Kita tidak bisa membuat seseorang begitu mencintai kita dan membuatnya percaya bahwa dia adalah satu – satunya jika ternyata dia bukan satu – satunya bahkan kita tidak mencintainya. Kata cinta adalah sesuatu yang begitu sakral. Tak terkoyahkan jika semuanya tulus dan berpegang teguh pada kepercayaan, hingga menciptakan cinta yang abadi.
Masa remaja adalah masa yang paling rentan oleh perasaan dan otak. Dimana pola fikir belum dewasa, namun memaksakan diri untuk masuk ke ranah dewasa. Alasannya sederhana; coba – coba. Sebagian orang akan menganggap kolot orang tuanya yang melarang anaknya yang belia dan dipenuhi kasih keluarga jika ia dilarang berpacaran.
Disini saya akan membahas tentang kebebasan dan aturan. Memang, setiap anak mempunyai hak kebebasan untuk membuka hatinya dan merasa sayang kepada lawan jenisnya. Namun, sebagai seorang anak yang belum memiliki rasa bertanggung jawab dan labil, orang tua tentu saja merasa khawatir dan takut anaknya terjebak dalam dunia gelap.
Sebagai saksi bisu yang berasal lewat pengalaman, mereka banyak mengatur agar anak – anaknya tumbuh menjadi seperti apa yang diharapkan sesuai dengan ketika mereka dilahirkan ke dunia ini, membuat orang tua bangga dan mampu membahagiakan keluarganya.
Orang tua selalu ingin mendidik anak mereka menjadi insan yang baik daripada diri mereka. Mereka bukanlah unsur penahan kebebasan. Karena orang tua selalu berbuat sesuai dengan apa yang terbaik. Pula kebebasan tak akan luput dari sebuah aturan yang mengikat, apalagi di Indonesia sendiri begitu banyak norma melekat pada masyarakat.
Orang tua melarang anaknya untuk berpacaran bukanlah suatu hal yang salah, mereka hanya mendidik anaknya untuk fokus terhadap masa depan. Mereka tetap membiarkan anaknya berteman dengan lawan jenis, namun bukan berarti sepenuhnya bebas tanpa diatur. Orang tua berusaha menjauhkan anaknya dari perbuatan yang salah dan melanggar norma yang ada.
Apalagi gaya pacaran yang ada di Indonesia kini terhegemoni oleh budaya barat. Sedangkan gaya pacaran yang bebas seperti itu bisa menimbulkan banyak masalah. Seperti seks bebas. Hal yang sangat lazim terjadi apalagi di kalangan mahasiswa. Pergaulan bebas bukan lagi hal yang aneh. Jadi masih tegakah kita membenci orang tua kita yang berusaha menjauhkan anaknya dari kesalahan itu?
Pada jaman seperti ini, anak di didik seharusnya bukan hanya tentang “harus cerdas dalam pelajaran” namun juga tentang “norma – norma” yang melekat dalam masyarakat. Karena saat memasuki dunia luar, mereka harus menghadapi banyak orang dengan budaya yang berbeda – beda. Bilamana mereka menghiraukan norma – norma yang ada, orang paling pertama disalahkan pasti orang tua.
Maka dari itu seorang anak harus mengerti, apa yang orang tua lakukan selalu saja demi anak mereka. Jadi berusahalah menjadi seorang anak yang dewasa dan mau belajar dari setiap kesalahan. Karena dunia tidak sebaik yang kita fikir. Namun kita selalu bisa membuat dunia baik terhadap kita. (Iftihal Muslim Rahman/Gemercik)