Mahasiswa Unsil Gelar Aksi Kamisan, Seruan untuk Mengingat Tragedi Pelanggaran HAM

Sumber Foto JohnGemercik Media 10

Gemercik News-Universitas Siliwangi (04/09). Mahasiswa Universitas Siliwangi (Unsil) menggelar aksi Kamisan yang diinisiasi oleh para mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah pada Kamis (04/09). Aksi kamisan kali ini diberi tajuk “September Hitam,” sebagai bentuk refleksi dan pengingat atas berbagai tragedi pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di masa lalu.

Rio Pamungkas, sebagai salah satu penggagas aksi mengatakan dorongan dari pelaksanaan aksi ini muncul karena minimnya ruang refleksi seperti ini di Unsil. Rio juga mengungkapkan bahwa aksi Kamisan dilaksanakan sebagai bentuk pengingat agar tidak melupakan pelanggaran HAM yang telah terjadi di Indonesia.

“Dorongan saya bersama teman-teman sejarah menjalankan aksi ini sebagai refleksi dan pengingat agar kita tidak lupa pada pelanggaran HAM masa lalu, baik di era Orde Lama, Orde Baru, maupun pasca Reformasi,” ungkap Rio kepada Gemercik pada Kamis (04/09).

Rangkaian kegiatan dalam aksi ini meliputi mimbar bebas, diskusi, lapak buku, bedah buku, serta doa bersama untuk mendoakan para korban tragedi kemanusiaan di masa lalu. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Unsil menekankan bahwa aksi Kamisan seharusnya tidak berhenti pada momen September saja, melainkan menjadi agenda rutin setiap hari Kamis.

“Kami berharap aksi Kamisan ini bisa terus berjalan setiap minggu, bukan hanya di bulan September. Walaupun yang hadir sedikit, kami akan tetap melaksanakan sebagai bentuk konsistensi mengingatkan tragedi kemanusiaan,” ujar Rio.

Selain refleksi, aksi ini juga membawa tuntutan pengusutan tuntas kasus pelanggaran HAM seperti tragedi 1965, Tragedi Trisakti, Semanggi, Tanjung Priok, hingga kasus kekerasan seksual dan pemerkosaan massal dalam kerusuhan Mei 1998 yang hingga kini belum diselesaikan negara.

“Kami menuntut negara untuk serius mengusut pelanggaran HAM berat di masa lalu. Jangan lagi hanya jadi janji politik atau rencana tanpa kepastian. Korban dan keluarga korban berhak atas kebenaran dan keadilan,” tegas Rio.

Terkait langkah konkret, Rio menekankan bahwa pemerintah harus serius mengambil tindakan nyata. Menurutnya, negara memiliki arsip penting yang dapat membuka kebenaran, tetapi selama ini hanya berhenti pada janji dan retorika politik tanpa progres yang jelas.

“Pemerintah harus membentuk tim investigasi independen untuk mengusut tuntas pelanggaran HAM, membuka arsip lama, dan menghadirkan keadilan bagi para korban maupun keluarga,” jelas Rio.

Terkait harapan, Rio mengungkapkan bahwa melalui aksi ini, mahasiswa diharapkan semakin sadar terhadap isu-isu kemanusiaan di dalam maupun di luar kampus. Kemudian, Rio juga menambahkan bahwa Aksi Kamisan di Unsil masih dijalankan secara mandiri oleh mahasiswa Sejarah tanpa kolaborasi resmi dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) atau organisasi kampus lain, meski komunikasi sempat dilakukan dengan beberapa komunitas.

“Ke depan saya berharap aksi ini bisa berkolaborasi lebih luas dengan organisasi kampus maupun komunitas luar kampus. Sekarang kami bergerak sebagai mahasiswa independen, tapi tetap terbuka untuk umum,” tutup Rio.

Penulis: Tarish Zakiyah

Reporter: Budi Adi S dan Dista

Penyunting: Muthia Khairani

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *