Cairan Antiseptik Alami untuk Bilik Sterilisasi Unsil

IMG 20200408 WA0081

Gemercik News-Tasikmalaya (05/04). Selama ini masyarakat mengkhawatirkan bahwa bilik sterilisasi yang berisi disinfektan sangat berbahaya bagi tubuh, terutama kulit. Hal ini disebabkan karena disinfektan bersifat korosif, menyebabkan iritasi pada kulit, merusak jaringan lunak tubuh, dan memicu pertumbuhan yang tidak normal pada sel-sel tubuh seperti timbulnya kanker (karsinogenik).

Asep Suryana selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan sekaligus ketua PKIE (Pusat Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) Covid-19 Unsil membuat antiseptik alami untuk bilik sterilisasi otomatis.

Asep menerangkan bahwa dalam satu kali pembuatan antiseptik biasanya menghasilkan sebanyak 65-70 liter. Bahan dasarnya yaitu daun sirih sebanyak 2 kg dan batang serai 1 kg.

Dalam pembuatannya, daun sirih dan batang serai dicacah atau diblender lalu disiram dengan air mendidih sebanyak 100 liter, biarkan selama satu malam. Lalu, saring dengan menggunakan kain bersih secara berulang sebanyak 5 kali.

Setelah itu, larutan tersebut dapat ditambahkan 70% alkohol atau sebanyak 15 liter. Penambahan alkohol berfungsi sebagai penguat antiseptik dan untuk mempercepat penguapan cairan yang disemprotkan sehingga hanya meninggalkan antiseptik di permukaan tubuh. Jika ingin cairan tersebut berbau wangi, dapat ditambahkan bibit parfum secukupnya sesuai selera.

Berdasarkan penuturan Asep, dalam satu  hari bilik sterilisasi ini dapat menghabiskan 10-12 liter cairan antiseptik. Namun, diperkirakan akan meningkat jika penerapan aturan pembatasan masyarakat sudah mulai dicabut karena jumlah bilik sterilisasi yang digunakan akan semakin banyak.

Sampai saat ini sudah dibuat tiga bilik sterilisasi. Alat tersebut digunakan di Gedung Rektorat, Masjid Al-Muhajirin jika sudah diizinkan, dan satu lagi untuk presentasi bilamana ada yang meminta. Pembuatan ketiga bilik sterilisasi ini didanai oleh lembaga, sehingga tidak ada kendala terkait keuangan.

“Betul, PKIE dan tim Tasik Inovasi mengajukan proposal ke rektor dan alhamdulillah rektor melalui kepala BUK (Biro Umum dan Keuangan) menyediakan dananya. Seluruh pengajuan dana, kalau gak salah 3,6 juta/bilik disetujui dan disediakan kampus untuk 3 bilik,”  tutur Asep.

Dalam proses pembuatan cairan antiseptik ini, Asep tidak melibatkan mahasiswa karena adanya lockdown. Namun, sebelumnya, dalam pembuatan bilik sterilisasi, mahasiswa yang tergabung dalam kelompok Tasik Inovasi juga turut dilibatkan.

Sampai saat ini, Asep baru membuat satu kali cairan antiseptik. Akan tetapi, sudah ada beberapa instansi yang meminta resep pembuatan cairan antiseptik. Selain itu, ada juga yang meminta skema teknis pembuatan bilik sterilisasi otomatis. 

“Hari Jumat (03/04) kemarin, Universitas Nahdlatul Ulama Gorontalo sudah mencoba membuat cairan antiseptik tersebut yang kami bimbing melalui (media) daring. Alhamdulillah sudah berhasil dan digunakan sebagai hand sanitizer di kampus mereka. Saat ini mereka meminta skema pembuatan bilik sterilisasi otomatis,” ucap Asep.

Asep juga menyebutkan bahwa ada permintaan dari pihak Kabupaten Tasikmalaya yang tertarik sehingga meminta untuk dilakukan presentasi pembuatan bilik beserta cairannya.

Reporter: Ades

Penulis: Ades

Penyunting: Ana

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *