Gemercik News-Universitas Siliwangi (27/11). Himpunan Mahasiswa Pendidikan Jasmani (HIMAPENJAS) dan mahasiswa Pendidikan Jasmani 2015 menggelar aksi solidaritas tabur bunga dan doa bersama. Latar belakang diadakannya aksi solidaritas ini ialah sebagai penghormatan terakhir untuk Alm. Indra Arief Rahman, S.Pd., yang merupakan mahasiswa Pendidikan Jasmani angkatan 2015.
“Adanya acara tabur bunga setelah prosesi wisuda, diadakan untuk penghormatan terakhir (berupa) mengirimkan doa dan sebagai bentuk solidaritas sesama mahasiswa Pendidikan Jasmani bagi almarhum dengan simbolis tabur bunga serta mengundang seluruh mahasiswa Pendidikan Jasmani,” ujar Rizki Rahman, selaku Ketua Umum HIMAPENJAS.
Rizki mengaku mengenal sosok almarhum secara pribadi, sebab seringnya intensitas pertemuan di antara keduanya ketika almarhum ke kampus untuk melakukan revisi skripsi. Menurutnya, almarhum adalah sosok yang baik, tidak banyak mengeluh, pantang menyerah, dan tidak manja.
Ditemui setelah aksi solidaritas, Ida Wahidah, M.Pd., yang merupakan wali dosen almarhum mengatakan bahwa almarhum merupakan pribadi yang baik dan kuat. Kuat di sini mengartikan bahwa sosok almarhum tidak merepotkan siapa pun, baik orang tua maupun teman-temannya.
Alm. Indra Arief Rahman, S.Pd., wafat karena sakit yang menyerang organ dalam tubuhnya. “Dari pemberitahuan yang saya dapat, almarhum mengidap penyakit kanker usus, mungkin penyakit itu sudah menggerogoti tubuhnya sejak lama, tidak mungin kan penyakit yang datang baru satu bulan langsung timbul seperti itu. Kata temannya selama kuliah almarhum tidak pernah mengeluh rasa sakit, cuman pas lagi skripsi almarhum bilang perutnya sering sakit. Seiring berjalannya waktu, ketika revisian skripsi dia bilang ke temannya bahwa sakit perutnya itu menurut dokter ada benjolan, tapi dokter belum mengetahui benjolan itu apa. Suatu hari dia muntah-muntah kemudian di USG. Dari situ ketahuan ada benjolan di perutnya, lalu dirujuk dari RS Tasik ke RS yang ada di Bandung, penyebab muntahnya itu karena adanya benjolan yang menutupi aluran lambung menuju ke usus, dari situ semuanya ketahuan bahwa sakitnya itu sudah menjalar ke organ tubuh lainnya,” ujar Ida Wahidah.
Ida Wahidah, M.Pd., berpesan untuk meniru semangat dan tidak mengeluhnya almarhum ketika sakit serta mengambil hikmah dari kejadian ini. Almarhum di mata teman-temannya merupakan sosok yang tidak mau memperlihatkan sakitnya. Selain itu, pribadinya memang dikenal sebagai pribadi yang tidak pernah mengeluh.
“Kita enggak pernah tau sakitnyagimana, ketika dia bilang perutnya agak sakit, kami kira sakit biasa karena beliau emang jarang ngeluh kalo dia (sedang) sakit. Dia (almarhum Indra) kesehariannya terlihat fresh sampe enggakmenunjukkan tanda-tanda dia (sedang) sakit. Awal oktober beliau mulai cerita dan sering muntah-muntah, ya kita gak tau apa yang dirasa beliau gimana.” Ujar William Mandrutomo, selaku teman dari almarhum.
William Andri Utomo berpesan bahwa ketika dirasa ada hal yang mengganjal terjadi pada tubuh kita, sebaiknya kita langsung check-up, karena kita tidak tahu apa yang terjadi pada tubuh kita. Jadi, jangan menganggap remeh penyakit.
Reporter: Ira Seliawati dan TreschaR
Penulis: Ira Seliawati
Penyunting: Muslimatul Hajar