Gemercik News-Universitas Siliwangi (17/3).Pemerintah menghapus Fly Ash danBottom Ash (FABA) yang merupakan limbah batu bara dari Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Keputusan penghapusan ini berdasarkan kajian ilmiah yang telah dilakukan. Menanggapi hal tersebut, Kepala Bidang Lingkungan Hidup BEM Unsil, Wahyu Agung Laksono menyayangkan keputusan yang diambil pemerintah.
“Menurut saya ini menyayangkan, karena walaupun telah dikaji secara ilmiah dan mengurangi risiko, tetap saja berbahaya. Dampak FABA ini dapat menyalur ke udara dan mengganggu pernafasan,” tegas Wahyu.
Terkait hal ini, Wahyu akan mengkaji sendiri pencemaran limbah batu bara. Kajian tersebut akan diselesaikan secepatnya untuk ditelusuri bahwa batu bara memiliki risiko pencemaran yang berbahaya atau tidak. Ia juga berpendapat bahwa kebijakan pemerintah membuat turunnya kualitas lingkungan.
“Tidak etis lah limbah batu bara ini dikeluarkan dari golongan B3. Sebenarnya dampaknya tidak langsung, sih. Dari pencemaran udara lalu menuju kesehatan, dari air menuju kesehatan,” ujar Wahyu.
Menurut Wahyu, dampak dari limbah batubara ditakutkan akan merusak ekosistem makhluk hidup yang berada di dalam air. Walaupun industri membuangnya ke tanah kosong dan kering, hujan dapat menyebabkan limbah tersebar dan merusak ekosistem biotik.
Selain itu, Wahyu menuturkan bahwa limbah yang dibuang ke alam harus bisa memenuhi kualitasnya sebagai limbah yang aman untuk lingkungan dan kesehatan. Limbah batubara memberi dampak yang tidak langsung kepada masyarakat. Butuh jangka waktu yang lama bagi mereka untuk merasakan dampak dari limbah batu bara.
Dalam hal ini, Wahyu menilai langkah tersebut menjadi kemenangan untuk para pengusaha. Seharusnya, pemerintah lebih fokus pada transisi energi dari yang sekarang menuju energi alternatif.
“Dari kasus ini jadi kemenangan lobi pengusaha. Dasarnya mereka mengajukan tentang masalah ini (batu bara) ke pemerintah. Seharusnya pemerintah lebih tegas, dan harusnya kan transisi energi, sih, dari energi yang sekarang ke energi alternatif, bukan meningkatkan energi yang sekarang.” Tegas Wahyu.
Reporter: Najmi Muhammad Agus Nur dan Zahra Firdausa Sunarya
Penulis: Thariq Najmi Octaviantoro
Penyunting: Wiku Rajidae