Pengaruh AI Makin Merajalela bagi Pekerjaan Manusia di Masa Depan

Sumber Foto JohnGemercik Media 4

Kecerdasan Buatan atau Artificial Intelligence (AI) seolah menjadi angin baru yang tengah berhembus kencang di era digital ini. Sosok AI yang memiliki kemampuan belajar dan berpikir layaknya manusia ini, bukan hanya menjadi “anak emas” dalam bidang teknologi, tetapi juga berpotensi memberikan dampak revolusioner dalam berbagai aspek kehidupan, khususnya gambaran pekerjaan di masa depan.

Menurut Avron Barr dan Edward E. Feigenbaum, Artificial Intelligence adalah sebagian dari komputer sains yang mempelajari (merancang) sistem komputer yang berintelegensi, yaitu sistem yang memiliki karakteristik berpikir seperti manusia, sedangkan menurut Rich dan Knight, kecerdasan buatan merupakan sebuah studi tentang bagaimana membuat komputer melakukan hal-hal yang pada saat ini dapat dilakukan lebih baik oleh manusia.

Kemampuan AI dalam otomatisasi tugas-tugas rutin membawa konsekuensi terhadap jenis pekerjaan yang akan tersedia di masa depan, seperti pada peningkatkan produktivitas di berbagai sektor yang memungkinkan fokus pekerja manusia pada tugas-tugas kreatif, analitis, dan berorientasi pada solusi. Hal ini mengupayakan bahwa dengan keberadaan AI, pekerjaan makin dinamis menyesuaikan zaman, sehingga manusia bisa tetap berinovasi untuk siap menghadapi tantangan ke depan apabila pekerjaan tergantikan dengan teknologi AI.

Bahkan sudah ada prediksi dalam studi Jobs lost, jobs gained: What the future of work will mean for jobs, skills, and wages oleh McKinsey Global Institute (MGI) pada tahun 2017. Studi ini memproyeksikan bahwa pada tahun 2030, sekitar 375 juta pekerjaan di seluruh dunia dapat tergantikan oleh teknologi AI dan sekitar 133 juta pekerjaan baru dapat diciptakan melalui pengembangan teknologi AI dan inovasi.

Menurut World Economic Forum (WEF) pada 2027 ada sekitar 83 juta pekerjaan akan hilang dan 69 juta pekerjaan baru tercipta. Lapangan pekerjaan yang paling terdampak karena kemajuan AI adalah lapangan kerja yang berbasis administrasi tradisional yang diperkirakan akan menghilang hingga 26 juta, termasuk entri data dan sekretaris eksekutif.

Hal ini dapat dibuktikan dengan keberadaan presenter AI di salah satu acara berita di televisi Indonesia, sehingga menjadikan sebuah berita yang disiarkan lebih stabil dalam tingkat naskah lebih tinggi, seperti dalam berita yang mendadak dapat langsung rilis karena penulisan yang cepat dan akurat tanpa kesalahan tanda baca. Proses penyiaran bisa disiarkan kapan saja dan di mana saja tanpa batasan ruang dan waktu. Selain pada bidang penyiaran televisi, AI juga digunakan sebagai pengganti sopir pada mobil semi-otonom atau semi autonomous driving, yang di desain dengan pengaturan sistem sendiri tanpa memerlukan sopir untuk menjalankannya.

Perkembangan AI yang pesat memengaruhi proses berpikir dan keterampilan yang dibutuhkan pekerjaan. Hal ini mengharuskan individu untuk terus belajar dan beradaptasi, juga mengharuskan organisasi dan pemerintah untuk berpikir kreatif dalam mengambil kebijakan dan keputusan serta mendukung pengembangan keterampilan yang relevan. Keterbukaan terhadap inovasi dan pembelajaran berkelanjutan merupakan kunci untuk mencapai masa depan yang berkualitas dan berkelanjutan bagi manusia.

Di satu sisi, perkembangan AI yang makin canggih mampu mempermudah pekerjaan manusia. Di sisi lain, AI menimbulkan kekhawatiran karena lapangan pekerjaan akan makin hilang dan tergantikan. Hal ini akan terjadi apabila manusia tidak mampu beradaptasi dan mengasah keterampilan dalam penyesuaian zaman.

Maka, dengan ini diperlukan solusi untuk mengurangi pengambilalihan lapangan pekerjaan dari manusia oleh AI dengan makin melek teknologi untuk terus belajar dan memanfaatkan kecanggihan AI dalam kegiatan positif, sehingga perubahan-perubahan yang akan datang bisa teratasi dengan mudah.

Penulis: Vivi Silviani
Penyunting: Raisa Fadilah Ramadani
Ilustrator: Nida Syifa Hilmia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *