Gemercik News-Jakarta (11/10). Ribuan mahasiswa, pelajar, buruh, dan elemen-elemen masyarakat Indonesia serempak menggelar aksi tolak omnibus law di Istana Merdeka RI berakhir ricuh. Aksi ini berada di dua lokasi dekat dengan Istana Merdeka RI yaitu di Bundaran Hotel Indonesia atau Patung Kuda dan juga di belakang Istana Merdeka atau Simpang Harmoni. Kedua lokasi tersebut adalah titik utama aksi digelar.
Pada pukul 13.03 WIB, suasana di kawasan Istana Kepresidenan RI tepatnya Bundaran Patung Kuda terpantau kondusif. Beberapa pendemo tampak berkumpul menunggu para pendemo lainnya untuk memulai aksi dengan duduk-duduk di Bundaran Patung Kuda. Pukul 13.33 WIB kawasan depan Istana Kepresidenan RI terpantau sangat steril, hanya terlihat aparat kepolisian yang berlalu lalang.
Pukul 13.59 WIB di kawasan belakang Istana, tepatnya di Jalan Simpang Harmoni terjadi penumpukan massa dari SPSI (Serikat Pekerja Seluruh Indonesia), mahasiswa, dan pelajar yang sudah melakukan aksi sejak pagi. Masa aksi sempat melakukan negoisasi oleh perwakilan buruh dan mahasiswa dengan aparat untuk meminta agar diberi jalan ke Istana Merdeka. Mereka ingin menyampaikan aspirasinya secara langsung. Pukul 14.05 WIB, situasi di Simpang Harmoni mulai memanas diawali dengan orasi oleh pihak mahasiswa dan buruh.
Pada pukul 14.10 WIB, situasi di Simpang Harmoni sempat ricuh antara massa aksi dengan aparat. Kericuhan tersebut hanya berlangsung 3 menit. Kericuhan ini terjadi diduga karena adanya provokasi oleh oknum tertentu dengan melempar batu ke arah aparat. Terdapat satu korban massa aksi pada pihak buruh yaitu terkena lemparan batu dan sempat dievakuasi.
Berbeda dengan situasi massa aksi di Simpang Harmoni, kawasan Istana Kepresidenan RI tepatnya di Bundaran Patung Kuda ricuh sebelum aksi dimulai. Pada pukul 14.53 WIB situasi di Patung Kuda tampak semakin tidak kondusif. Hal ini dibuktikan dengan aksi lempar oleh massa aksi ke arah aparat, bentrokan pun tidak terbendung. Aparat mencoba melakukan tembakan gas air mata serta water canon ke arah massa aksi, suasana tersebut berlangsung cukup lama.
Salah satu peserta aksi memberikan tanggapannya terkait kerusuhan yang terjadi sebelum aksi dimulai, bahkan ketika massa aksi dari BEM SI belum semua tiba di tempat.
“Saya sendiri sebagai massa aksi yang benar-benar turun ke Jakarta, ke lapangan, sangat-sangat tidak setuju dengan adanya kerusuhan. Mau bagaimana pun, kalau sudah terjadi kerusuhan, apalagi di awal aksi, bahkan belum semua kampus sampai di titik aksi sudah ada kerusuhan, jadi aksi ini kehilangan esensi dan substansi gitu. Tentang apa yang ingin kita aspirasikan di aksi ini bahkan malah sama sekali tidak tersampaikan,” ujar Tumpal Beckham, salah satu peserta aksi dari Universitas Siliwangi.
Tumpal juga mengatakan bahwa sebelum memutuskan untuk turut serta dalam sebuah aksi, harus memahami dulu esensi dan substansi dari adanya aksi ini. Ia mengatakan ketika kerusuhan terjadi, massa aksi dari kalangan mahasiswa yang sedang melakukan longmarch baru tiba di tugu tani.
Pada pukul 14.55 WIB keadaan semakin tidak terkendali terdapat beberapa perusakan pagar dan juga pembakaran yang dilakukan oleh massa aksi. Situasi semakin tidak terkendali ditandai dengan terjadinya baku tembak antara aparat kepolisian dengan pihak massa pun tidak terbendung. Selang beberapa waktu, massa aksi dari pihak mahasiswa sempat ingin mendinginkan suasana dengan turut serta ke barisan aparat untuk melerai dan menahan amukan massa. Namun, para pelajar yang notabene merupakan siswa STM tidak dapat membendung amarahnya. Kericuhan pun kembali berlangsung cukup lama.
Menurut Tumpal, dalam aksi dengan massa yang begitu besar seperti ini, kerusuhan memang tidak bisa dihindari. Namun, hendaknya kawan-kawan menunggu hingga paling tidak goals yang dituju tercapai.
“Kita harus pahami juga, oknum-oknum yang memang sebenarnya bukan mahasiswa. Mungkin kawan-kawan yang berada di barisan depan itu pasti kena represif dari aparat, cuma kita gak bisa juga memukul rata bahwa aparat ini yang langsung merepresi massa aksi. Kita juga harus tau bahwa apa yang sebenarnya terjadi di depan itu ada juga dari oknum-oknum perusuh yang berusaha mengadu domba antara massa dengan aparat,” tambahnya.
Pada pukul 16.09 WIB, di Bundaran Patung Kuda aparat mencoba memukul mundur para aksi suasana mulai terdekendali. Massa aksi pun terpencar ke berbagai arah dekat kawasan Bundaran Patung Kuda, yakni ke arah bundaran Hotel Indonesia dan Jalan Budi Kemuliaan. Pada pukul 16.15 WIB, massa aksi yang terpencar khususnya yang berada di Bundaran Hotel Indonesia kembali melakukan serangan yang berakibat pada penangkapan beberapa oknum yang diduga provokator oleh aparat kepolisian.

Pada pukul 17.40 WIB kondisi di Simpang Harmoni semakin tidak terkendali. Beberapa baku tembak dan lemparan batu tidak terbendung, bahkan terjadi pembakaran salah satu pos polisi yang berada di Jalan Majapahit. Pembakaran diduga dilakukan oleh oknum tertentu dari massa aksi. Ketika mendekati magrib, suasana bentrokan semakin memanas dan berlangsung sangat lama. Berbagai upaya yang dilakukan oleh aparat kepolisian untuk menenangkan suasana mulai dari tembakan gas air mata, water canon, hingga menyerbu massa aksi dengan tujuan penangkapan provokator pun tidak menuai hasil. Sampai liputan dihentikan, bentrokan masih terus terjadi dan belum dapat dikendalikan.

Terakhir, Tumpal mengatakan bahwa tidak ada korban dari mahasiswa, karena massa aksi mahasiswa dari BEM Jabar sudah menarik mundur ketika tiba di Tugu Tani.
“Kalau orang yang kena, jumlahnya saya sendiri tidak tau pasti gitu. Kalau misalkan dari Unsil sendiri memang sudah berhenti di depan Tugu Tani, kita langsung dipaksa mundur. Waktu itu sama Unpad, ITB, dan Al-Ghifari, kita dari BEM Jabar langsung mundur ke arah Jalan Institut Kesenian Jakarta karena kita memperkirakan juga bahwa kerusuhan itu akan semakin mundur ke arah Tugu Tani. Kita berkaca dari aksi di Bandung, sebelum terjadi chaos sudah menarik mundur semua massa, khususnya yang berada dari kampus Unsil,” tutur Tumpal.
Tumpal juga mengatakan belum ada rencana pergerakan untuk aksi nasional selanjutnya. Namun, pergerakan akan terus dilakukan di daerah-daerah, khususnya Tasikmalaya demi menjaga eksistensi dan esensi dari aksi ini.
“Jadi, jangan ketika aksi nasional selesai, semua selesai, kita lupa dengan isu besar ini. Jadi, aksi ini akan dilaksanakan memang di daerah-daerah, di kota-kota lain mungkin juga ada, di Tasik nanti juga ada,” tutupnya.
Reporter: Fachriel, Erika, Jura
Penulis: Fachriel, Erika
Penyunting: Ana