Oleh, Ira Sartika
Pendidikan Masyarakat 2018
Rasa bangga yang berlebihan terhadap diri sendiri, hingga menganggap diri sendiri paling hebat, paling pintar dan menganggap remeh orang lain itu adalah sifat yang menyimpang. Sifat berlebihan dalam menilai kelebihan diri sendiri ini adalah sifat ujub. Seseorang yang memiliki sifat ujub ini cenderung mengagung-ngagungkan kemampuan dan kepandaiannya di hadapan orang banyak, serta menganggap orang-orang yang di sekitarnya rendah dan disepelekan. Jadilah diri pribadi yang sombong, karena menganggap dirinya paling hebat dan memandang kemampuan orang lain rendah.
Padahal Rasulullah SAW telah mengingatkan dalam hadist Muslim no. 91, ciri-ciri orang sombong dibagi menjadi dua yaitu menolak kebenaran yang sudah jelas kebenarannya dan menganggap diri sendiri paling hebat hingga cenderung menyepelekan orang lain. Selain itu Allah berfirman dalam Al-Qur’an yang artinya “…dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali kali tidak dapat menembus bumi dan sekali kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” Q.S Al Isra: 37.
Seseorang yang memiliki sifat ujub biasanya selalu diawali dengan menilai kelebihan diri sendiri secara berlebihan. Hal ini biasanya disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya karena dirinya keturunan keluarga terhormat, memiliki jabatan tinggi, memiliki gelar pendidikan tinggi, dan sebagainya. Terlalu sibuk memperhatikan kemampuan diri tanpa mau menyadari kekurangan dirinya sendiri akan membuat sifat ujub makin menguasai diri. Menganggap diri sendiri berkemampuan paling hebat, maka dirinya sendiri lupa dengan kemampuan orang lain, sehingga dirinya cenderung beranggapan bahwa tak ada orang yang lebih hebat dan sebanding dengan dirinya. Sehingga terjadilah ‘keblinger’ ke jalan yang salah dan berlaku semena-mena kepada orang lain, apalagi jika dirinya dipercayai sebagai pemimpin. Tentu ia akan berlaku semaunya sendiri dan berkehendak sesuka hatinya.
Hal itulah yang saat ini banyak terjadi pada zaman sekarang. Banyak yang bilang bahwa “zaman sekarang itu zaman edan, jika tidak ikut edan akan ketinggalan zaman” katanya. Barangkali karena anggapan itulah banyak orang yang ‘keblinger’ ke jalan yang salah. Banyak orang pintar yang menyalahgunakan ilmu yang dimilikinya untuk hal-hal yang tidak baik dan cenderung merugikan orang lain.
Fenomena ini sudah banyak terjadi pada saat ini, banyak teknologi yang dibuat oleh orang-orang yang ahli dibidangnya yang bahkan tidak diragukan lagi dengan kemampuannya namun secara sengaja membuat sebuah teknologi yang banyak sekali merugikan orang lain. Misalnya drone yang dibuat sengaja untuk melakukan pengintaian dan bahkan digunakan pada sejumlah peperangan. Tentunya, jika semakin banyak negara yang mengembangkan drone untuk peperangan, dipastikan akan sangat banyak korban yang berjatuhan mengingat daya jangkau drone ini sangat luas.
Selain itu banyak sekali kasus berbagai jenis penipuan dan modus kejahatan yang sering terjadi di negeri kita ini yang kebanyakan orang-orang yang pandai sebagai pelakunya. Banyak pimpinan perusahaan besar yang menyalahgunakan ilmunya untuk melakukan penipuan, korupsi, pemalsuan dokumen, dan sebagainya.
Kasus kriminal seperti pembobolan ATM, perusakan sistem jaringan, dan sebagainya yang bahkan dilakukan oleh orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan kepandaian tingkat tinggi. Setelah kasus itu terungkap dan diselidiki ternyata pelaku adalah seorang ahli IT dan pelaku perusak sistem jaringan adalah seorang yang ahli telematika, dan sebagainya.
Bahkan di dalam berita pun banyak sekali berita-berita negatif serta berseliweran. Sampai saat ini sudah banyak sekali wakil rakyat yang dicurigai dan sudah masuk penjara karena melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme? Berapa banyak anggota dewan yang dibui karena telah menyuap? Berapa banyak bupati dan gubernur yang masuk penjara karena korupsi?
Nah, mereka itulah orang-orang yang berilmu cenderung menyalahgunakan kepandaiannya dan berbuat aniaya kepada rakyatnya hanya karena ingin menuruti hawa nafsunya. Menggunakan kepandaian diri untuk kesenangan dirinya sendiri, tanpa peduli nasib rakyat yang kian menderita. Padahal mereka adalah orang-orang yang pintar yang ‘diharapkan’ dapat menyampaikan suara-suara rakyat di parlemen.
Hal itu terjadi karena banyaknya terkadang potensi hawa nafsu kita sebagai manusia sulit untuk dikendalikan sehingga memengaruhi hati dan akal pikiran kita, membuat cenderung berbuat salah. Potensi hawa nafsu itu mudah menjerumuskan kita pada hal-hal yang negatif menjadikan kita menjadi seseorang yang sombong dan ego yang semakin besar. Dengan memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi, maka jadilah kita mudah ‘keblinger’ sehingga menyalahgunakan ilmu yang kita miliki. Biasanya, jika sudah ‘keblinger’ dengan ilmu pengetahuan yang kita kuasai, kita merasa paling pandai bahkan merasa lebih pandai daripada orang lain.
Penyunting: Jihan F