Hampir semua kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa menyukai K-Pop. K-Pop awalnya merupakan genre musik yang berasal dari Korea Selatan. Kpopers adalah sebutan bagi orang yang menyukai segala hal tentang K-Pop. Menjadi seorang Kpopers tentu menjadi suatu kebanggaan untuk semua kalangan, dari anak- anak, remaja hingga dewasa, terutama mahasiswa. Dengan begitu, mereka menjadi termotivasi dan bersemangat setiap menonton drama, mendengarkan musik, serta melihat senyum idolanya.
Duh, indahnya dunia, tetapi segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Mereka akan terobsesi kepada seseorang atau beberapa selebritas serta tertarik dengan kehidupan pribadi sang idola. Menganggap sang idola akan membantunya dari kesusahan, bahkan menganggap sang idola akan senang jika mereka menjadi bagian dari keluarganya, tidak akan rela jika idolanya dihina atau diumpat oleh orang lain, dan membela idolanya dalam media sosial dengan sekuat tenaga.
Kpopers cenderung tidak bisa membedakan antara kehidupan nyata dan media sosialnya. Biasanya Kpopers akan mengeluarkan uang untuk membeli barang-barang yang berhubungan dengan idolanya, bahkan mereka membeli puluhan atau ratusan barang secara terus menerus tanpa memikirkan risiko keuangan, sehingga muncul gaya hidup hedonisme. Contohnya membeli album, merchandise, accessories, lighstick, dan menonton konser tanpa memikirkan uang saku atau gaji. Semua itu untuk membeli barang yang mungkin belum mereka butuhkan. Kpopers menyatakan bahwa kegiatan membeli merchandise dan tiket konser merupakan suatu hobi.
Banyak kasus negatif yang menyangkut tentang pembelian merchandise pada Kpopers, seperti tumpukan merchandise menjadi sampah, harga merchandise yang tidak masuk akal, penipuan merchandise, hingga banyak konflik yang terjadi karena hal itu.
Gaya hidup hedonisme tentu mempunyai dampak yang besar terhadap kehidupan seseorang. Gaya hidup ini dapat berujung pada keadaan keuangan yang tidak sehat sebab seakan-akan menggantungkan kebahagiaan seseorang pada sesuatu yang mereka peroleh dari luar. Hal ini dapat memicu sifat ketergantungan yang tidak wajar terhadap sesuatu. Akhirnya, segala cara akan dilakukan demi memuaskan hasrat dan nafsu yang sudah menguasai. Gaya hidup hedonisme secara tidak langsung juga dapat memengaruhi kepribadian seseorang. Orang dengan cara berpikir seperti ini sering egois dan sombong. Mereka hanya memikirkan diri mereka sendiri dan bagaimana mereka bisa bahagia.
Dampak negatif ini bisa dicegah dengan mengatur dan membatasi aktivitas-aktivitas yang bersifat konsumtif dan menggantinya dengan aktivitas produktif. Perlu ditekankan, bahwa hidup tidak bisa diisi dengan kebahagiaan saja dan memercayai kebahagiaan kita bukanlah keputusan yang bijaksana.
Kita perlu merasakan emosi lain dalam hidup agar kebahagiaan mempunyai tujuan yang lebih dengan cara memandang sesuatu. Tak perlu sampai menguras dompet hingga kering di saat sebenarnya dapat merasakan kebahagiaan dari hal-hal kecil.
Menjadi Kpopers telah menjadi stigma di kalangan masyarakat dan menimbulkan banyak kerugian bagi Kpopers itu sendiri. Dengan maraknya event–event untuk “memamerkan” koleksi merchandise-nya dengan harga selangit. Para Kpopers dipandang sebagai fans yang menghambur-hamburkan uang untuk hal-hal sepele. Selain itu, banyak merchandise yang dicuri oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab karena mengetahui bahwa harganya yang selangit. Kpopers juga dianggap sebagai kelompok penggemar yang beracun karena sering menyalahgunakannya di jejaring sosial. Kpopers juga dianggap sebagai orang yang egois karena cenderung hanya membicarakan idolanya dan menganggap idolanya adalah yang terbaik. Meski tidak semua Kpopers seperti itu, tetapi sering kali orang menggeneralisasi karena jumlahnya yang banyak.
Menjadi Kpopers itu menyenangkan, tetapi kamu tetap perlu mengetahui dan membedakan antara dunia nyata dan media sosial agar tidak disalahgunakan. Menjadi Kpopers adalah perasaan tulus yang datang dari hati untuk mendukung idola kesayangan, tetapi jika dianggap sebagai suatu kompetisi, itu bukan perasaan yang tulus melainkan rasa gengsi. Mereka hanya perlu menjadi penggemar yang terbaik dengan hati yang tulus.
Penulis: Leni Permata Sari, dkk.
Penyunting: Nur Ajizah