Spirit Muda: Kebijaksanaan, Luka, dan Cinta

Ilustrasi 1 Scaled
  • Berdamai dengan Masa Lalu

Trauma merupakan salah satu luka psikologis yang sangat berbahaya bagi kehidupan masyarakat, terutama remaja. Karena, dapat menurunkan daya intelektual, emosional, dan perilaku. Trauma biasanya terjadi bila kehidupan seseorang sering mengalami peristiwa yang traumatis, seperti kekerasan, pemerkosaan, ancaman yang datang secara individual atau juga secara masal dalam kehidupan yang dijalani.

Trauma bisa menimpa siapa saja dan kapan saja tanpa memandang ras, umur, dan waktu. Stres dan trauma yang dialami akibat kejadian hebat menimbulkan perasaan sakit seseorang, baik fisik maupun mental, bahkan sering  menyebabkan beberapa gangguan emosional atau psikologis lain di kemudian hari.

Tidak setiap orang hidup dalam keadaan baik-baik saja. Banyak hal yang menyesakkan, hingga tidak bisa diceritakan. Terkadang, ada hal yang membuatmu ingin pergi saja, menjauh dari semua yang membuatmu merasa tak nyaman. Tetapi, adakalanya ingin bangkit, memilih untuk teguh daripada rapuh, membuktikan bahwa diri kita lebih berharga dari dunia. Kadang pula sulit untuk memilih antara kata orang tua atau kata hati.

Saya memang bukan siapa-siapa dan belum melakukan apa-apa saat itu. Namun, satu hal yang sudah tertanam dalam benak saya adalah saya ingin selalu memulai, memulai menjadi yang terbaik dan berguna bagi orang lain, terutama bagi orang tua, dengan menjadi diri sendiri dan percaya bahwa saya memiliki potensi di dalam diri saya untuk melangkah maju.

  • Kemauan untuk Berubah

Semua orang pada dasarnya memiliki kemampuan yang sama, namun yang membedakan adalah apakah setiap insan bisa melihat potensi pada dirinya. Keyakinan ini terus tumbuh dan telah mengantarkan saya untuk melanjutkan belajar di perguruan tinggi, mendalami ilmu psikologi, walaupun harus banyak lika-liku yang harus dilewati.

Sekitar 2009 di penghujung semester dua, saya pernah mengajukan permohonan cuti kuliah. Entah mengapa, saya cepat sekali bosan dengan rutinitas kampus. Saya seperti kehilangan kesan tentang perkuliahan yang saya bangun dalam kepala saya, ketika dulu belum menginjak bangku kuliah. Ditambah lagi, beban lingkungan sekitar yang sebenarnya tidak terlalu berat. Saya akhirnya menyadari bahwa saya sedang berada pada sebuah titik jenuh perkuliahan. Banyak hal yang terakumulasi.

Ketika cuti, saya punya lebih banyak waktu untuk membaca banyak buku dan mendalami materi perkuliahan. Sesuatu yang memang agak sulit saya lakukan dalam perkuliahan normal. Perkara bacaan saya tak sesuai dengan jurusan kuliah dan pemahaman yang mungkin saja salah, ya lain cerita. Asalkan, saya tidak berhenti belajar. Saya juga bisa mengisi waktu dengan mengajar kursus atau bimbel. Hasil dari kegiatan tersebut dapat menambah uang perkuliahan nanti, yang terpenting adalah saya bisa melakukan banyak hal menyenangkan, yang entah ada hubungannya atau tidak, dapat memperbaiki semangat kuliah saya.

Jika ada yang menganggap bahwa cuti adalah sama dengan tidak belajar atau berhenti belajar, tentu orang tersebut bagus sekali untuk diajak berkelahi. Saya pribadi berpendapat bahwa bisa jadi mahasiswa yang cuti memiliki waktu lebih banyak untuk belajar, membaca, mengobservasi, dan menganalisis sesuatu.

Suatu ketika, karena ada beberapa hal yang tidak memungkinkan, saya akhirnya memutuskan untuk berpindah kampus. Bagi saya, kesempatan belajar bisa didapatkan di mana saja, tembok kampus  bukan penghalang untuk terus belajar, toh yang kita dapatkan ilmu. Perkuliahan itu fana, yang abadi adalah ilmu yang diperoleh untuk kehidupan.

Kehidupan perkuliahan berjalan dengan semestinya, namun di akhir perkuliahan menjelang sidang skripsi, seorang sahabat menghampiri, lalu bertanya, “Apakah saya pernah gagal?”

Saya jawab, “Ya, beberapa kali saya gagal, terjatuh bahkan terpuruk. Beberapa kali pula saya nyaris gagal.”

Lalu, sahabat itu bertanya lagi, “Apa yang saya lakukan untuk bangkit dari kegagalan?”

Saya jawab ala filusuf klasik, “Setiap saya terjatuh, saya berusaha melompat lebih tinggi lagi. Kegagalan, seperti halnya keberhasilan, mengajarkan kita banyak hal, termasuk membuka sebuah kesempatan dan menguatkan diri kita untuk lebih baik lagi ke depannya.”

  • Jangan Mengeluh, Jadilah Tangguh

Dalam kehidupan manusia, banyak sekali kebutuhan yang harus dipenuhi, di antaranya adalah kebutuhan primer dan sekunder. Kebutuhan primer adalah kebutuhan paling dasar yang harus dipenuhi, karena kebutuhan jenis ini merupakan kebutuhan untuk kelangsungan hidup spesiesnya. Sedangkan, kebutuhan sekunder adalah kebutuhan yang juga sangat penting dan lazim, seperti menyangkut rasa aman dan kebahagian jiwa. Tentu saya juga ingin meraskan kebahagian itu, didorong keinginan orang tua saya saat itu, saya masih berstatus sebagai mahasiswa. Saya dikenalkan dengan seorang laki-laki yang kelak dan hingga saat ini menjadi pendamping hidup.

Suatu hari, saya merasa dunia tidak berpihak kepada saya. Tentu saja perasaan itu tumbuh mulai dari problem keluarga terdekat atau dari orang yang hadir dalam hidup hanya untuk memberikan kekecewaan. Berada di posisi yang bimbang dan bingung harus berbuat apa. Terkadang, saya marah dan tidak bisa mengendalikan kemarahan itu. Sehingga, yang saya rasakan luapan emosi berlebihan dan keadaan yang dapat menyebabkan otak tidak dapat bekerja secara baik, juga tidak dapat berpikir rasional. Keputusan yang diberikan pada keadaan emosi tidak stabil, sering sekali tidak tepat sasaran, merugikan diri sendiri dan juga orang lain. Perasaan marah juga akan memengaruhi hal lain, misalnya, timbulnya rasa benci. Rasa benci merupakan lawan dari rasa cinta.

Masih banyak orang yang menilai seseorang dari penampilan luarnya. Hal itu bukan merupakan tolok ukur dalam menilai seseorang. Banyak orang-orang kaya yang berpenampilan sangat sederhana dan orang-orang pintar yang jarang memperlihatkan kemampuannya untuk kepentingan sendiri. Ada pepatah yang mengatakan Di atas langit masih ada langi’. Pepatah inilah yang harus diingat setiap orang dalam menilai seseorang.

Penulis: Putri Ratna Sari

Penyunting: Andini Primadani Putri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *