Gemercik News-Tasikmalaya (22/08). Perempuan Tasikmalaya mendukung “Kebaya Goes To UNESCO” melalui Gerakan Perempuan Tasikmalaya Berkebaya dengan melakukan catwalk fashion week pada Minggu (21/08) sore di sekitar Taman Kota Tasikmalaya. Acara ini diikuti oleh sekitar dua ratus peserta dari kabupaten maupun Kota Tasikmalaya.
Acara ini diadakan secara spontan dan didasari oleh hari jadi Forum Pemberdayaan Perempuan Indonesia (FPPI) pada 17 Agustus. Ketua FPPI Kota Tasikmalaya diinstruksikan untuk menggunakan kebaya pada hari tersebut, maka muncullah ide fashion week menggunakan kebaya.
“Kami dari pusat diinstruksikan untuk berkebaya pada tanggal 17 Agustus itu, dari sana muncullah ide ‘kenapa kita gak bikin Kebaya Fashion Week?’. Memang kesannya seperti latah ikutan Citayam tapi bukan Citayamnya yang digarisbawahi, tapi kebayanya. Spirit kebayanya supaya kebaya ini tidak boleh punah, dan diakui oleh dunia sebagai warisan dunia tak benda,” tutur Anne Yuniarti, S.H. sebagai ketua FPPI Kota Tasikmalaya.
Peserta yang hadir dalam Kebaya Fashion Week tersebut terdiri dari masyarakat umum dan dari dua puluh organisasi perempuan yang berada di Tasikmalaya. Tidak ada batasan umur dan model kebaya yang dikhususkan untuk bisa mengikuti acara tersebut.
“Karena kebaya itu milik Nusantara, semua perempuan di Indonesia boleh berkebaya dengan model kebaya dari daerahnya masing-masing,” ujar Anne.
Adapun sederet tamu undangan yang hadir dalam acara tersebut di antaranya adalah Tokoh Walikota, Ibu anggota DPRD, dan Juag Sukapura.
Salah satu peserta dari anggota Karang Taruna Bantarsari menuturkan motivasinya mengikuti acara Kebaya Fashion Week ini, ia ingin meningkatkan produktivitas diri sendiri dengan mengikuti berbagai kegiatan yang positif.
“Sekarang itu kan fashion semakin booming, ya, fashion apa aja. Nah, apa salahnya kita memulai mengenalkan kebaya ini juga, termasuk inspirasi dari kumpulan wanita di Tasikmalaya ini bagus banget. Jadi, saya juga termotivasi untuk mengikutinya,” tutur Sofa Nur Azizah sebagai peserta Kebaya Fashion Week.
Inti acara dari Kebaya Fashion Week ini setiap peserta melakukan catwalk di tempat yang sudah disediakan oleh panitia. Peserta diberi waktu dua menit untuk melakukan catwalk. Namun saat acara berlangsung terdapat kendala yakni hujan, maka peserta hanya diberi kesempatan satu kali catwalk.
“Harusnya dua menit, tapi karena waktunya mepet, tadi kita satu kali jalan aja. Kalo gak hujan, pasti tiap peserta punya banyak time untuk catwalk,” tutur Sofa.
Sofa berharap kebaya bisa dikenalkan sampai ke United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO)dan menganggap kebaya adalah pakaian ciri khas Indonesia. Warga Tasikmalaya bisa mengenalkannya dengan memakai kebaya di kegiatan sehari-hari seperti bekerja dan ke kampus.
“UNESCO itu harus menganggap kebaya sama seperti di Korea. Mereka kan punya Hanbok, nah Indonesia punya kebaya juga yang gak kalah lebih cantik, lebih modis, dan lebih menarik,” tutur Sofa
Reporter : Dedeh, Khumairoh, Abi
Penulis : Dedeh Sukmawati
Penyunting: Ayu Prawita