Oleh, Seto dan Lita, Kelompok KKN 31 Universitas Siliwangi, Desa Pamokolan
Menurut kepercayaan dari masyarakat Desa Pamokolan, Kecamatan Cihaurbeuti, Kabupaten Ciamis, serta penuturan dari kuncen atau juru kunci, seda suci merupakan suatu tempat atau patilasan dari seorang tokoh penyiar agama terkemuka di Cirebon yang berasal dari Mataram, yaitu KH. Muhammad Abdul Sholeh. Konon, tempat ini sudah ada sejak Indonesia belum merdeka atau masih dalam masa penjajahan.
Seda suci memiliki arti, “seda” yang berarti kemudaratan pikiran, hati dari manusia dan “suci” yang berarti fitrah atau bersih, sehingga seda suci dapat diartikan sebagai tempat dari individu atau seseorang yang ingin kembali suci atau fitrah dari segala kemudaratan hati dan pikiran yang ada dalam dirinya atas izin Allah SWT.
“Seda suci ini sudah ada dari zaman sebelum kemerdekaan di Gunung Sawal, sudah banyak juga pengunjung dari berbagai daerah yang berziarah ke seda suci ini. Mulai dari masyarakat sekitar Tatar Galuh Ciamis, santri-santri, hingga pemuka agama juga ikut berziarah ke patilasan ini,” ungkap kuncen dan tokoh masyarakat Desa Pamokolan.
Manusia memang tempat salah dan dosa, tetapi pasti ada suatu saat manusia itu akan bertaubat dan kembali menuju jalan yang dirahmati oleh sang Mahakuasa.
Objek wisata religi seda suci ini sudah mulai dikelola oleh Pemerintah Desa Pamokolan sejak 2016 dan sampai saat ini masih dalam pengembangan, mulai dari pembuatan akses jalan, fasilitas sarana dan prasarana, dan lain-lain. Untuk sampai ke tempat ini, dibutuhkan waktu kurang lebih tiga jam dari Dusun Kersamenak, Desa Pamokolan. Karena letaknya yang berada dekat dengan puncak Gunung Sawal dan medan yang lumayan terjal, dibutuhkan waktu yang lama untuk sampai ke patilasan seda suci ini. Maka dari itu, kurang direkomendasikan juga berkunjung atau berziarah saat sedang musim hujan karena jalan akan sangat licin dan sulit untuk dilalui.
Dalam perjalanan menuju ke seda suci, kita akan melalui kurang lebih empat pos sebagai tempat peristirahatan sementara untuk pengunjung atau peziarah. Di beberapa pos peristirahatan. Jika beruntung, pengunjung akan disuguhi view atau pemandangan Desa Pamokolan dari lereng Gunung Sawal. Pada pos terakhir menuju seda suci juga terdapat mata air jernih yang langsung terpancar dari Gunung Sawal. Air ini dapat diminum dan dijadikan sebagai air wudu sebelum berziarah ke patilasan.
Di areal patilasan seda suci juga terdapat saung yang bernama saung waruga jati. Saung waruga jati ini memiliki filosofi “Diri ulah kasilih ku junti,” yang artinya kita sebagai manusia jangan sampai terbawa oleh arus kehidupan. Intinya adalah sebagai manusia kita harus mempunyai prinsip dan menjadi diri kita sendiri. Jangan sampai kita ikut terbawa arus perkembangan zaman dan lingkungan yang membuat kita berubah dari jati diri kita sendiri.
Jalan menuju seda suci yang terbilang cukup menantang dan penuh lika- liku juga dapat dianalogikan seperti sebuah jalan kehidupan manusia. Tentunya suatu kehidupan manusia itu tidak ada yang mulus dan hanya lurus saja bak jalan tol, tetapi pasti banyak lika-liku dan halang rintang yang menghadang sebelum sampai ke tujuan hidup. Karena itulah, sepanjang jalan menuju seda suci harus selalu fokus dan istiqamah agar dapat sampai tujuan dengan selamat. Layaknya kehidupan, apabila kita tetap istiqamah dan tawakal dengan ujian-ujian yang Allah berikan, insyaallah derajat kita akan dinaikkan dan dapat menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Areal patilasan seda suci dikelilingi oleh pagar bambu dan terdapat sebuah papan himbauan sebelum pintu masuk untuk melepas alas kaki sebagai salah satu etika sebelum memasuki patilasan. Patilasan seda suci juga sudah banyak dikunjungi oleh beberapa pengunjung yang berasal dari luar daerah Jawa Barat, seperti Banten, Cirebon, dan lain-lain. Akan tetapi, masih belum banyak juga yang mengetahui terkait dengan sejarah dari seda suci yang merupakan objek wisata religi potensial di Desa Pamokolan. Tidak sedikit dari santri-santri yang terdapat di daerah Ciamis berkunjung dan berziarah ke seda suci sebagai tempat untuk bertafakur alam, meningkatkan jiwa religi, menambah ilmu pengetahuan terkait dengan sejarah perkembangan Islam, khususnya di Tatar Galuh, Ciamis, Jawa Barat.
Atas dasar itulah, seda suci ini perlu dikembangkan agar dapat dikenal oleh khalayak umum serta dapat menjadi sumber pengetahuan yang baru terkait dengan perkembangan Islam, utamanya di Tatar Galuh, Ciamis, Jawa Barat. Sehingga diharapkan ke depannya, dapat terbentuk masyarakat yang berjiwa religius dan terus meningkatkan nilai-nilai leluhur. Bahkan bukan tidak mungkin, karena banyaknya pengunjung dan peziarah yang tertarik untuk mengetahui sejarah dan ingin meng-upgrade dirinya menjadi pribadi yang lebih baik lagi ke depannya, dapat meningkatkan perekonomian untuk masyarakat sekitar dan meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) Desa Pamokolan.
Penulis: Seto & Lita/KKN 31 Pamokolan
Penyunting: Andin