Masa Pandemi Membuat Kamu jadi Nolep?

E9bfb9c0 C85d 4b97 Adeb F83f3a8c0eda

Oleh, Dila Prila Jayuna

Pendidikan Bahasa Inggris 2019

Banyak tingkah laku yang berubah selama masa pandemi COVID-19 ini, misalnya siklus tidur, cara belajar, cara bekerja, hingga cara berinteraksi sosial. Hal tersebut tidak terlepas dari pernyataan World Health Organization (WHO), dilansir dari cnbcindonesia.com, WHO mengatakan cara penyebaran virus corona melalui tetesan kecil yang keluar dari hidung atau mulut ketika mereka yang terinfeksi virus bersin atau batuk. Hal inilah yang membuat imbauan untuk jaga jarak digembar-gemborkan di mana-mana.

Hal ini juga berlanjut dengan adanya imbauan #dirumahaja yang memaksa kita untuk berdiam diri di rumah dan tidak keluar rumah jika tidak ada keperluan yang mendesak. Kebijakan ini mau tidak mau memaksa kita untuk membiasakan diri dan mengasah keterampilan berkomunikasi secara daring. Karena biar bagaimana pun, kehidupan masih tetap harus tetap berjalan, walaupun dilaksanakan di rumah dan berjauhan dengan orang-orang yang terlibat dalam urusan yang biasanya dilakukan di luar rumah. Bahkan bermunculan istilah-istilah baru seperti work from home dan study from home.

Jika kita tidak berusaha untuk membiasakan diri berkomunikasi secara daring, maka kita akan tertinggal oleh zaman. Selain itu, ada hal yang tak kalah penting dari tertinggal oleh zaman yaitu, perihal interaksi sosial. Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan memerlukan kehidupan sosial. Jangan sampai, karena pandemi ini malah membuat kita enggan untuk bersosialisasi dan ujungnya terkesan no life.

Apa itu No life?

No life adalah sebuah frasa dalam Bahasa Inggris sebagai bentuk ungkapan kepada orang yang menyibukkan dirinya sendiri dengan hal-hal yang membuat dirinya jarang, bahkan tidak bersosialisasi dengan orang lain. Ia sangat fokus pada hal yang digelutinya tersebut, entah yang digelutinya adalah hal positif atau hal negatif sekalipun.

Di Indonesia sendiri, banyak orang atau netizen yang menggunakan istilah no life diganti dengan istilah pelesetannya/gaulnya yaitu nolep. Dilansir dari sebuah diskusi di id.quora.com mengenai istilah nolep ini, beberapa orang mengilustrasikan nolep sebagai perilaku yang dilakukan oleh orang yang suka menyendiri dengan sedikit/tanpainteraksi langsung dengan keluarga, kerabat, teman maupun orang lainnya. Ada beberapa kegiatan yang disebut sebagai penyebab seseorang dikatakan nolep, antara lain adalah sebagai berikut:

  1. Membaca buku/komik
  2. Ber-internet ria
  3. Menonton film di komputer/gadget
  4. Bermain video game
  5. Hanya rebahan di kasur

Contoh kegiatan di atas memang terlihat biasa saja, tetapi jika terlalu berlebihan sampai tidak melakukan sosialisasi dengan orang sekitar, minimalnya dengan keluarga yang ada di rumah, maka hal ini bisa memicu hal yang tidak baik.

Keluhan Banyak Tugas Sebagai Salah Satu Penyebab Nolep

Sudah menjadi rahasia umum bahwa saat kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) diberlakukan, pemberian tugas kepada siswa atau mahasiswa terkesan bertambah banyak dari sebelum diberlakukannya PJJ. Hal ini bisa terjadi karena efek dari tidak adanya variasi lingkungan belajar seperti saat sekolah biasa, hingga memberikan kesan jenuh dan banyak tugas yang menghampiri.

Tak jarang banyak orang yang mengunggah bagian dari kegiatan belajarnya, seperti foto buku yang bertumpuk, layar laptop dengan file dokumen berlembar-lembar, hingga tulisan yang terlihat sangat rapat karena terlalu banyak. Unggahan tersebut tentunya juga ditambah dengan caption atau tulisan yang mengekspresikan keluhan karena banyaknya tugas yang harus dikerjakan.

Banyaknya tugas ini menuntut siswa/mahasiswa untuk mau tidak mau harus mengerjakannya, karena memang harus dikumpulkan dalam tenggat waktu yang sudah ditentukan. Hal ini mempunyai dampak positif dan negatif. Dampak positifnya adalah tugas telah berhasil membuat siswa/mahasiswa untuk belajar, dan memang itulah yang diharapkan. Sedangkan dampak negatifnya adalah jika dengan mengerjakan tugas yang banyak tersebut mengurangi waktu para siswa/mahasiswa untuk berinteraksi dengan orang sekitarnya. Karena kemungkinan besar, siswa/mahasiswa akan menghabiskan banyak waktu untuk mengerjakan tugas tersebut.

Maka dari itu, agar terhindar dari nolep, di tengah sibuknya mengerjakan tugas yang banyak,kita harus menyempatkan diri untuk tetap berinteraksi dengan orang lain, minimalnya dengan orang yang ada di rumah. Sempatkanlah untuk mengobrol sebentar, walaupun hanya untuk menceritakan kegiatan apa saja yang sudah dilalui hari ini atau sekadar untuk bertegur sapa. Hal ini penting, supaya ada sedikit penyegaran bagi otak kita yang mungkin saja mumet memikirkan tugas yang banyak.

Dengan tetap menyempatkan diri untuk interaksi dengan orang lain, diharapkan kita bisa terhindar dari nolep ini. Kita memang membutuhkan waktu untuk menyendiri, tetapi tidak dapat dipunkiri bahwa kita juga memerlukan interaksi dengan orang lain. Hal ini tidak terlepas dari pendapat bahwa manusia adalah makhluk sosial.

Sudah Nolep, Semakin Nolep

Masa pandemi memang sedikit banyaknya telah mengubah beberapa hal dalam hidup kita. Kalau istilah hiberbolis nya, hidup ini terasa seperti dijungkirbalikkan. Salah satu hal yang berubah adalah cara kita berinteraksi dengan orang lain. Dengan adanya imbauan untuk menjaga jarak dan berdiam diri di rumah, membuat interaksi dengan orang lain menjadi terbatas.

Di masa pandemi ini, interaksi secara daring melalui dunia maya lebih sering dilakukan. Hal ini juga tentunya dianjurkan karena cocok sebagai pendukung imbauan menjaga jarak dan berdiam diri di rumah. Meskipun begitu, interaksi yang dilakukan secara daring terkadang menemui banyak hambatan, seperti harus membeli kuota internet dan harus memiliki koneksi internet yang bagus jika ingin berkomunikasi dengan lancar.

Meski begitu, hal ini bisa menjadi salah satu keuntungan bagi orang nolep. Karena orang yang sudah nolep sebelum masa pandemi kemungkinan besar menemukan kenyamanan tersendiri, karena zona nyamannya didukung dengan imbauan untuk menjaga jarak dan berdiam diri di rumah. Sudah nolep, jadi semakin nolep.

Tips Agar Tidak Nolep

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan agar kita tidak nolep, misalnya:

  1. Cari penyebab dirimu nolep

Jika kita ingin memperbaiki sesuatu, tentunya kita harus tahu dulu apa yang akan diperbaiki. Sama halnya dengan penyebab nolep ini. Dengan mengetahui penyebab ke-nolep­-an, hal ini bisa mempermudah jalan kita untuk menemukan solusi agar tidak nolep lagi.

  • Mengikuti organisasi

Dengan mengikuti organisasi, mau tidak mau kita dituntut untuk berinteraksi dengan orang lain. Di masa pandemi ini, sebagian besar kegiatan organisasi dilakukan secara daring. Meskipun begitu, hal ini tetap membuat kita berinteraksi dengan kawan seperorganisasian atau bahkan media partner dari suatu acara yang digelar oleh organisasi tersebut.

  • Mengikuti seminar atau pelatihan online

Di masa pandemi ini banyak digelar seminar atau pelatihan yang dilaksanakan secara daring. Bahkan ada beberapa acara seminar dan pelatihan online yang digelar secara gratis tanpa dipungut biaya. Dengan mengikuti acara-acara tersebut, diharapkan akan menambah wawasan, ilmu, dan juga relasi yang akan berguna bagi kehidupan kita.

Itulah sedikit sudut pandang mengenai istilah no life, semoga artikel ini bermanfaat. Sekian dan terima kasih.

Penyunting: Rini Trisa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *