Kolaborasi Pegiat Kreatif Harapan Ekonomi Melejit

Feature Gcc

Pagi menjelang siang dengan cahaya yang hangat di tubuh, layaknya percakapan orang-orang yang sedang berlalu-lalang di Gedung Creative Center (GCC) Dadaha, Tasikmalaya. Gedung yang baru saja dibuka pada Selasa (21/2) terlihat ramai oleh orang-orang yang mengisi lingkungan gedung, tepatnya di sepanjang jalan hingga sampai di Exhibition Hall Lantai 1 GCC Jalan Dadaha, Tasikmalaya. Diiringi alunan musik modern, suara alat musik tradisional yang ditabuh, deretan jajanan khas Tasik, serta produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dari mulai fashion, kerajinan tangan, batik sukapura, lukisan, dan penyedia game online hadir meramaikan GCC.

 Denyut Indonesia yang kian hidup berprogres dengan kekayaan yang dimiliki oleh masyarakat lokal adalah jantung duniaku. Adanya UMKM game online yang branding dengan aksi game ditampilkan pada layar televisi, batik sukapura dengan coraknya yang indah dan khas bak berlayar di jantung dunia. Kekayaan lokal Indonesia mampu bersaing dalam skala nasional dan internasional.

Acara yang berlangsung silih berganti sebagai rangkaian agenda peresmian GCC di Tasikmalaya pada Selasa (21/2) oleh Gubernur Jawa Barat, H. Mochamad Ridwan Kamil, S.T., M.U.D. Kemeriahan ini ada dalam agenda yang disebut Jabar Ekraf Summit Chapter Tasikmalaya yang telah berlangsung sejak tanggal 21-26 Februari kemarin.

Aku bersama rekan perjalanan, yaitu Anisa bergegas ke Exhibition Hall Lantai 1 GCC. Karena penasaran yang mendalam, dengan bidik mata kami yang heran, banyak pertanyaan yang muncul di kepalaku saat itu. Sambil berjalan mengisi waktu, pikiranku terherankan dengan properti gedung dari mulai tangga hingga terasnya banyak tertata Payung Geuliskerajinan payung dari anyaman bambu dengan penutup berbahan kertas yang dihias dengan motif dan berasal dari Kota Tasikmalaya—dengan coraknya yang khas dan warna-warni. Ada juga kerajinan tangan peralatan dapur berbahan bambu yang biasa kita sebut dengan boboko—wadah yang dibuat dari serat-serat tanaman yang dianyam digunakan untuk wadah nasi—, aseupan—wadah untuk mengukus nasi dari bambu yang dianyam dan berbentuk kerucut—, dan nyiru—terbuat dari anyaman kulit bambu tipis, bingkainya terbuat dari rotan ataupun belahan bambu, dan sebagai alat untuk membersihkan beras dari gabah dan kotoran lain, seperti batu—tertata indah dengan majemuknya ukuran, juga jenis anyaman yang khas. Anyaman ini membentuk sebuah gapura, layaknya penyambutan untuk pengunjung warga Tasikmalaya agar bisa lebih mengenal dan terpikat dengan karya dan seni yang modern khas Tasik yang harus dilestarikan.

Sesampainya di teras gedung, kesanku yang berawal dari pandangan mata yang penuh dengan pertanyaan, terjawab sudah. Warga masyarakat Tasikmalaya yang berkumpul di lantai satu GCC, berjalan dan mengamati sekeliling dengan perasan bahagia, pikiran yang terus penasaran, dan pandangan mata yang hidup memandang sekitar. Ini karena properti penghias gedung untuk kegiatan peresmian didesain dengan produk-produk langka, khas, dan modern di Tasikmalaya yang memang jarang kita temui. Sehingga, berjalan-jalan dan mengabadikan dengan gawai adalah tindakan yang tepat dan cerdas. Begitu juga yang dilakukan oleh rekanku, Anisa. Dia tidak melewatkan moment untuk bisa memotret ha-hal unik yang dijumpai di gedung ini.

Masuklah aku dan Anisa ke ruangan dengan penyambutan properti unik di teras gedung. Kami lebih dikejutkan dengan keunikan yang ada di dalam gedung. Pandangan mataku langsung tertuju pada lukisan-lukisan yang memiliki pesan tersembunyi dan mendalam, memanjang horizontal dari arah pintu masuk. Pelukis memberikan keterangan nama, judul lukisan, dan tanggal dibuatnya lukisan. Bisa aku katakan, “Sungguh, sesuatu menjadi istimewa dan unik di tangan orang-orang kreatif.”.

Para pelaku UMKM yang menunggu stand berjajar melingkari lukisan-lukisan indah itu. Aku dan Anisa tidak melewatkan kesempatan kami untuk melakukan wawancara ke salah satu UMKM yang kami rasa produknya unik dan kami suka. Ada Ibu Yayu di pojok kanan gedung yang menjaga stand produk merajut. Ada tas, gantungan kunci, bunga, sepatu, dan lain sebagainya. Beliau menyampaikan bahwa ini adalah produk komunitasnya, yaitu UMKM Merajut Tasikmalaya, yang bertempat di Gunung Batu, Tasikmalaya sebagai pusat pengrajin rajut ketika promosi kepada pelanggan atau pengunjung yang melewati stand-nya.

            Aku mewawancarainya secara lebih intens untuk mengetahui lebih mendalam seputar merajut. Haida, selaku Admin Komunitas Merajut, menyampaikan tentang aksi perkembangan yang sudah dilakukan oleh UMKM merajut ini, serta kualitasnya yang tidak kaleng-kaleng. Sehingga, produk dari komunitas ini terpercaya dan bisa direkomendasikan tanpa ada kekecewaan tentang produk ini.

“Awalnya, komunitas ini selalu mengikuti event-event yang ada di Kota Tasikmalaya dan pernah juga sampai ke luar kota. Jadi, komunitas kami mungkin sudah tergolong UMKM yang eksis dan berkembang. Penggunaan benang merajut di komunitas kami selalu disesuaikan dengan kebutuhan jenis produk yang dibuat, sehingga kebutuhan dari kenyamanan maupun ketahanan produk bisa lebih tahan lama dan disenangi konsumen. Jarum yang kami gunakan juga adalah jarum yang kuat dan sangat rekomendasi untuk membuat produk dari bahan rajut,” tutur Haida.

Haida mengakui bahwa produk rajut yang dipasarkan ini memberikan feedback berupa masyarakat lebih banyak mengenal produknya karena di Tasik masih jarang produk handicraft rajut. Kebanyakan masyarakat mengenalnya sebagai  barang impor, padahal faktanya di Tasik masih banyak pengrajin rajut.

Rasa penasaranku tentang rajut sudah terjawab, kami pun kembali berjalan memandangi lukisan dan sekitarnya. Aku dan Anisa menemukan hal menarik lagi, yaitu UMKM Cikara Development. UMKM ini bergerak di bidang games dan app developer dari mulai tahun 2020.

Salah satu penjaga stand yang akrab dipanggil Muhamad Solihin, mengenakan Pakaian Dinas Harian (PDH) yang berlogo Cikara Development, berbicara dengan suara bass layaknya suara laki-laki, menyampaikan bahwa ada beberapa ekonomi kreatif yang bergabung di pameran ini.

“Ekonomi kreatif di sini membawahi 17 sub sektor, ada game, aplikasi, food, animasi, fashion, dan lain sebagainya. Proses pendaftarannya, yaitu dengan mengisi formulir, memasukkan portofolio sekaitan dengan data diri dan proyek apa saja yang sudah/pernah dibuat. Sisanya, panitia yang menyetujui salah satu UMKM diterima dan tidaknya untuk bisa branding dan ikut berjualan di pameran ini,” tutur Muhammad Solihin.

“Setelah Covid-19, event seperti ini sangat ditunggu oleh UMKM yang membutuhkan sosialisasi produk secara langsung,” tutur anggota lain dari Cikara Developers, dengan badan yang sedikit agak kurus dan tinggi daripada Muhamad Solihin.

Pelaku UMKM menyampaikan harapan dan kesan pesannya bisa terpilih untuk ikut memeriahkan peresmian gedung GCC dengan kesempatan branding dan berdagang.

“Kesan pesannya merasa bangga karena kami komunitas yang belum besar, tapi sudah diundang ke kegiatan yang memang terbilang program besar. Bukan hanya peresmian dan pameran, tapi ada juga promosi sebagai usaha peningkatan UMKM  di Tasik. Kenyataannya, tidak semua UMKM bisa mendapatkan kesempatan sama seperti ini. Harapannya, kita selaku UMKM mempunyai wadah untuk promosi dari pemerintah,” tutur Haida.

Bagi kebanyakan orang, bermimpi dengan perencanaan adalah harapan dalam bertindak untuk menggapai mimpi itu. Begitu juga yang dirasakan dan dilakukan oleh para pegiat ekonomi kreatif, khususnya UMKM Cikara Development. Rencana dan harapan dari adanya GCC ini adalah agar pelaku UMKM Tasikmalaya yang berkumpul di sini, pelaku UMKM bisa berkolaborasi dan saling membantu sesuai skill dan produknya untuk bisa menciptakan produk yang baru, utuh, dan sempurna.

Hal yang sama juga disampaikan dengan penuh harapan dari Wali Kota Tasikmalaya, Dr. Cheka Virgowansyah, S.STP., M.E. “Goals dari kegiatan ini, para pelaku kreatif berkumpul dan bisa terjadi beberapa perkawinan antar komunitas, misalnya antara seni lukis dan seni tari, tentang bagaimana hasil akhirnya akan terbentuk produk seni yang lebih menarik. Harapannya, penggunaan gedung ini bisa dimanfaatkan dengan baik dan bertanggung jawab.”

Aku seperti terhipnotis. Pikiranku melayang, seolah menyusuri angkasa dengan rumusan kehidupan yang berkeliling di kepala. Diri dan pikiranku langsung terasa berat, seperti memikul tanggung jawab untuk melakukan tugas dari wejangan ini.

Teruntuk warga Tasikmalaya dan para pemuda-pemudi pengisi masa di Kota Tasikmalaya saat ini, kita bisa hidup dan bergaya modern sesuai dengan perkembangan zaman. Namun ingatlah, kita memiliki warisan budaya dan produk khas yang harus kita jaga, lestarikan, dan kembangkan, sehingga Tasik memiliki keunggulan yang maksimal di lingkup nasional maupun internasional. Kita harus bisa menciptakan inovasi untuk memberantas kemiskinan dan memupuk jiwa muda agar bersatu menjadi pemuda yang bernilai dan berperan untuk menyejahterakan Republik Indonesia tercinta.

Penulis: Nita Khairunnisa

Penyunting: Widia Maharani S

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *