Menikmati Seblak Alung

2bd41a2b 6c40 4aaf 8d86 77c5d3bdf17f

Oleh, Dila Prila Jayuna

Pendidikan Bahasa Inggris 2019

Aroma aspal yang masih basah sehabis diguyur hujan, menemani perjalanan saya menuju satu tempat yang dicari. Hari itu (16/10/2020) sekitar pukul 17.00 WIB, saya berjalan menyusuri sebuah gang yang saya percaya akan membawa saya menuju tempat tujuan. Namun sayang, saya benar-benar lupa kemana seharusnya saya melangkah.

Sebenarnya ada satu hal yang saya ragukan semenjak turun dari sepeda motor yang membawa saya ke ujung jalan gang tadi. Sepertinya gang yang saya lalui bukanlah gang yang dulu pernah saya lalui. Namun, karena rasa penasaran, saya tetap melanjutkan langkah untuk menuju tempat yang saya cari.

Setelah berjalan cukup lama, akhirnya saya menemukan tempat yang saya cari. Ternyata memang benar, saya salah memilih gang, seharusnya saya masuk ke gang yang berada di sebelah kanan gang yang saya lalui tadi. Tidak apa-apa, yang penting saya sudah sampai di tempat yang saya cari. Sebuah warung seblak yang sudah terkenal di Kota Tasikmalaya, Seblak Alung. Berlokasi di Gang Hegarsari 4, Argasari, Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya.

Tempatnya memang di dalam gang, tetapi jangan salah, Seblak Alung ini sudah populer di Kota Tasikmalaya. Beberapa tahun sebelumnya, saya pernah bertandang ke sana dan saat itu luar biasa ramai. Bahkan untuk memilih tempat duduk pun rasanya sangat sulit. Namun, berbeda dengan beberapa tahun silam, di tahun 2020 untuk pertama kalinya saya kembali masuk ke area warung Seblak Alung, saya cukup terkagum ketika tidak melihat antrean panjang seperti beberapa tahun silam. Entah karena saat ini sedang masa pandemi atau karena saya datang terlalu sore. Namun, saya cukup bersyukur akan hal itu, karena saya tidak perlu capek-capek mengantre.

Hanya ada dua pembeli yang saat itu sedang memilih menu apa saja untuk hidangan seblaknya. Dengan langkah semangat saya menuju meja kasir untuk mengambil nomor antrean. Ada dua teteh-teteh yang duduk di meja kasir tersebut, dan teteh yang berkerudung merah bertanya pada saya,

“Mau makan di sini atau dibungkus?” tanyanya.

Lantas, saya menjawab bahwa saya akan makan di tempat dan juga pesan untuk dibungkus—sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ke rumah.

Setelah mengambil nomor antrean bernomor dua puluh dua, saya bergegas memilih menu untuk hidangan seblak sore itu. Di warung Seblak Alung, pembeli dibebaskan untuk memilih menu seblak, mulai dari menu paket atau menu sesuka hati. Ada beberapa menu paket di antaranya paket campur, paket kikil, paket tulang, paket usus, paket ceker, paket kulit, paket sayap, paket tulang rangu, paket suki, dan paket spesial. Untuk harga paket mulai dari Rp.13.000 sampai dengan Rp. 25. 000.

Sore itu, saya memutuskan untuk membeli seblak dengan menu sesuka hati. Warung Seblak Alung memiliki topping seblak yang cukup komplit. Mulai dari berbagai jenis kerupuk, makaroni, mie, kwetiau, bakso, cilok, kulit ayam, kulit sapi, sosis, suki, pangsit, cuanki lidah, ceker ayam, tulang ayam, dan sayuran. Pembeli bisa memilih sesuka hati dan sebanyak-banyaknya. Pesan saya, jangan sampai kalap, ya!

Setelah memilih topping, saya memilih kertas yang bertuliskan level kepedasan sebagai tanda seberapa pedas seblak yang saya pesan. Saya memilih level nol untuk seblak yang di makan di tempat dan level dua untuk seblak yang akan saya bawa pulang. Jangan tertawakan saya karena memilih level nol, saat itu saya hanya ingin mencoba merasakan cita rasa seblak yang berbeda dari biasanya. Setelah itu, saya menyerahkan kartu antrean dan dua mangkuk berisi bahan-bahan seblak pada seorang ibu yang melayani di bagian masak-memasak.

Ibu itu sempat bertanya, “Yang dimakan di sini satu aja?” tanyanya.

Lantas saya mengangguk dan menjawab mengiyakan. Saya memang datang sendiri, jadi saya memesan satu porsi saja untuk di makan di tempat. Saat itu saya jadi menduga-duga, mungkin si ibu heran karena saya datang sendiri, berbeda dengan yang lain yang datang minimal mengajak satu temannya. Sudahlah, itu tidak terlalu penting.

Setelah itu saya memilih tempat yang dirasa cocok untuk menikmati semangkuk seblak. Setelah diperhatikan, saya baru sadar bahwa warung Seblak Alung ini lebih luas dari terakhir kali saya datang. Bahkan kini di lantai dua juga tidak kalah luasnya dengan lantai satu. Saat itu saya memutuskan untuk duduk di meja paling ujung, menghadap pada dua teteh-teteh yang berada di sebrang meja. Mereka sedang menikmati seblaknya sembari berceloteh, sayup-sayup terdengar mereka sedang membincangkan perihal pembelajaran secara daring.

Sembari menunggu pesanan datang, saya mencuci tangan kemudian melepaskan masker. Setelah itu saya berselancar di internet dan membalas beberapa pesan yang masuk melalui WhatsApp. Kemudian, saya membaca kembali beberapa pertanyaan yang rencananya akan saya tanyakan pada narasumber mengenai Seblak Alung ini.

Tidak sampai lima menit, pesanan saya sudah datang. Aroma seblak yang khas menyapa indera penciuman. Selain aroma khas seblak seperti pada umumnya, saya juga mencium aroma menyegarkan yang bersumber dari daun jeruk. Perpaduan yang benar-benar pas. Lantas, saya meraih sebuah botol air mineral yang ada di hadapan saya. Kemudian, membuka tutupnya dan meneguk air tersebut untuk membasahi kerongkongan saya yang sudah mengering.

Kemudian, saya meraih sendok dan mulai menganduk seblak kuah level nol yang sudah menggoda sejak tadi. Kepulan asap halus menari-nari di atas mangkuk. Pemandangan ini berhasil menggugah selera makan, ditambah dengan rintik-rintik hujan yang mulai turun kembali membasahi bumi. Semangkuk seblak ini menjadi sesuatu yang sangat cocok sebagai penghangat tubuh. Selain karena seblaknya yang masih panas, hal ini didukung juga dengan rempah-rempah istimewa yang bisa memberikan sensasi hangat pada tubuh.

Di suapan pertama, saya langsung merasakan rasa gurih dan hangat dari kuah seblaknya. Rasa seblak level nol ini benar-benar bisa saya nikmati tanpa terkendala sengatan rasa pedas, seperti saat menyantap seblak yang pedas. Rasa seblak level nol ini benar-benar selera saya. Namun pada umumnya, makanan khas Bandung ini dinikmati karena sensasi pedasnya itu sendiri. Saya jadi berpikir, mungkin saya hanya bagian dari segelintir orang yang menikmati seblak tanpa rasa pedas.

Setelah menandaskan semangkuk seblak, saya segera membayar pesanan saya di kasir. Saya juga memberitahu pada teteh berkerudung merah mengenai rencana wawancara yang akan saya lakukan. Teteh tersebut mengarahkan saya untuk menemui sang pemilik Seblak Alung, tetapi sayangnya saya tidak dapat bertemu dengan beliau karena beliau sedang pergi.

Akhirnya, saya diarahkan untuk melakukan wawancara dengan Teh Mega Yulianti selaku kasir di seblak Alung. Setelah berkenalan dan mengobrol mengenai seblak Alung yang mempunyai nama unik ini dan katanya berdiri sejak empat tahun lalu itu, saya lantas menanyakan hal-hal unik mengenai seblak Alung ini.

Berdasarkan penuturan Teh Mega yang saat itu juga sambil mencatat pesanan yang masuk melalui aplikasi ojek online, pemilik Seblak Alung ini adalah Bapak Encu dan Ibu Yayah. Menurut Teh Mega, sebelum pandemi, Seblak Alung yang buka dari pukul 10.00 WIB hinga pukul 20.00 WIB ini paling ramai dikunjungi pada hari Jumat. Namun sejak masa pandemi ini, pembeli yang langsung datang ke tempat menurun jumlahnya.  

Ada hal unik lainnya yang membuat saya cukup terkejut. Kata Teh Mega, Seblak Alung pernah menerima pesanan termahal hingga Rp. 56.000,00 untuk satu porsi. Selain itu, saat saya bertanya mengenai level kepedasan tertinggi yang pernah dipesan di Seblak Alung, Teh Mega menjawab bahwa pernah ada yang pesan hinggal level 30, dan orang tersebut sudah langganan memesan seblak dengan level 30. Mendengarnya saja saya merinding.

Seblak Alung ini juga baru membuka cabang pertamanya pada tanggal 14 September 2020 yang berlokasi di Letnan Kolonel Re. Jaelani, Cilembang, Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya. Bagi pecinta kuliner pedas terkhusus seblak, belum afdol rasanya kalau kamu belum mencoba Seblak Alung yang terkenal di Kota Tasikmalaya ini.

Penyunting: Rini Trisa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *