Gemercik News – Universitas Siliwangi (4/6). Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) luncurkan gerakan nasional Diktisaintek Berdampak pada 2 Mei 2025. Berdasarkan edaran tersebut, Universitas Siliwangi (Unsil) mulai lakukan penyesuaian agar selaras dengan tujuan Kampus Berdampak. Wakil Rektor Bidang Akademik, Prof. Dr. H. Dedi Kusmayadi, S.E., M.Si., Ak., CA., CRBC., ACPA., CPA., CRA., CRP., CSBA., ASEAN-CPA., menjelaskan bahwa perubahan yang dilakukan tidak bersifat menyeluruh, melainkan sebagai penyempurnaan dari program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
“Tahun ajaran baru nanti akan diterapkan kurikulum yang berorientasi pada project learning, case method, dan merupakan penerapan dari Outcome-Based Education,” ujar Prof. Dr. H. Dedi kepada Gemercik (03/06).
Program Kampus Berdampak masih baru dan belum memiliki parameter jelas dari Kementerian. Unsil merespons berdasarkan hasil dialog dengan Kementerian dan universitas lain. Program ini mirip dengan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), namun lebih menekankan pada penguatan keterampilan dan kesiapan kerja mahasiswa.
“Prosesnya mirip MBKM, namun lebih menekankan penguatan keterampilan untuk membekali mahasiswa menghadapi dunia kerja dan menjadi problem solver,” jelas Prof. Dr. H. Dedi.
Unsil memperkuat komitmennya melalui pembelajaran yang berdampak langsung. Prof. Dr. H. Dedi menyebut Unsil telah menjalankan program MBKM dan mendorong keterlibatan mahasiswa di lapangan agar mereka dapat memberikan kontribusi nyata sesuai kebutuhan masyarakat. Komitmen ini akan terus diperkuat dalam proses pembelajaran.
“MBKM hanya istilah. Kita sudah melaksanakannya, tinggal dorong mahasiswa beri kontribusi nyata dan membentuk sesuai kebutuhan masyarakat,” ungkap Prof. Dr. H. Dedi.
Prof. Dr. H. Dedi juga menanggapi terkait perubahan kurikulum yang cepat berganti, dari yang sebelumnya kurikulum MBKM menjadi kurikulum Kampus Berdampak. Menurutnya, hal itu bukan lah sebuah masalah dan setiap masing-masing universitas cukup mendesain kurikulum tersebut.
“Kampus Berdampak masih sejalan dengan program sebelumnya, hanya beda tampilan. Kini tiap universitas cukup desain kurikulum yang berdampak tanpa bikin yang baru,” ujar Prof. Dr. H. Dedi.
Terakhir Prof. Dr. H. Dedi juga menyoroti berkurangnya penguatan skill mahasiswa karena laboratorium di tiap jurusan makin hilang, padahal fungsinya penting untuk mengasah kompetensi melalui studi kasus.
“Harapan saya, Kampus Berdampak bisa jadi isyarat untuk memperbanyak kembali laboratorium, karena itu tempat mahasiswa mengasah kompetensinya,” tutup Prof. Dr. H. Dedi.
Reporter : Kamila dan Muthia
Penulis: Berinda Cesilla Azwar
Penyuting: Aisyah Fithiriyyah N