Oleh: Dewi Rahmawati
Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang memiliki budaya ketimuran serta masyarakat yang bersifat sosialisme religius. Selain itu, masyarakat Indonesia juga dikenal sebagai masyarakat yang Pancasilais, yakni masyarakat yang menerapkan poin-poin pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Indonesia terbentang dari Sabang sampai Merauke memiliki keberagaman, salah satunya adalah keberagaman agama dan kepercayaan. Terdapat enam agama dan kepercayaan yang ada di Indonesia yakni Islam, Kristen, Hindu, Budha, Katolik dan Konghucu. Dengan adanya keberagaman tersebut, tidak dapat dipungkiri akan menimbulkan berbagai konflik yang bisa memecah belah persatuan yang ada di Indonesia. Untuk itu, Indonesia menerapkan konsep hidup “Bhineka Tunggal Ika” yang memiliki arti berbeda-beda tetapi tetap satu jua untuk menciptakan kehidupan yang aman, tentram, dan damai.
Untuk menghindari terjadinya konflik dalam masyarakat, maka diperlukan adanya toleransi yang dapat memberikan suatu keselarasan dan kerukunan hidup antar umat beragama. Toleransi bertujuan agar masyarakat Indonesia bisa saling menghargai dan saling menghormati untuk menghindari terjadinya berbagai konflik dan perseteruan yang bisa memecah belah persatuan Indonesia, bahkan bisa membumi hanguskan negara Indonesia. Untuk itu diperlukan pemahaman yang sangat mendalam mengenai toleransi antar umat beragama, agar keberagaman yang ada di Indonesia tidak menjadi penghalang untuk terciptanya keharmonisan antar umat beragama yang ada di Indonesia.
Pendapat mengenai toleransi dari beberapa perspektif agama yang ada di Indonesia:
- Menurut perspektif Islam
Toleransi adalah pengakuan adanya kebebasan setiap warga negara untuk memeluk suatu agama yang menjadi keyakinannya dan kebebasan untuk menjalankan ibadahnya (Departemen Agama, 1982-1983)
2. Menurut perspektif Kristen
Toleransi adalah menghormati, menghargai, menjunjung tinggi semua manusia. Hal ini tercantum dalam kitab perjanjian baru surat Matius 22; 39, yang bunyinya “Dan hukum yang kedua yang sama itu ialah: kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Lembaga Alkitab Indonesia 1993: 22).
3. Menurut perspektif Hindu
Toleransi adalah memiliki sifat terbuka bagi semua pihak, karena di dalam kitab suci Weda tertera “Bhineka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrwa” yang berati berbeda-beda mengucapkan, tapi Tuhan tiada duanya tapi hanya satu, yaitu Sang Hyang Widi Wasa/Tuhan yang Maha Esa.
4.Menurut perspektif Buddha
Toleransi adalah saling kasih mengasihi, hormat menghormati terhadap semua paham serta aliran agama yang ada (tertera dalam piagam yang dibuat oleh Raja Asoka).
Dari beberapa pendapat di atas, dapat diketahui bahwa setiap agama memiliki kesamaan konsep dalam hal toleransi, yakni konsep saling menghargai dan saling menghormati. Masalah toleransi merupakan masalah yang sangat peka di antara masalah sosial budaya lainnya. Sebab, terjadinya suatu masalah yang menyangkut agama akan menjadi ruwet dan sulit ditangani, apalagi dengan adanya berbagai agama di Indonesia jika tidak ditangani oleh toleransi. Toleransi menjadi kunci sukses sebuah kedamaian dan ketentraman hidup umat beragama.
Seperti yang telah dijelaskan bahwa di Indonesia terdapat enam keberadaan agama. Dengan adanya keberagaman tersebut tidak mudah untuk mempersatukan satu sama lain. Meskipun begitu, hubungan tiap agama di Indonesia dapat terjalin dengan baik dan memiliki keharmonisan antar agama satu dengan yang lainnya. Bahkan, jika ditilik dari sisi sejarah, konsep toleransi sudah diterapkan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan Indonesia.
Tercatat bahwa Soekarno yang merupakan presiden pertama Indonesia beragama Islam, AA. Maramis seorang anggota BPUPKI dan KNIP beragama Kristen, Gatot Subroto seorang Jenderal Deputi Ketua staf Angkatan Darat beragama Budha, I Gusti Ngurahray yang merupakan pemimpin militer Bali saat Revolusi Nasional beragama Hindu, Pierre Tendean salah satu prajurit Angkatan Darat beragama Katolik, serta masih banyak lagi pahlawan dengan segala latar belakang agamanya yang mampu berjuang bersama untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Tanpa rasa toleransi, mereka tidak dapat bersatu bahkan memerdekakan Indonesia.
Meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa pada awal-awal terdapat beberapa konflik mengatasnamakan agama yang di dalamnya terdapat sebuah pertentangan iman, kecurigaan rasisme dan politik, dan anggapan bahwa agama yang dianut adalah agama yang paling benar dan agama lain adalah agama yang salah. Namun, hal tersebut sedikit demi sedikit bisa dihilangkan dengan didasarkan pancasila dan konsep Bhineka Tunggal Ika yang ada di Indonesia.
Sikap toleran antar umat beragama sangat diperlukan, sebab tanpa adanya sikap toleran yang diberikan oleh umat beragama. Maka, tidak akan tercipta sebuah hubungan yang harmonis dalam kehidupan beragama.
Soeharto pernah menegaskan “Toleransi umat beragama itu tidak berati bahwa ajaran agama kita masing-masing menjadi campur aduk. Toleransi hidup beragama itu bukan suatu bentuk campur aduk melainkan terwujudnya ketenangan, saling harga menghargai, dan kebebasan yang sebebas-bebasnya bagi setiap penduduk dalam menjalankan ibadah agama menurut keyakinannya masing-masing. Bahkan sebenarnya lebih dari itu, antar semua pemeluk agama harus dapat dibina kegotong-royongan dalam membangun masyarakat kita sendiri, demi kebahagiaan bersama sikap permusuhan, sikap prasangka harus kita buang jauh-jauh dan kita ganti dengan saling hormat menghormati” (Departemen Agama Ri 1983-1984:70).
Dari apa yang diucapkan oleh Soeharto tersebut, maka dapat diambil sebuah pelajaran yaitu arti dari toleransi merupakan hal positif, dan intoleran merupakan hal yang negatif.
Berikut merupakan hal-hal yang dapat timbul jika tidak diterapkannya toleransi atar umat beragama:
- Perpecahan
Perpecahan antar umat beragama akan berakibat fatal sebab akan mengundang campur tangan pihak ketiga untuk mengambinghitamkan suatu agama.
2. Tertutup untuk tidak menerima kritik dan saran
Intoleran adalah sikap sombong yang bersumber dari diri yang menganggap bahwa dirinya atau agamanya paling sempurna dan tidak menghargai keberadan agama lain. Rasa takabur tersebut menguasai dirinya sehingga tidak dapat menerima bahwa terdapat kekurangan pada dirinya dan tidak mampu menerima kritik dan saran.
3. Bersikap isolatif dan radikal ekstrem
Sikap ini akan membawa kerugian terhadap siapa pun yang disebabkan oleh perasaan superioritas yang selalu memandang remeh kepada setiap orang, baik keyakinan maupun kebangsaan. Sehingga, tidak mau menerima masukan dari orang lain dan bersikap menutup diri tanpa menunjukkan sikap tenggang rasa.
Dengan munculnya hal-hal yang disebabkan oleh rasa intoleran di atas, maka kita harus menjauhkan sifat tersebut dalam kehidupan umat bergama. Oleh karena itu, menciptakan sebuah sikap toleransi antar umat beragama perlu diterapkan dan dikembangkan dalam kehidupan Indonesia saat ini, agar terciptanya kehidupan masyarakat Indonesia yang harmonis tanpa perpecahan di masa yang akan datang. Setiap agama yang ada di Indonesia pasti setuju dan sepakat dalam hal toleransi yang memang harus dijunjung tinggi. Dapat dibayangkan jika seluruh masyarakat Indonesia dengan berbagai agama yang ia anut menjunjung tinggi toleransi, seluruh perpecahan dan kekisruhan akan musnah dari negeri Indonesia. Sebagai warga Indonesia yang baik serta sebagai umat yang beragama (agama apapun) marilah kita ciptakan dan junjung tinggi toleransi supaya tercipta Indonesia yang lebih damai di mata dunia.
Penyunting: Wiku R