Debat Calon Ketua BEM Bahas PPKS Hingga Pemilihan Rektor

PicsArt 12 02 01.21.59

Gemercik News-Universitas Siliwangi (2/12). Debat terbuka Calon Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unsil periode tahun 2022 membahas perihal Permendikbudristek No. 30 tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) di Lingkungan Perguruan Tinggi, hingga pemilihan kandidat rektor yang berasal dari luar kampus.

PicsArt 12 02 01.22.37
Sumber foto: WIndi/Gemercik Media

Debat dibagi menjadi empat sesi dan membahas lima mosi. Salah dua dari lima mosi yang diperbincangkan membahas dua topik tersebut. Permendikbudristek No. 30 tahun 2021 tentang PPKS di Lingkungan Perguruan Tinggi menjadi mosi pertama yang dibahas bagi kedua calon.

Masing-masing calon memberi tanggapan dan pandangannya mengenai hal tersebut. Menurut Aap Nurpalah selaku Calon Ketua BEM nomor urut 1, untuk meminimalisasi kekerasan seksual di lingkungan kampus harus dimulai dari mengikis budaya patriarki.

PicsArt 12 02 01.20.58
Sumber foto: WIndi/Gemercik Media

“Ketika seseorang lebih superior, ada nilai keberanian untuk melakukan hal-hal tersebut. Budaya yang sangat akut khususnya di Indonesia adalah patriarki. Di mana sangat jelas budaya itu harus coba kita kikis sedemikian rupa, dan pada akhirnya konteksnya yang tadi dikatakan, kekerasan seksual bisa diminimalisir khususnya di lingkungan kampus sendiri,” tutur Aap.

Sementara Sadid Farhan selaku Calon Ketua BEM nomor urut 2 lebih memilih untuk menempatkan BEM Unsil sebagai pendesak, pendukung untuk membantu lembaga menyelaraskan dan menyelesaikan permasalahan kekerasan seksual di lingkungan kampus.

“Kalau saya, saya akan mendesak bagaimana rektor untuk bisa mengadopsi dan juga menyelaraskan, atau bahkan mengeluarkan peraturan rektor tentang perlindungan kekerasan seksual di dalam kampus, terutama di Unsil sendiri. Dan, kemudian juga saya akan membantu lembaga dalam penyelesaian KS (kekerasan seksual)di dalam kampus, dengan cara riset dan membersamai mereka untuk menambah support system atau memberikan support moril kepada mereka,” papar Sadid.

Pada sesi terakhir, diajukan pertanyaan terkait kandidat pemilihan rektor yang berasal dari luar Unsil dan yang tertarik dengan partai politik. Aap dan Sadid seragam menolak spesifikasi kandidat rektor tersebut.

“Berbicara mengenai rektor dari luar, kita pun harus melihat dan men-tracking historis dari calon rektor itu sendiri, bagaimana rekam jejaknya. Misal, kita temukan calon rektor itu ada sedikit masalah dalam merangkap jabatan, atau ada indikasi-indikasi problem yang lain. Kita gaungkan ke kawan-kawan, sangat jelas, ya, ketika terjadi permasalahan ini menolak,” jelas Aap.

 “Saya sendiri, ya, tentu ketika ditanya mendukung atau tidak, ketika di internal Unsil itu banyak yang memenuhi kualifikasi formal ataupun nonformal, dalam artian, kualifikasi secara aturan sudah sesuai, kenapa harus mengambil dari luar, gitu kan. Toh, kita pun tidak kehabisan figur yang menjadi sumber daya yang luar biasa, yang bisa memimpin universitas (Unsil) ini, kenapa harus dari luar, tentu saya sangat menolak.” Pungkas Sadid.

Reporter dan Penulis : Windi Saputri Prastini

Penyunting: Pipit S.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *