Gemercik News-Universitas Siliwangi (05/11). Kearsipan Universitas Siliwangi (Unsil) kembali selenggarakan Pameran Khazanah Arsip dengan mengangkat tema “Tamasya ke Masa Lalu Untuk Memahami Masa Depan” di Gedung Mandala Universitas Siliwangi (Unsil) pada Selasa s.d. Rabu (5-6/11).
Drs. Nana Sujana, M.SI. sebagai Kepala Biro mengatakan tujuan dari diadakannya pameran sebagai bentuk apresiasi atas kerja keras dari 58 tenaga kearsipan dan juga untuk meningkatkan kompetensi para tenaga kearsipan.
“Karena selain pameran, kita juga ada kegiatan workshop. Bagaimana membedah tata naskah dinas, baik secara manual maupun secara elektronik. Sehingga, dengan demikian para arsiparis ini punya target setiap tahun apa yang harus dia kerjakan,” ungkap Nana kepada Gemercik pada (05/11).
Kemudian, Azwar Sanusi Pane, S.IP, M.SI. sebagai Ketua Tim Pembinaan Lembaga Pendidikan Kearsipan Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) menyampaikan hadirnya arsip nasional sebagai sifat dari bentuk memberikan pembinaan kepada perguruan tinggi.
“Nah, dalam kegiatan kearsipan itu dari mulai awalnya dia yang dinamis sampai ke statis yang permanen itu biasanya diakhiri dengan kegiatan pameran gini layanan gitu,” ucap Azwar.
Nana mengatakan tema pameran tahun ini berfokus pada arsip-arsip dokumentasi sejarah dan juga ditujukan untuk mengingat kembali bagaimana Unsil berdiri.
“Jadi, walaupun bagaimana Unsil ini berdiri sejak founding father Pak Mahsudi sampai saat ini tentunya tidak lepas dari jasa-jasa mereka. Biar mereka tetap peduli bahwa nama Siliwangi ini dibesarkan oleh mereka-mereka yang sangat peduli kepada pendidikan,” ucap Nana.
Nana menyebutkan pula terdapat perbedaan dari pameran kali ini dengan tahun lalu, yang mana terletak pada hadirnya pakta integritas tertib arsip untuk peningkatan kepedulian semua pimpinan untuk meningkatkan intensitas pengelolaan arsip dan komitmen pimpinan pada kepedulian kearsipan.
Selanjutnya, Nana mengutarakan kendala dari pameran kali ini, yakni tidak tersedianya kantor yang representatif untuk menyimpan segala bentuk arsip sehingga terbatasnya ruang untuk penyimpanan arsip.
“Kendala untuk mencari kemudian memasangkan, memetakan. Kemudian juga mengorganisir orang yang 58 itu perlu perhatian, fokus, sehingga mereka bisa bekerja sama,” ujar Nana.
Terakhir, Azwar menyatakan harapan dengan terlaksananya pameran arsip Unsil dapat membuka mata masyarakat terkhususnya dalam lingkup Unsil tentang seberapa penting mengenal arsip dan sejarah perguruan tinggi.
“Jadi, mudah-mudahan yang hadir di sini nanti tergugah lah bahwa arsip itu penting, bukan yang kita ngelihat kalau kita ada masalah aja kalau kita butuh baru kita cari,” pungkas Azwar.
Reporter: Elsa Sapitri
Penulis: Dista Chandra Kirana
Penyunting: Ai Nuraeni