Oleh, Wanda Agriani
Suara-suara kucing terdengar di rumah yang terletak di sudut Jalan Abdi Negara, Mangkubumi, Kota Tasikmalaya. Rumah itu tidak akan pernah sepi dari kehangatan suara kucing. Bukan hanya satu atau dua ekor, tetapi berpuluh-puluh ekor kucing menetap di dalam rumah itu. Ada yang saling berkejaran, berdiam di kandang, menggaruk-garuk, atau sekadar tiduran. Ketika sudah waktunya diberikan sajian makanan, mereka segera berlari menyerbu karena tidak sabar untuk menyantap hidangan rebusan daging ayam yang baru saja selesai dimasak. Rumah yang penuh dengan tingkah lucu kucing-kucing gemas itu ialah Rescue Kucing Tasikmalaya, tempat penampungan kucing-kucing jalanan yang membutuhkan perhatian dan perawatan lebih.
Saat ini, ada sembilan puluh ekor kucing menetap di rumah tersebut. Tidak hanya kucing jalanan saja, bahkan kucing telantar yang memiliki jenis ras tertentu pun diselamatkan Rescue Kucing Tasikmalaya. Kucing yang memiliki riwayat penyakit tertentu, disabilitas, dan malnutrisi merupakan jenis kasus kucing yang paling banyak diselamatkan. Selain itu, terdapat juga dua ekor anjing jalanan menetap di rumah itu.
Imas suryani, orang dibalik berdirinya Rescue Kucing Tasikmalaya. Kecintaannya terhadap hewan mengantarkannya untuk membangun Rescue dengan tangannya sendiri. Pada akhir tahun 2019, Imas mencoba memberanikan diri membangun Rescue ini tanpa bantuan orang lain, bahkan ia hingga rela menjual perhiasannya untuk biaya operasional menjalankan Rescue. Imas bercerita tentang kejadian kekerasan terhadap kucing yang terjadi di Ciamis, seekor kucing dipukul habis-habisan dengan balok hingga mengakibatkan kucing tersebut tidak bernyawa lagi. Hal ini juga yang melatarbelakanginya untuk membangun Rescue sendiri.
“Pertama kali ibu nekat (membangun Rescue) waktu ada kasus kucing di Ciamis yang dipukul orang pakai balok, luar biasalah. Nah, ada orang yang melaporkan kejadian ini di grup (Rescue) lain tetapi (penerima laporannya) slow respon. Pada saat kejadiannya sudah terjadi sehari semalam, barulah (laporan itu) di acc. Ternyata, saat dilihat (kucingnya) sudah kritis dan dari kejadian ini saya menekatkan diri untuk membuka Rescue. Bagaimana caranya kalau ada kasus/kejadian (penganiayaan/kekerasan terhadap hewan) jangan slow respon, jadi ibu nekat bikin grup sendiri,” ucap Imas berterus terang.
Media sosial menjadi hal yang sangat berpengaruh dalam menyebarkan informasi terkait Rescue Kucing Tasikmalaya. Mulai dari Facebook, TikTok, hingga Instagram semua dicoba oleh Imas. Pada awalnya, ia mencoba untuk membuat konten di TikTok, tetapi sayangnya akun tersebut sempat di banned. Hingga akhirnya beralihlah memanfaatkan Instagram dan hasilnya sampai sekarang sudah mendapatkan 751 pengikut. Akun Instagram dengan username @Rescuekucingtasikmalaya dijadikan sebagai pusat informasi dari Rescue Kucing Tasikmalaya.
Membagikan video terkait kondisi terkini kucing-kucing yang ditampung, menjadi konten-konten utama yang termuat di akun Instagramnya. Tidak jarang juga Rescue Kucing Tasikmalaya sering mengadakan beberapa kegiatan lapangan seperti memberikan pakan untuk kucing jalanan (street feeding) dan sterilisasi untuk kucing-kucing yang berada di Pasar Indihiang, Cikurubuk, dan Pancasila (TNR). Beberapa kegiatan ini sering dibagikan juga dalam akun Instagram Rescue Kucing Tasikmalaya.
Instagram Rescue Kucing Tasikmalaya mulai banyak dikenal luas. Bahkan, beberapa masyarakat mencoba untuk melaporkan kucing telantar melalui Instagram. Selain itu, media sosial juga dimanfaatkan Imas untuk berinteraksi dengan cat lovers maupun owner Rescue di kota lain. Mereka saling bertukar kabar dan bertukar informasi terkait kasus-kasus yang ditemukan di daerahnya, bahkan sampai saling bahu-membahu satu sama lain.
“Iya atuh (kita saling berkomunikasi), pokoknya ibu mah dari kota Depok, Bekasi, Bandung itu semua saling berkomunikasi. Kan kita itu (punya) tujuan sama, satu visi misi menyelamatkan kucing,” jawab Imas antusias setelah diwawancara.
Selama hampir lima tahun berdirinya Rescue, Imas paham sekali dalam menjalankan Rescue pasti selalu menemukan kendala. Dana operasional kerap menjadi ganjalan. Sudah jelas, menjalankan Rescue butuh biaya operasional yang tidak sedikit, setidaknya biaya untuk pakan sehari-hari. Ditambah lagi dengan jumlah kucing yang banyak, Imas tentu memerlukan bantuan tenaga orang lain dalam merawat kucing-kucing. Imas harus berpikir ulang bagaimana ia harus bisa menghidupi dirinya, kucing-kucing, dan upah pegawai. Maka demikian, Imas mencoba untuk menggalang dana dengan cara membuka donasi bagi siapa saja yang ingin berdonasi. Bahkan tidak jarang beberapa orang turut serta membantu dengan mengirimkan pakan kucing.
“Ibu mah tapi alhamdulillah bersyukur, ya kalau disebut selter itu mah terlalu berat ya, ini mah cuman rumah Rescue saja. Punya rumah kucing segini saja bersyukur, (adanya rumah Rescue) ini juga dari hasil donasi,” tuturnya dengan lembut.
Imas berharap ke depannya Rescue Kucing Tasikmalaya bisa menjadi sebesar rumah penampungan hewan CLOW (Cat Lovers of the World), terlebih lagi banyak yang membantu dalam segi pendanaan operasional. Mengingat semakin banyaknya donasi, gerak Rescue Kucing Tasikmalaya bisa lebih leluasa dan tidak dibatasi. Sementara itu, harapan paling utamanya adalah khususnya masyarakat Tasikmalaya bisa lebih memiliki kesadaran terkait dengan bagaimana seharusnya berperilaku terhadap hewan. Imas berterus terang bahwa di Tasikmalaya, kesadaran masyarakat terhadap hewan masih rendah. Hal tersebut dibuktikan dengan masih adanya kasus penganiayaan atau penyiksaan hewan seperti yang baru-baru ini viral, yaitu terdapat kasus mutilasi terhadap 13 kucing di Pasar Cikurubuk.
Di ujung percakapan, Imas berpesan kalau setiap hewan pasti memiliki rasa, baik itu rasa kecewa, maupun rasa kasih sayang sama halnya seperti manusia. Jadi, cobalah untuk berperilaku senonohnya terhadap mereka. Hewan pun makhluk ciptaan Tuhan sama seperti manusia. Mereka juga ingin diperlakukan seperti layaknya manusia sebagaimana mestinya.
“Coba pakai hati, jangan pakai logika. Kalau pakai logika nanti akan (hanya terus ada kata) cuma, cuma, dan cuma,” tutup Imas sambil tertawa tipis.