Mahasiswa dan Masyarakat Tasikmalaya Tolak Kenaikan Harga BBM

WhatsApp Image 2022 09 09 At 12.29.56

Gemercik News–Tasikmalaya (9/9) Elemen mahasiswa dan masyarakat Tasikmalaya melakukan aksi tolak kenaikan harga BBM di depan Gedung DPRD Kota Tasikmalaya pada Kamis, 8 September 2022. Mereka juga mengawal beberapa isu yang mereka angkat ke dalam sepuluh tuntutan.

“Ini merupakan aksi bagaimana kita, persatuan berbagai elemen mahasiswa dan masyarakat Tasikmalaya untuk menolak dengan tegas kenaikan harga BBM yang dikeluarkan oleh pemerintah. Kemudian, ada beberapa isu yang kami angkat juga tapi kita tetap memprioritaskan kenaikan (harga) BBM,” jelas Sadid Farhan sebagai Koordinator Lapangan dalam aksi ini.

Sadid mengungkapkan bahwa pada aksi kali ini massa meminta adanya pertemuan dengan para anggota dewan untuk dapat berdiskusi secara langsung terkait permasalahan yang ada.

“Sebenarnya, goals kita itu untuk membuat pertemuan dengan anggota DPRD, yaitu 45 orang. Namun yang hadir hanya 15 orang, sehingga kita akan mencoba (aksi) lagi dengan harapan semua (anggota DPRD) harus hadir,” ungkap Sadid.

Ketidakhadiran para anggota dewan menyulut emosi massa untuk kembali melakukan aksi dengan menambah jumlah massa aksi. Hal ini disampaikan langsung oleh Sadid seusai press release yang dilakukan di depan Gedung DPRD.

“Kami meminta dalam aksi selanjutnya, DPRD Tasikmalaya semuanya hadir tanpa terkecuali. Apabila tidak, dengan massa yang lebih banyak kita bisa membuat kawasan Tasikmalaya menjadi tidak kondusif,” tegas Sadid.

Massa aksi juga menganggap bahwa ketidakhadiran anggota dewan menjadi salah satu tanda ketidakseriusan mereka dalam menanggapi suara rakyat. Sebagai simbol, mereka mengeluarkan sebanyak 45 kursi anggota DPRD ke luar gedung.

“Yang harus digarisbawahi, kita mengambil kursi keluar (gedung) sebagai simbol bahwa DPRD Tasikmalaya tidak serius menanggapi kita. Kursi kosong yang ditempati oleh kita sebagai simbol juga, bagaimana hari ini suara rakyat yang paling sejahtera yang dapat menguasai dan mengeluarkan kursi-kursi DPRD,” ungkap Sadid.

Sadid juga menjelaskan pengambilan kursi tersebut adalah sebagai bentuk perlawanan massa aksi sekaligus sebagai tanda bahwa massa aksi berhasil menguasai gedung DPRD.

“Karena mayoritas anggota DPRD tidak hadir, maka itu merupakan salah satu bentuk bahwa mereka tidak mendengarkan suara kita. Ketidakhadiran mereka di sini sebagai bentuk integritas mereka dalam bekerja. Kedua, mereka seakan-akan menjadi penguasa yang tidak mendengar aspirasi yang disampaikan. Ketiga, sebagai bentuk bahwa mereka harus diganti karena tidak becus dalam bekerja,” tutup Sadid.

Reporter: Khumairoh, Lita, & Wasji

Penulis: Khumairoh

Penyunting: Andini Primadani Putri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *