Data Mahasiswa Unsil Bocor, Simak Sementara Dinonaktifkan

WhatsApp Image 2025 03 21 At 21.00.08

Gemercik News–Universitas Siliwangi (21/03). Unit Penunjang Akademik Teknologi Informasi dan Komunikasi (UPA TIK) Universitas Siliwangi (Unsil) lakukan investigasi kebocoran data mahasiswa yang dijual di situs ilegal atau dark web. Informasi ini awalnya muncul di media sosial X pada kamis (20/03). Untuk mengantisipasi serangan lanjutan, pihak kampus menonaktifkan Sistem Informasi Akademik (Simak) sementara waktu.

Muhammad Adi Khairul, S.T., M.T., selaku Kepala  UPA TIK mulai menginvestigasi dengan mengecek validitas data yang bocor di dark web dengan data yang ada. Terdapat sekitar 2.000 data mahasiswa dalam sampel yang diunduh. Namun, menurut Muhammad Adi seharusnya terdapat 40.000 data, karena setiap satu angkatan ada sekitar 4.000 mahasiswa, sementara Simak sudah berjalan sekitar 10 tahun.

Bayangin aja satu angkatan itu ada 4.000 atau 3.000-an mahasiswa. Simak juga sudah berjalan sekitar 10 tahun, jadi kalo ada 10 angkatan harusnya 40.000 atau 30.000 data,” kata Muhammad Adi kepada Gemercik pada Jumat (21/03/2025).

Selanjutnya, Muhammad Adi menyatakan bahwa data yang bocor merupakan data lama yang sudah tidak aktif. Data yang bocor seperti informasi mahasiswa, prodi, kelas, dan tahun. Namun, sebagian besar data tidak berisi informasi lengkap seperti nama atau nomor telepon, sehingga dinilai kurang bernilai jika diperjualbelikan.

“Kita cek datanya memang ada data mahasiswa tapi mahasiswa angkatan 89 kalo ga salah. Data yang bocor juga seperti mahasiswa.id, prodi.id, kelas.id, tahun.id, dan banyak yang ngeblank nya. Kayak nama, nomor KTP juga blank. Dari isi data nya juga kalo dijual yang beli kasian karena datanya banyak blank-nya,” jelas  Muhammad Adi.

Selain itu, Muhammad Adi mengatakan bahwa tidak ada tanda-tanda serangan khusus yang terdeteksi sebelumnya, meskipun kampus mengakui adanya upaya dari white hacker yang pernah melaporkan celah keamanan. Hal ini karena secara teknologi Simak sudah rentan, sehingga pihak kampus sedang mengupayakan untuk perpindahan data ke Syntesis.

Kalo tanda tanda itu ga ada, kita juga ga menutupi sebelumnya ada yang masuk tapi sifatnya hanya informasi saja, kita kenalnya white hacker, ya. Dari yang kita lihat, dari sisi sistem kan udah lama juga sekitar 10 tahunan, secara teknologi juga udah rentan makanya kita lagi ngebut ke sintesis gitu,” ungkap Muhammad Adi.

Sedangkan, kasus penyalahgunaan data untuk pinjaman online (Pinjol), Muhammad Adi menyatakan bahwa kasus tersebut tidak berkaitan dengan dugaan kebocoran data dari sistem Simak. Hal ini karena data pada sampel yang diunduh menjadi patokan penyesuaian data.

“Itu balik lagi karena kalo kita kaitkan dengan ini, ya aman sebetulnya. Kalo memang ada kebocoran berarti bukan dari sini dari sistem yang lain. Kita  patokannya ini dulu ya sekarang,” jelas Muhammad Adi.

Untuk memastikan data setiap mahasiswa aman, Muhammad Adi menghimbau agar mahasiswa segera memperbarui kata sandi mereka sebagai langkah antisipasi. Sementara itu, investigasi terus berlanjut untuk melacak pihak yang bertanggung jawab atas kebocoran data ini. Untuk mitigasi terburuk telah dipersiapkan dengan rutin melakukan pencadangan data.

“Pasti harus segera update pw dan untuk mahasiswa aktif jangan khawatir, karena kalo melihat data yang keluar data mahasiswa yang lama seperti ini, ya aman. Dari sisi operasional kasus terburuk nya itukan data dihapus ya, atau bahkan sistemnya dihapus, nah itu sudah dipikirkan makanya sudah rutin backup,” pungkas Muhammad Adi.

Reporter: Rahma Chairani dan Susanti Pitri Yani

Penulis: Annisa Dwi Febrilana

Penyunting: Muthia Khairani

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *