Gemercik News-Tasikmalaya (27/07). Sejumlah orang tua wisudawan melakukan aksi buka paksa tenda pada saat prosesi wisuda berlangsung. Hal ini dilakukan sebagai bentuk protes terhadap pelaksanaan wisuda yang dinilai kurang kompeten. Pasalnya tenda konvensional yang dilengkapi dengan monitor tersebut hanya beroperasi hingga 15 menit pertama, sehingga mengundang amarah para orangtua yang menyebabkan mereka membuka paksa tenda dan menerobos masuk.
Aksi buka paksa tenda ini berlangsung sepanjang bergulirnya acara, sehingga menimbulkan kegaduhan dan ketidaknyamanan pihak kampus, tamu undangan, serta wisudawan. Para orangtua membenarkan aksi yang dilakukannya sebagai bentuk pembelaan serta bentuk protes terhadap ketidaknyamanan yang dirasakan.
“Saya kecewa, soalnya kan dulunya gak begini. Sekarang pindah lokasi ke lapangan, tapi nyatanya (kami) gak bisa lihat, makannya kami membuka dengan paksa tenda. TV-nya (juga) tidak jalan, ya percuma. Kecewa aja dengan fasilitas yang ada. Tahun depan kalo bisa gak begini lagi, harusnya orang tua bisa melihat dengan mata telanjang. Jauh-jauh coba ke sini cuman liatin monitor mati,” ujar Aan selaku salah satu orangtua wisudawan.
“Karena memang posisi saya berdekatan dengan samping kanan tenda itu, jadi agak kaget juga, temen-temen juga panik. Paniknya itu memang, (karena) di atasnya itu kayak agak goyang gitu, jadi kan kitanya juga malah was-was. Kita gak tenang dan suasananya juga jadi tidak khidmat. Kok kayak gini banget sih wisuda yang gelombang sekarang. Kesel dan takut aja terjadi kericuhan, takut menggagalkan kekhidmatan wisuda kita,” ujar Siska Fajar Kusuma, selaku salah satu wisudawati.
Di samping itu, pihak kampus dan keamanan telah mencoba meredam kekesalan orangtua serta mengontrol kondisi mereka dengan membuka tenda dan memperbolehkan orangtua wisudawan masuk, tetapi hanya untuk memfoto saja, kemudian diminta untuk kembali ke tempat yang telah disediakan, sehingga prosesi wisuda bisa kembali khidmat. Namun, dengan keadaan monitor tetap tidak menyala.
“Intinya keinginan mereka itu untuk melihat anaknya pada saat prosesi wisuda, (kemudian) ketika anaknya sudah diwisuda bisa kembali lagi ke tempatnya. Alhamdulillah, mereka mengerti. Setelah selesai diwisuda, saya lihat tidak ada lagi orangtua yang memaksa terus ingin masuk, dan akhirnya (saya) bisa menutup satu per satu tenda itu. Terakhir tenda bisa kembali tutup, dan (dapat) ditalikan lagi.” Tutur Riski selaku Komandan Kompi Menwa.
Setelah diselidiki dan mengumpulkan berbagai informasi, masalah yang mengakibatkan monitor tersebut mati berasal dari sumber kabel optik yang terinjak, serta pengaruh jarak antara kabel dengan teknisi yang cenderung jauh. Kendati demikian, beberapa pihak yang bersangkutan berharap bahwa prosesi wisuda sebaiknya mampu dipersiapkan dengan matang, dari rencana hingga dampak yang akan terjadi.
Reporter : Ayu, Tia, Dina Aulia
Penulis : Ayu
Penyunting: Indri S