Zero Waste Jadi Respons BEM Unsil atas Evaluasi OMBUS Sebelumnya

Sumber Foto JohnGemercik Media

Gemercik News – Universitas Siliwangi (09/08). Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Siliwangi (Unsil) menerapkan konsep Zero Waste dalam Orientasi Mahasiswa Baru Unsil (OMBUS) tahun ini sebagai respons atas evaluasi pelaksanaan OMBUS sebelumnya yang dinilai menyumbang banyak sampah.

“Sebenarnya Zero Waste bukan tema, melainkan rangkaian kegiatan dalam OMBUS. Dari evaluasi sebelumnya, sumbangsih sampah di Unsil cukup banyak, khususnya saat pelaksanaan OMBUS. Gagasan ini merupakan ide yang dituangkan oleh Kabid Soslingmas,” tutur Risaldi kepada Gemercik, Jumat (08/08).

Kepala Bidang Sosial Lingkungan Masyarakat (Soslingmas) BEM Unsil, Muhammad Nur Muslim, menyebutkan bahwa fokusnya adalah membiasakan mahasiswa baru menjalani gaya hidup ramah lingkungan, seperti membawa tumbler, tempat makan, dan alas duduk yang dapat digunakan berulang. Selain itu, panitia juga menyiapkan fasilitas pemilahan sampah selama kegiatan.

“Ini merupakan ikhtiar dari konsep Zero Waste yang secara garis besar fokus pada perilaku Zero Waste style. Perlengkapan mahasiswa baru kini diubah, mereka diharuskan membawa tumbler, tempat makan, serta alas duduk yang dapat digunakan berulang. Panitia juga menyediakan tiga kantong sampah untuk memisahkan plastik, kertas, dan sisa makanan,” ujar Nur Muslim.

Untuk edukasi, BEM Unsil memanfaatkan media sosial agar mahasiswa baru memahami konsep Zero Waste dan menerapkannya selama OMBUS maupun di kehidupan kampus. Keberhasilan program diukur dari kepatuhan terhadap aturan, dengan sanksi pengurangan poin jika terjadi pelanggaran.

“Langkah strategisnya adalah pengedukasian melalui media sosial. OMBUS sebagai gerbang pengkaderan awal membuat penerapannya harus terus menerus. Keberhasilannya diukur dari kepatuhan mahasiswa baru terhadap tata tertib dengan sanksi pengurangan poin bagi yang masih menggunakan sampah sekali pakai,” ujar Risaldi.

Sementara itu, terkait tantangannya, Risaldi mengakui bahwa penerapan awal ini masih menemui hambatan, terutama dari pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang berjualan di lingkungan kampus.

“Karena ini pertama kali kita coba terapkan dan tegaskan, tentu masih banyak dalam baku UMKM terhalang dalam penggunaan sampah plastik,” ucap Risaldi.

Terakhir, Nur Muslim menambahkan bahwa perbedaan pemahaman tentang konsep Zero Waste membuat setiap orang memiliki definisi berbeda sehingga perlu penegasan konteks agar pelaksanaannya lebih jelas.

“Kalau lebih lanjut, pasti akan ada pro kontra tentang penerapan Zero Waste, bahkan di internal panitia sempat terjadi perdebatan. Namun, akhirnya kami menempatkan konsep ini dalam konteks OMBUS yang dimasukkan ke tata tertib,” tutup M. Nur Muslim.

Reporter          : Budi Adi Saputra, Mekwih

Penulis            : Silvia Ripa Nurkaromah

Penyunting      : Adila Sundari

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *