Ia mengakui atas kesalahan ucapannya yang dipandang kurang tepat dan kurang baik. Ia juga menegaskan bahwa dirinya meminta maaf atas kesalahannya. “Saya mah mangga lah gak jadi masalah itu jadi proses belajar hidup bagi saya, jadi saya tidak mempermasalahkan,” jelasnya. Ia pun menjelaskan bahwa dirinya mengucapkan hal tersebut atas dasar perasaan sayang, bukan atas unsur kebencian atau kepentingan lain yang dibawanya. Bahkan satu statement diucapkan olehnya yang berpasrah atas kejadian ini dan menganggap ini sebagai proses belajar, “Euweuh anak nu salah, kolot nu salah ngadidikna, jadi bagi saya ya gapapa tapi yang jelas saya sudah minta maaf,” ucapnya.
Beliau menanggapi tuntutan massa aksi dengan tenang, di mana tuntutannya yaitu beliau harus bertanggung jawab atas apa yang diucapkannya. Beliau langsung meminta maaf dan tidak mempermasalahkan lagi perihal aksi tersebut. “Perkara saya kerja di sini, tanpa diminta mundur juga kalau memang diminta (atau) dipandang perlu, saya dengan tulus ikhlas dengan kecintaan saya. Daripada jadi persoalan yang menimbulkan ketidakkondusifan di kampus, saya sah saja. Saya menyampaikan begitu, bukan tuntutan mereka artinya saya saking tulusnya lah,” jelas Pak Permana.
Perihal tidak lulusnya mahasiswa Teknik Sipil di mata kuliah yang diampu oleh Pak Permana, ia menolak jika mengucapkan tidak diluluskannya anggota teater tersebut. “Kalau anda tidak ikut kuliah ya gak akan lulus dan itu belum terjadi kan?” ujarnya. Ia pun mengucapkan bahwa dirinya tidak melarang mahasiswa yang berkreativitas. Hingga pemakaian bus Universitas Siliwangi pun ia menjelaskan bahwa tidak hanya 1 UKM yang menggunakan, namun ada banyak pihak yang menggunakannya. “Tadi sudah diatur, dari sini di drop ke Jogja. Nanti diaturlah,” jelasnya.
Beliau tidak melarang keberangkatan UKM Teater 28 ke Bali dan mempersilakan dan mendoakan mahasiswa yang berangkat ke sana. “Saya dari lubuk hati tidak ada niat jelek sekalipun. Untuk apa? Sudahlah. Sekarang saya sudah tahu, kalian (mahasiswa) sudah punya prinsip, saya jangan masuk ke wilayah itu kan yaudah saya tambah ringan. Saya kalau ngajar ya ngajar aja ilmunya, karena sudah jadi karakter saya kalau ngajar lebih banyak menekankan ke etika dan integritas. Nah, ini mereka tidak mau yasudah tidak apa-apa, saya ngomong materi saya,” jelasnya.
Ia menghargai gejolak mahasiswa dan menganggap itu suatu hal yang wajar. Setelah kejadian ini, ia merasa harus lebih baik. “Saya akan tetap mendukung mahasiswa. Jauh dari pikiran saya memasung kreativitas mahasiswa,” ucapnya. Ia bertekad untuk tetap menyayangi mahasiswanya, “Doakan saya saja lebih baik, lebih hati-hati”, tutupnya.
“Sing nyaah ka diri sorangan, sing nyaah ka kolot. Hideup ditugaskeun ku kolot teh kuliah” -Pak Permana-