Gemercik News-Universitas Siliwangi (03/10). Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Siliwangi (Unsil) melakukan aksi sebagai pengajuan evaluasi terhadap kinerja rektor pada Rabu (01/10/2025) dengan membawa tuntutan agenda, yaitu visi misi tentang kampus bahagia, kasus kekerasan, kasus intoleransi di Unsil, fasilitas yang kurang memadai, serta sistem keamanan kampus yang masih perlu diperhatikan.
Muhammad Risaldi, selaku ketua BEM Unsil memaparkan tuntutan awalnya mengenai kasus kekerasan seksual yang tidak transparan dan belum tuntas, kasus kehilangan motor, dan beberapa temuan tenaga pendidik yang intoleran terhadap mahasiswa.
“Ada oknum dosen yang melakukan kekerasan secara verbal dan non-verbal, yang sejauh ini tidak ada transparansi dari pihak rektorat dan ada satu mahasiswa universitas yang kehilangan motor sampai sejauh ini tidak ada respons dari jajaran pimpinan,” ungkap Risaldi kepada Gemercik Media, Rabu (01/10).
Rektor Unsil, Prof. Dr. Ir. Nundang Busaeri, M.T., IPU., ASEAN Eng., menanggapi terkait kampus bahagia bahwa Unsil ingin berada pada posisi yang unggul dan memang Unsil sudah mencapai itu untuk akreditasi institusi, selanjutnya adalah bagaimana mengirimkan dosen untuk kualifikasi ke jenjang doktor.
“Inginnya, memang kita semua aspek itu unggul dan kita sudah mencapai untuk akreditasi institusi, kita sudah unggul dan kemarin sudah dihitung tiap tahun pasti Unsil mengirimkan dosen untuk berkualifikasi,” ungkap Prof. Dr. Nundang kepada Gemercik Media, Rabu (01/10).
Terkait kasus kekerasan seksual, Drs. Nana Sujana, M,si., selaku Kepala Biro Keuangan dan Umum merespons hal ini dengan menjelaskan pemeriksaan tidak hanya dari internal, tetapi juga dari Inspektur Jenderal Kementrian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Irjen Kemendiktisaintek) dan sudah selesai diperiksa sampai 22 orang termasuk bukti, keterangan ahli, dan hasilnya sudah disampaikan kepada kementerian.
“Sudah selesai diperiksa termasuk bukti dan pemeriksaan para ahli dan hasilnya berupa rekomendasi sanksi yang berat,” ungkap Drs. Nana.
Risaldi kemudian menanyakan kembali isu keamanan di kampus 1. Hal ini mendapat respons dari Drs. Nana yang menjelaskan bahwa pengamanan dari kampus sudah baik, dilengkapi security dengan gaji yang layak guna menjamin keamanan kampus secara maksimal.
“Biaya cukup besar untuk security guna menjaga keamanan kampus yang mana sekali lagi yang namanya maling pasti mencari celah lengah sehingga kehilangan motor bisa terjadi, tetapi hal ini juga sudah diproses,” jelas Drs. Nana.
Rektor juga menjelaskan lebih jauh terkait intoleransi yang terjadi. Sebelumnya hal ini selalu disosialisasikan dan diinformasikan kepada pimpinan fakultas, tetapi tetap saja lembaga perlu kerja sama dengan Organisasi Mahasiswa (Ormawa) seperti BEM karena BEM ini mitra strategis yang diharapkan menjadi penghubung jika ada kasus agar dapat langsung ditindak lanjuti.
“Terkait intoleransi sudah disosialisasikan kepada mahasiswa baru, pegawai, dan pimpinan fakultas, tetapi tetap saja ada kemungkinan dosen yang intoleran terhadap mahasiswa sehingga diharapkan kalau terjadi kasus segera dilaporkan agar dapat ditindaklanjuti,” jelas Prof. Dr. Nundang.
Selanjutnya, salah satu mahasiswa mengungkapkan keluhan terkait kualitas lulusan Unsil yang mana akibat kurangnya fasilitas yang tersedia menyebabkan mahasiswa semester akhir pada umumnya kuliah secara online. Sebagai rektor, Prof. Dr. Nundang menjelaskan harapannya tentang semua lulusan Unsil berkualitas apalagi dengan adanya kurikulum baru.
“Dengan kurikulum Outcome Based Education (OBE), mahasiswa relatif lebih kompeten karena mengusai bidangnya masing-masing,” jelasnya.
Rektor juga menambahkan alasan terkait kekurangan fasilitas kelas, yaitu adanya keterbatasan dana sehingga fasilitas belum bisa maksimal. Selain itu, penambahan jumlah mahasiswa di setiap tahunnya menyebabkan rasio dosen terpenuhi sehingga pembelajaran bisa tetap berjalan.
“Kembali lagi karena keterbatasan dana, adapun penambahan mahasiswa setiap tahunnya karena rasio dosennya terpenuhi,” tambahnya.
Kemudian, Dr. Drs. Gumilar Mulya., M.Pd., selaku Wakil Rektor 2 Bidang Keuangan dan Umum, menambahkan penjelasan terkait fasilitas yang secara terus terang sudah menerima aduan dari fakultas, tetapi hal ini berkaitan dengan dana yang tidak bisa sepenuhnya terpenuhi secara langsung.
“Terkait fasilitas kami sangat menyadari karena itu juga sudah ada aduan dari pihak fakultas, tetapi karena keterbatasan dana yang tidak dapat sepenuhnya terpenuhi maka kita perbaiki step by step,” jelasnya.
Selanjutnya, Risaldi menjelaskan jika kampus bahagia secara definitif bersifat utopis dan dalam implementasinya memang sangat jauh dari kenyataan sehingga hal ini perlu dievaluasi.
“Sangat disayangkan pengimplementasian kampus bahagia ini masih jauh dari kata maksimal bahkan tidak menyentuh ke akar rumput. Ini perlu kita evaluasi total,” jelas Risaldi.
Risaldi menambahkan bahwa Unsil masih menjadi salah satu penyumbang sampah yang cukup besar di Tasikmalaya sehingga sangat disayangkan ketika mahasiswanya melakukan advokasi terkait sampah ternyata kampus sendiri menjadi penyumbang sampah terbanyak. Lalu, dengan muncul permasalahan kekerasan seksual dan kasus kehilangan motor, Risaldi memberikan rating 11/100 atas kinerja rektor.
“Permasalahan kekerasan seksual, kehilangan dua motor, sampah yang masih belum terselesaikan, bahkan Unsil tuh menjadi penyumbang sampah cukup besar di kota Tasikmalaya, ya 11/100,” tambahnya.
Terakhir, Risaldi menjelaskan apabila tuntutannya tidak mencapai target yang konkret maka hal ini akan terus di follow up kepada pihak rektorat.
“Sejauh ini kami mem-follow up hasil aksi dan audiensi hari ini dan tadi juga sudah diajukan nota kesepahaman kepada lembaga, tetapi jika itu hanya omong kosong belaka maka kami akan kembali dengan eskalasi masa yang lebih besar,” tutup Risaldi.
Reporter: Tim Redaksi
Penulis: Elinda Siti Nurhasanah
Editor: Fitra Novitasari