Gemercik News-Universitas Siliwangi (31/08). Seiring dengan telah dilaksanakannya prosesi wisuda secara daring dan luring pada 28-30 Agustus 2020, wisudawan memiliki kesan tersendiri terkait dengan sistem yang diterapkan.
Terdapat kekecewaan yang dirasakan wisudawan jika dibandingkan dengan prosesi wisuda pada tahun-tahun sebelumnya. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu wisudawan daring dan salah satu wisudawan luring saat ditanya mengenai perasaannya.
“Ada sedikit kecewa waktu memilih sistem online, karena kurang berkesan aja. Jadi tidak bisa berkumpul dengan teman-teman seperti biasa, tidak bisa berfoto bersama dekan dan dosen-dosen di fakultas,” ungkap Choerunisa, wisudawan angkatan 2016 yang memilih sistem daring.
“Perasaan saya senang meskipun ada sedikit ketidakenakan dalam diri saya dibandingkan dengan wisuda yang tahun-tahun kemaren. Pendamping tidak boleh masuk ke ruangan Mandala, mungkin saya sedih di sana karena istilahnya orang tua pengen melihat lah ya anaknya di wisuda gitu ya prosesi wisuda. Cuma sangat disayangkan gak bisa masuk,” ungkap Banyu Girisetra, wisudawan angkatan 2015 yang memilih sistem luring.
Sistem wisuda pada tahun ini juga memiliki beberapa kendala yang tentu saja berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.
Choerunisa mengatakan bahwa pada wisuda daring terdapat miskomunikasi saat pelaksanaan geladi resik. Jaringan yang tidak stabil pada saat prosesi sedang berlangsung dan juga kualitas suara yang kurang baik sehingga menghambat kelancaran prosesi wisuda.
Di samping itu, Banyu mengatakan pelaksanaan wisuda secara luring dirasa cukup aman. Yang terpenting adalah tetap mengikuti protokol kesehatan yang diterapkan oleh pihak kampus sendiri. Banyu menambahkan bahwa pendamping atau orang tua yang mewakili harus disertakan di Gedung Mandala.
Keduanya mengungkapkan bahwa pihak kampus melakukan hal yang terbaik untuk wisudawan agar tetap dapat melaksanakan prosesi wisuda dengan aman dan juga sesuai dengan protokol kesehatan.
“Unsil ini kan salah satu perguruan tinggi negeri yang mengadakan wisuda online se-Indonesia jadi protokol kesehatannya pun saya rasa sangat baik sangat luar biasa,” ujar Banyu.
“Mungkin kampus memilih sistem offline dan online juga yang terbaik buat kita dan Alhamdulillah di online pun keluarga dan teman-teman tetap menyemangati jadi terbayar sih,” tutur Choerunisa.
Choerunisa juga mengutarakan harapannya untuk wisudawan-wisudawan yang akan datang, jika mengalami hal yang serupa dengannya, yakni prosesi wisuda secara daring.
“Pesan saya buat wisudawan lainnya, wisudawan daring ke depannya, jalani dengan ceria, dengan penuh semangat, dan sepenuh hati. Karena walaupun kita tidak bisa berkumpul dengan teman-teman di sana dan saya tahu pasti ada hal kecil yang membuat kita sedih. Akan tetapi kita harus tetap disiplin akan waktu yang diberikan sesuai panitia dan juga kita harus menghargai keputusan kampus.” Tutup Choerunisa.
Reporter: Syahda Juang & Ayu Sabrina
Penulis: Winda Grizela
Penyunting: Rini