Persepsi Mahasiswa Unsil Mengenai Posisi Ketua BEM

IMG 1892

Gemercik News-Universitas Siliwangi (18/03). Hingga saat ini Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Siliwangi (Unsil) belum menemukan calon ketua BEM Unsil sebagai jembatan antara mahasiswa dan lembaga sebagai sosok pemimpin. Upaya perpanjangan dalam perekrutan yang diusahakan Badan Legislatif Mahasiswa (BLM) Unsil hingga Jumat, (08/03/2024) lalu tidak membuahkan hasil.

Di tengah kegentingan tersebut, berbagai persepsi mengenai posisi ketua BEM di kalangan mahasiswa menjadi sorotan. Aura Yuga Fianisa sebagai mahasiswa angkatan 2020 program studi Pendidikan Geografi mengungkapkan bahwa posisi ketua BEM memang berat beban moralnya. Pandangan buruk mahasiswa terkait posisi ketua BEM juga dipengaruhi oleh ketua BEM pada periode-periode sebelumnya.

“Stigma negatif lebih ke mahasiswa banyak yang nggak mau jadi ketua BEM karena beban moralnya cukup besar. Pandangan buruk kenapa sekarang nggak ada yang mencalonkan, karena dari ketua BEM dua tahun sebelumnya nggak ada (kelihatan) power dan kegiatannya,” ungkap Aura.

Sementara itu, Fazl Muhammad Askar sebagai mahasiswa angkatan 2022 program studi Ilmu Politik mengungkapkan bahwa permasalahan  muncul karena posisi BEM Unsil dinilainya tidak memiliki dominasi terhadap BEM di fakultas-fakultas, sehingga posisi BEM ini menjadi tidak memiliki nilai penting.

“Yang saya pahami adalah, kelihatannya BEM Unsil ini secara kekuatan atau dominasi terhadap BEM-BEM di fakultas tidak terlihat,” ungkap Fazl.

Mengenai kinerja dari BEM, Fazl mengungkapkan bahwa program BEM tidak terlihat jelas bentuk kegiatannya, sehingga orang-orang menjadi skeptis.

“Melihat BEM Unsil, dari pertama saya masuk, ya, lumayan, lah, tapi lebih dominan acara-acara di BEM fakultas. BEM Unsil kelihatan sekali program kerjanya kalah dengan BEM-BEM fakultas. Paling Ombus (Orientasi Mahasiswa Baru Universitas Siliwangi). Orang-orang pun jadinya skeptis melihatnya,” tutur Fazl.

Permasalahan-permasalahan yang terjadi di lingkungan BEM Unsil dapat memengaruhi pandangan mahasiswa terhadap posisi ketua BEM. Dari tuturan Fazl menyebutkan bahwa adanya keharusan membayar defisit BEM periode sebelumnya oleh ketua BEM di periode mendatang menjadi salah satu penyebab turunnya nama ketua BEM.

“Kemungkinan (defisit) menjadi penyebab. Mungkin banyak yang mendengar hal tersebut jadinya kesebar, sehingga nama posisi ketua BEM itu sendiri menjadi turun,” ujar Fazl.

Permasalahan lain, dalam tuturan Aura menyebutkan bahwa terbitnya surat memorandum menjadi salah satu penyebab yang melatarbelakangi mahasiswa Unsil kebingungan mengenai hubungan BEM dan BLM.

“Mungkin ini memang yang harus ditanyakan, kenapa sampai ada surat memorandum. Apakah sampe, kok, tidak ada komunikasi dari BEM (Unsil) dan BLM (Unsil)-nya. Kalaupun memang ada konflik, kok, tidak komunikasi itu bagaimana,” tutur Aura.

Meskipun demikian, Fazl mengungkapkan jika peran BEM sangat penting dan berharap permasalahan mengenai ketua BEM dapat terselesaikan, sehingga melahirkan sosok kepemimpinan yang lebih baik.

“Harapannya, sih, kan, sekarang belum ada. Semoga cepat ada jalan keluarnya, karena yang kita tahu BEM itu sebagai alat penengah antara mahasiswa dan birokrasi di kampus,” tutup Fazl.

Reporter dan Penulis: Annisa Firsty

Penyunting: Ferani S.N.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *