bahkan belum terselesaikan. Tapi Pak Presiden membuat ulah dengan mencitrakan bahwa dirinya seolah berpihak pada pemerintah daerah NTT demi sebuah investasi. Bahkan dalam hal ini, pemerintah dianggap salah karena bertindak semena-mena, merepresi masyarakat adat di atas tanah mereka sendiri.

Seperti dilansir dari Pos-Kupang.com, Puluhan rumah warga di Pabubu, Besipae, TTS digusur aparat pemerintah dibantu petugas kepolisian karena lokasi tersebut akan dijadikan area pengembangan pakan ternak dan kelor. Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat tidak menempati janjinya untuk berdialog dengan warga, yang semestinya terjadi di Medio, Juni 2020 yang lalu. Pemerintah NTT justru pengerahan aparat birokrasi dan keamanan untuk melakukan penggusuran yang menimbulkan konflik di lapangan.

Nahh, di mana peran pak presiden dalam hal ini? Oh iya, kan sudah berperan membantu investasi dengan menggunakan kain tenun. Kan sudah berkamuflase memakai pakaian adat agar dikira pro rakyat. Kan sudah berani tampil beda di upacara kemerdekaan. Memang belum cukup, ya?

Sudahlah, mulai hari ini. Jangan lagi mudah terpesona apalagi terpedaya oleh pejabat, pimpinan atau siapapun yang promosi sekaligus berkamuflase dengan embel-embel baju adat. Coba dilihat dulu ujung pangkalnya. Siapa tahu kayak ulah pak presiden yang terhormat ini hehehe kok dungu. Inget ya, Pak Presiden loh bukan pak Jokowi. Tolong dibedakan, ya.

Penyunting: Rini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *