Oknum Perusuh Mencederai Aksi Tolak Omnibus Law di Istana Merdeka

Eea1042b 8f7a 4aa7 B393 7bb3fb451a77

Gemercik News-Jakarta (11/10). Barisan mobil dan truk polisi sudah berjaga, entah sejak kapan. Di depannya terdapat sedikit lahan kosong sebelum sampai pada kawat besi berduri yang memblokade jalan. Bundaran yang tak jauh di ujung jalan, hanya sekitar 100 meter dari area blokade mulai dipenuhi massa aksi. Kawasan istana merdeka, yang dimulai dari bundaran Patung Arjuna Wijaya, yakni Jalan Medan Merdeka Selatan menuju Jalan Medan Merdeka Barat, berbelok ke kanan menuju Jalan Medan Merdeka Utara atau lurus menuju Jl. Majapahit dan berakhir di Simpang harmoni terpantau steril sejak pagi menuju siang.

Usai waktu ishoma berakhir, barisan komando terdepan polisi dengan tameng anti huru hara mulai berbaris di balik kawat besi berduri. Kondusifitas ini mendorong tim Gemercik Media untuk bergeser lebih dekat ke arah istana. Rupanya istana merdeka lebih steril, sebab hanya terlihat barisan aparat yang berjaga di depan pintu monas, satu orang di pos penjagaan istana, dan kendaraan aparat yang lalu lalang. Mencoba lebih dekat ke istana untuk sekadar mengambil gambar pun ternyata dilarang. Sampai-sampai aparat yang hobi berdiri di pos penjagaan itu menegur kami.

“Jangan terlalu dekat ke sini dek,” ujar bapak berseragam tanpa memberi alasan.

Selang beberapa waktu kemudian, terdengar teriakan yang berasal dari sisi belakang istana. Satu orang aparat di pos polisi kemudian memberitahu.

“Itu udah ada aksi di sana dek, dari pagi. Dari SPSI, sama gabungan mahasiswa dan pelajar. Gak jauh, ke sana terus belok kanan nanti kelihatan,” ujar seorang petugas berseragam polisi bermata sipit.

Tim memutuskan untuk menemui sumber teriakan tersebut, rupanya betul berasal dari sebuah mobil komando, sekelilingnya dipenuhi massa aksi yang jumlahnya ribuan. Ujung jalan majapahit yang merupakan simpang empat dipenuhi massa hingga ke ujung jalan lainnya. Sebagiannya lagi naik kemudian duduk di pinggiran gedung sembari memegang poster masing-masing. Koordinator aksi seluruhnya berada di atas mobil komando. Di depan mereka, barisan aparat dengan tameng anti huru hara sudah bersiap.

Rupanya orasi tersebut mengisi kekosongan di tengah alotnya negosiasi antara buruh dengan aparat. Negosiasi ini bertujuan untuk menyampaikan keinginan massa aksi yang ingin menuju ke istana merdeka. Namun, negosiasi tidak menghasilkan apapun. Sebab tidak lama kemudian, massa aksi yang berasal dari kalangan pelajar mulai terprovokasi dan melempari aparat dengan batu dan botol mineral kemasan.

Hingga pukul 14.13 WIB, ricuh ini belum dapat dikendalikan hingga aparat bersiap sedia menembakkan gas air mata. Mobil komando bersiap untuk memutar arah, mengarahkan massa untuk  menuju patung arjuna wijaya bergabung dengan massa aksi yang lain.

Tak lama berselang, sebuah kabar datang kepada tim bahwa kericuhan juga terjadi di kawasan patung arjuna wijaya. Tim memutuskan untuk kembali ke kawasan itu. Rupanya betul ketika tim tiba pada pukul 14.37 WIB, aksi belum dimulai, namun kerusuhan sudah terjadi. Massa aksi yang bukan mahasiswa melempari aparat dengan batu, keramik, atau benda lainnya di sekitar mereka. Tidak diam saja, aparat juga membalas dengan menembakkan gas air mata, water cannon, hingga peluru karet.

Keadaan semakin memanas hingga pukul 15.11 WIB, massa aksi merusak dan membakar benda apapun di sekitarnya, seperti pembatas jalan, baliho iklan, hingga sepeda sebagai fasilitas umum. Bentrokan tidak dapat dihindari, saling balas dan saling tembak antara massa dengan aparat terus terjadi. Hingga pada pukul 15.17 WIB, mahasiswa yang mulai berdatangan mencoba bernegosiasi kepada aparat untuk menghentikan tembakan agar massa juga tidak berlanjut melempari aparat. Pelan tapi pasti, beberapa dari mereka mencoba menerobos kawat pembatas untuk masuk ke area steril.

“Pak udah pak jangan tembak lagi, kita gak akan ngelemparin batu kalau gak ditembak,” ucap beberapa dari mereka sembari berteriak.

Kemudian mereka menenangkan massa aksi lainnya untuk berhenti, bahkan turut serta membentuk tameng melindungi aparat agar dapat melanjutkan aksi dengan jalan damai. Ketika sisi kiri jalan berhasil diredam, sisi kanan justru semakin menjadi, banyak dari mereka justru emosinya tak terbendung. Barisan komando pengurai massa sudah bersiap siaga dengan motornya. Bentrok kembali terjadi, kali ini, beberapa intel maju dan menyiduk orang-orang yang dianggap provokator.

Tim kami berhasil merekam gambar represifitas mereka ketika menangkap oknum provokator. Tindakan ini berujung pada represifitas mereka kepada tim kami dan memaksa kami untuk tidak melanjutkan aktivitas peliputan. Sayang, kami tidak gentar, hanya berpindah ke sisi kanan jalan. Tak berselang lama, mereka kembali menangkap tiga oknum provokator di sisi kanan jalan yang lagi-lagi terekam kamera kami. Yang terjadi selanjutnya adalah telepon genggam dua orang tim hampir dirampas oleh aparat.

Mbaknya tadi katanya udah mau pulang,” ujar salah satu aparat perut buncit.

“Ini nih pak dari tadi susah banget dibilangin gak boleh ngerekam, masih direkam.” Uja aparat lain.

Alasan mereka melarang pun tidak jelas, padahal tim kami sudah memberikan keterangan bahwa mereka adalah wartawan kampus yang sedang bertugas. Namun, aparat-aparat ini tidak menggubris dan tetap memerintahkan tim untuk pergi dari area tersebut.

Berselang satu jam, memperhatikan aparat berusaha memukul mundur dan menghentikan bentrokan. Pukul 16.15 WIB, massa aksi berhasil dipukul mundur ke dua arah, ke jalan MH. Thamrin menuju bundaran Hotel Indonesia dan ke Jalan budi kemuliaan. Sampai saat massa dipukul mundur, kerusuhan masih terjadi, penangkapan dan represi kepada oknum yang dianggap provokator juga masih terjadi. Pukul 16.30 WIB, ketika berada di jembatan penyeberangan, tim kembali di-sweeping oleh intel. Kali ini tim memutuskan untuk menjauh dari kawasan tersebut dan kembali ke simpang harmoni.

Tidak jauh berbeda dengan kondisi di bundaran patung arjuna wijaya, bentrokan di simpang harmoni juga belum dapat dikendalikan. Massa hanya sempat dipukul mundur sekitar pukul 15.00 sebelum akhirnya kembali bentrok dengan aparat. Pukul 17.41 WIB, bentrokan semakin memanas, terjadi pembakaran pos polisi majapahit oleh massa aksi. Baku tembak juga terjadi, gas air mata yang ditembakkan ke arah massa aksi juga nampaknya tidak begitu berpengaruh. Karena mereka masih terus melempari aparat dengan batu ataupun benda lain.

Kepulan awan hitam di udara akibat terbakarnya pos polisi membersamai kepulan asap gas air mata yang menyebabkan dampaknya semakin perih terasa. Lemparan bom molotov dan tembakan peluru karet yang dilayangkan oleh aparat, dibalas dengan lemparan petasan dan tembakan kembang api pada saat bersamaan. Waktu magrib tidak menjadi jeda, bentrokan terus berlanjut.

Peleton pengurai massa masih bersiap  di belakang truk water cannon dan mobil gas air mata. Pukul 18.26 WIB, aparat menambah amunisi mereka yang dibawa menggunakan minibus dalam beberapa kardus. Kondisi yang tidak kunjung kondusif ini memaksa aparat untuk memukul mundur pada 18.41 WIB. Sampai ketika tim Gemercik Media mengakhiri liputan pada 19.30 WIB, bentrokan masih terus belanjut. Kabar yang beredar dari kawan-kawan pers mahasiswa lain, massa mengamuk hingga ke kawasan Sudirman, dan Pasar Senen. Hal ini berakibat pada perusakan dan pembakaran fasilitas umum. Sementara istana merdeka tetap steril tidak tersentuh. Sampai saat tulisan ini dibuat, tim tidak melakukan wawancara, tulisan ini murni hasil pengalaman dan pengamatan tim reporter Gemercik Media.

Reporter: Erika, Fachriel, Jura

Penulis: Erika Nofia

Penyunting: Rini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *