Gemercik News-Tasikmalaya (19/12). Gelombang aksi dengan sebutan 1812 di gelar serentak pada Jumat, 18/12/2020 di beberapa daerah Indonesia, seperti Jakarta, Palu, Yogyakarta, Pontianak, termasuk Kota Tasikmalaya. Dipenuhi ribuan masyarakat yang tergabung dalam Aliansi Aktivis dan Masyarakat Muslim Tasikmalaya (Al Mumtaz).
Massa aksi padati lalu lintas dari Masjid Agung sampai lokasi utama di Polres Tasikmalaya Kota. Massa aksi tersebut menyampaikan dua tuntutan utama terkait permintaan pengusutan tuntas pembantaian anggota laskar FPI juga pemberhentian kriminalisasi terhadap ulama, termasuk pembebasan Rizieq Shihab.
Aminudin selaku ketua Al Mumtaz menyampaikan pengutukan keras atas kejadian yang menewaskan enam anggota laskar FPI. Sehingga, menuntut kasus tersebut yang dinilai melanggar HAM agar diusut tuntas.
Massa menyetujui seruan yang dilontarkan salah satu ulama Tasikmalaya, KH. Miftah Fauzi bahwa sumber dari masalah ini dianggapnya datang dari presiden. Jokowi belum angkat bicara belasungkawa terhadap enam korban anggota laskar FPI, terlepas siapa yang benar dan salah, masing-masing mempunyai data sebagai pembuktian di pengadilan. Miftah mengatakan, untuk mencegah penyebaran fitnah yang dianggapnya ini bisa menyebar ke seluruh bangsa, sehingga diharapkan Jokowi diharuskan angkat bicara.
“Ya, seharusnya presiden Jokowi ngomong soal masalah ini, sebelum menyebar menjadi fitnah ke seluruh bangsa,” jelas Miftah.
Ansori sebagai Ketua FPI cabang Tasikmalaya pun hadir di sana, ia turut menyambung dari apa yang telah disampaikan tokoh ulama tersebut. Paparnya terkait penangkapan Rizieq Shihab atas kasus kerumunan agar aparat hukum tidak pandang bulu untuk hal ini, sehingga bisa bekerja secara profesional dengan kembali melayani dan mengayomi masyarakat.
“Ketika Habib Rizieq Shihab diadili karena kasus kerumunan. Kami pun tuntut aparat untuk usut tuntas juga kasus kerumunan anak presiden, Gibran Rakabuming di Solo,” jelas Sofyan Anshori.
Kerumunan yang disebut oleh ketua FPI ini ditanggapi oleh AKP Sri Sulistia Ningsih selaku Kasubbag Hukum Polres Tasikmalaya Kota, ungkapnya soal protokol kesehatan yang diserukan dalam unjuk rasa ini seperti menjaga jarak dan memakai masker dianggapnya tidak bisa terkendali. Akan tetapi, saat aksi berlangsung pihaknya berusaha semaksimal mungkin untuk membagikan masker dan menghimbau agar menjaga keselamatan setiap massa.
“Saat pembagian pun masker, alhamdulillah massa aksi bisa menerima pembagian masker yang diberikan.” Pungkas Sri Sulistia Ningsih.
Soal keamanan pun dibahas, pengawasan terhadap motor massa aksi yang parkir di sekitar area luar gerbang Polres Tasikmalaya Kota tidak dikawal oleh aparat kepolisian, sehingga ada motor salah satu massa aksi yang hilang. Selepasnya korban melapor, petugas langsung melakukan identifikasi di lokasi hilangnya motor di tepi jalan Letnan Harun. Jajaran Satreskrim (Satuan Reserse Kriminal) pun tengah menangani penyelidikan kasus tersebut.
Reporter: Syahda Ulum & Dila Prila
Penulis: Syahda Ulum
Penyunting: Rini Trisa