Oleh: Farda
Menurut penuturan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), diperkirakan akan terjadi gerhana bulan total atau sering disebut dengan istilah Super Blood Moon, pada tanggal 26 Mei 2021 di seluruh wilayah Indonesia. Super blood moon merupakan peristiwa terhalangnya sinar matahari oleh bumi, sehingga tidak semuanya sampai ke bulan. Super blood moon terakhir terjadi pada 20-21 Januari 2019.
Gerhana bulan total terjadi saat posisi matahari, bumi, dan bulan sejajar. Hal ini terjadi saat bulan berada di umbra bumi, yang akan berakibat saat puncak gerhana bulan total terjadi dengan bulan akan terlihat berwarna merah, yang sering disebut blood moon. Pada posisi ini bulan akan lebih dekat dengan bumi, maka akan terlihat lebih besar dari purnama biasanya.
Disebut blood moon atau bulan merah darah ini, lantaran warna merah itu berasal dari cahaya matahari yang bisa lolos melewati atmosfer bumi dan mencapi bulan. Disaat cahaya matahari melewati atmosfer bumi, cahaya pada panjang gelombang hijau sampai ungu disebarkan dan disaring oleh atmosfer bumi. Hanya cahaya merah saja yang bisa lolos melewati atmosfer bumi dan menyinari bulan.
Menurut Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Gerhana Bulan Total atau Super Blood Moon kali ini akan bertepatan dengan detik-detik Waisak, yakni pada 15 Suklapaksa (Paroterang) Waisaka 2565 Era Buddha, yang jatuh pada 26 Mei pukul 18.13.30 WIB, dengan jarak 357.461 kilometer dari Bumi.
Periode gerhana bulan merah super yang bertepatan dengan hari raya waisak berikutnya, mungkin baru bisa disaksikan lagi setelah ratusan tahun yakni sekitar 195 tahun. Sehingga, fenomena super blood moon kali ini bisa terbilang langka.
Gerhana akan dapat disaksikan di seluruh wilayah Indonesia dari arah Timur-Tenggara tanpa menggunakan alat bantu optik apapun, terletak di dekat konstelasi Scorpius. Dengan durasi fase total gerhana yang cukup singkat, yakni 14 menit 30 detik.
Ada 7 fase yang akan terjadi pada peristiwa Super Blood Moon, tanggal 26 Mei 2021:
- Fase (P1) awal gerhana bulan mulai pukul 15.46 WIB, 16.26 WITA, 17.46 WIT, yang melintas memotong Papua bagian tengah. Sehingga, pengamat dari wilayah Papua dapat menyaksiakan seluruh proses terjadinya gerhana bulan total ini.
- Fase (U1) Gerhana Bulan Sebagian terjadi mulai pukul 16.44 WIB, 17.44 WITA, 18.44 WIT, yang melintas memotong Pulau Sulawesi dan Nusa Tenggara. Sehingga, pengamat di wilayah Indonesia Timur, Sulawesi bagian Timur, dan NTT bisa menyaksikan secara jelas.
- Fase (U2) Gerhana Bulan Total mulai masuk pukul 18.09.21 WIB, 19.09.21 WITA, 20.09.21 WIT, melintas memotong Provinsi Riau dan Sumatera Barat. Sehingga, seluruh pengamat di Indonesia dapat mengamati awal fase totalitas ini. Kecuali di sebagian Riau, Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Aceh.
- Fase Puncak Gerhana Bulan terjadi pukul 18.18.43 WIB , 19.18.43 WITA, 20.18.43 WIT, dapat disaksikan di seluruh wilayah Indonesia, kecuali di sebagian kecil Riau, sebagian Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Aceh.
- Fase (U3) Gerhana Bulan Total berakhir pukul 18.28.05 WIB, 19.28.05 WITA, 20.28.05 WIT melintas membelah Sumatera Utara. Sehingga, pengamat di seluruh wilayah Indonesia, kecuali sebagian Sumatera Utara dan Aceh, dapat menyaksikan fenomena ini.
- Fase (U4) Gerhana Bulan Sebagian berakhir pukul 19.52.48 WIB, 20.52.48 WITA, 21.52.48 WIT, dapat disaksikan di seluruh wilayah Indonesia.
- Fase (P4) Gerhana Bulan berakhir pukul pukul 20.51.14 WIB, 21.51.14 WITA, 22.51.14 WIT dapat disaksikan di seluruh wilayah Indonesia.
Fenomena blood moon bisa disaksikan dengan mata telanjang, sebab fenomena ini tidak sama dengan fenomena gerhana matahari yang intensitas cahayanya bisa membahayakan mata. Perbedaan intensitas cahaya ini diakibatkan lantaran bulan hanya mendapat cahaya dari pantulan sinar matahari. Selain dengan mata langsung, bisa juga menggunakan teleskop atau teropong, agar fenomena blood moon bisa terlihat dengan jelas.
Penyunting: Rini