Dewasa ini, kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari fashion atau gaya berpakaian. Zaman yang terus berkembang seolah memberi tuntutan terhadap kebutuhan fashion yang terus menerus berubah mengikuti tren terkini. Namun, pernah nggak sih kamu mendengar istilah fast fashion? Istilah ini muncul ketika produk fashion diproduksi dengan cepat dan mempunyai harga yang terjangkau. Sebutan fast fashion digunakan oleh industri kecil tekstil yang memiliki berbagai model fashion yang silih berganti dalam waktu yang sangat singkat, serta menggunakan bahan baku yang berkualitas buruk, sehingga tidak tahan lama. Pada zaman revolusi industri dulu, fashion menjadi sesuatu yang mempunyai nilai jual yang tinggi. Berbeda dengan sekarang, kita dapat dengan mudah mendapatkannya.
Adanya media sosial dapat membentuk persepsi penggunanya mengenai mode busana. Banyak sekali platform yang menyajikan gaya berpakaian yang sedang tren, sehingga sebagian orang menganggap bahwa mengikuti tren busana yang ada merupakan sebuah kewajiban yang harus diikuti. Orang-orang dengan pemahaman yang seperti itu akan berlomba-lomba untuk menjadi si ‘fashionable’. Pembelian produk fashion seolah mengeyampingkan manfaat utamanya, yaitu sebagai penutup tubuh. Sering kali fashion menjadi tolok ukur yang digunakan dalam menunjukan status sosial dalam masyarakat. Kedatangan media sosial, terutama Instagram membuat pola konsumtif masyarakat semakin meningkat terhadap fashion. Pola hidup yang konsumtif membuat masyarakat menjadi lebih boros dan tak terkendali. Hal ini tentunya menjadi sebuah keuntungan untuk perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang industri pakaian. Itulah sebabnya banyak industri fashion yang bersaing dalam memproduksi fashion yang tengah tren di kalangan masyarakat. Ini juga yang menyebabkan banyaknya produk yang harus diproduksi serta dijual dengan cepat kepada konsumen target. Beberapa contoh industri fast fashion adalah H&M, Zara, Uniqlo, dan masih banyak lagi.
Keberadaan fast fashion mendukung munculnya gaya hidup konsumtif karena harganya yang relatif lebih murah dibandingkan pakaian yang diproduksi oleh seorang desainer. Logikanya, siapa sih yang nggak mau harga murah dan penampilan semakin terlihat fasionable? Bisnis fast fashion memiliki strategi untuk menarik konsumen agar segera membeli produknya. Mereka membuat kuantitas yang terbatas untuk pakaian tertentu. Stok yang terbatas ini membuat konsumen sadar bahwa jika mereka tidak membeli pakaian tersebut sekarang, maka mungkin saja mereka akan kehabisan stok. Strategi yang seperti inilah yang akhirnya sukses memiliki omzet yang besar. Fast fashion berfokus dengan cara bagaimana menghasilkan barang dengan biaya yang serendah mungkin, tetapi mampu memenuhi permintaan konsumen yang berubah dengan cepat. Mereka berasumsi bahwa konsumen menginginkan pakaian yang sedang tren dengan harga yang terjangkau.
Untuk dapat dengan mudah mengenali fast fashion, Zero Waste Indonesia merangkum ciri-ciri fast fashion seperti berikut.
- Produk fast fashion memiliki banyak model dan selalu mengikuti tren terbaru.
- Model fashion selalu berganti dalam waktu yang sangat singkat.
- Diproduksi pada negara Asia dan negara berkembang, pekerja digaji dengan sangat murah tanpa ada jaminan keselamatan kerja dan upah yang layak, salah satunya di Indonesia.
- Menggunakan bahan baku yang tidak berkualitas (murah) dan tidak tahan lama.
Lalu apasih hubungan antara fenomena fast fashion dan lingkungan? Seberapa pengaruhkah fast fashion terhadap dampak lingkungan? Melansir dari kejarmimpi.id, sebuah penelitian dari Ellen MacArthur Foundation menyebutkan bahwa industri fashion menghasilkan emisi gas yang lebih merusak iklim dibandingkan dengan industri pelayaran dan penerbangan digabungkan menjadi satu. Pernah tidak, kalian memikirkan bagaimana sebuah busana dapat terbuat? Tentunya sebuah produk busana tidak akan selesai dengan sendirinya. Terdapat beberapa tahap sebelum produk itu siap untuk dikenakan. Warna-warna cerah, motif, serta tekstur kain diperoleh dari bahan kimia beracun. Secara global, pencelupan tekstil merupakan pencemar air kedua terbesar setelah pertanian. Penggunaan kain berbahan dasar petrokimia yang murah dan mudah diproduksi, seperti polyester dan sintesis ini merusak lingkungan, loh!
Perlu diketahui juga, bahan polyester ini merupakan kain yang paling populer digunakan dalam industri fashion. Ketika dicuci, polyester akan melepaskan mikrofiber yang menambah jumlah limbah plastik di laut. Mikrofiber tidak bisa terurai secara alami, sehingga hal ini merupakan ancaman bagi organisme air sekaligus akan merusak rantai makanan yang terjadi di sana. Selain itu juga, fast fashion menghasilkan emisi karbon dalam proses produksinya. Dalam pendistribusian, setelah proses produksi selesai, pakaian akan dikirim ke berbagai penjuru dunia menggunakan kapal dan akan dikirim ke pengecer melalui truk dan kereta api. Coba bayangkan, akan ada berapa banyak emisi karbon yang dihasilkan dari kegiatan tersebut?
Melihat dari banyaknya dampak lingkungan yang ditumbulkan, alangkah lebih baiknya jika kita mulai mengurangi kebiasaan membeli barang fashion yang memang tidak terlalu dibutuhkan. Selain dapat menghindari perilaku konsumtif, kamu juga akan berperan dalam menjaga bumi. Sebagaimana kita ketahui, lingkungan merupakan tempat tinggal manusia yang sudah seharusnya kita jaga kelestariannya. Untuk itu, kamu bisa mencegah dampak dari industri fashion dengan cara reuse your outfit atau memodifikasi kembali baju-baju yang sudah miliki. Selain itu, kamu juga bisa menggunakan alternatif seperti thrifting (membeli baju bekas). Dengan membeli baju bekas tentunya dapat mencegah pakaian yang tidak terpakai menjadi limbah. Kamu juga dapat lebih hemat jika membeli baju thrif. Namun, jangan lupa, ya, untuk mencucinya terlebih dahulu sebelum dikenakan dan pastikan juga tempat thrif yang dikunjungi aman dan terjamin kualitasnya. Yuk, mulai hilangkan kebiasaan fast fashion!
Penulis: Khumairoh
Penyunting: Putri Nurhasna Irani
REFERENSI
Kejarmimpi.id. 2021. Ketahui Fakta Tentanf Fast Fashion yang Tidak Banyak Orang Tahu. Tersedia: https://kejarmimpi.id/ketahui-fakta-tentang-fast-fashion-yang-tidak-banyak-orang-tahu.html. (diakses pada 29 Mei 2022).
Leman, Fiona May. dkk. 2020. Seminar Nasional Envisi 2020 : Industri Kreatif. Dampak Fast Fashion terhadap Lingkungan: 128-136.
Utami, Fadhilah Sri. 2021. Mengenal Fast Fashion dan Dampak yang Ditimbulkan. Tersedia: https://zerowaste.id/zero-waste-lifestyle/mengenal-fast-fashion-dan-dampak-yang-ditimbulkan/. (diakses pada 30 Mei 2022).