Jurang Resesi yang Menanti Indonesia

B19c351b 2721 43af 9fbf B43c0a3474f8 1

Oleh, Nando Muhammad

Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Andalas

Ekonomi Merosot

Indonesia saat ini sedang dihadapkan dengan jurang resesi yang “menganga” di depan mata, karena kontraksinya ekonomi dalam kuartal satu maupun kuartal dua. Dalam kuartal satu, Indonesia hanya mampu mencapai 2,97% hal itu menandakan bahwa perekonomian nasional tersendat. Apalagi dengan ditambahnya perkiraan para ahli mengenai kontraksi di kuartal dua yang mungkin saja akan mencapai minus, seperti kata ibu menteri keuangan Sri Mulyani beliau menyebutkan,

“Proyeksi untuk kuartal kedua dari berbagai institusi adalah berbeda-beda. Kalau kita lihat, kami sendiri memproyeksikan antara -5,08 sampai dengan -3,54. Dengan poinnya di -4,3%,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa, Senin (20/7/2020). Sumber Detik.com, hal itu tentu saja akan semakin membawa Indonesia ke dalam jurang resesi karena ekonomi yang semakin merosot GDP melemah maka resesi lah yang akan terjadi.

COVID-19 Belum Tertangani

Hingga saat ini pun pemerintah belum mampu menang berperang melawan COVID-19 yang semakin hari semakin banyak memakan korban. Sampai pada hari Selasa 21 Juli 2020 korban COVID-19 mencapai 89.869 orang yang terpapar. Sementara jumlah korban kematian mencapai 4.320 dan yang sembuh mencapai 48.466, jumlah ini mungkin saja akan terus mengganggu kestabilan perekonomian Negara. Menyebabkan melemahnya daya beli masyarakat sehingga PHK akan terus terjadi sehingga menyebabkan pengangguran di mana-mana. Beberapa hal itu yang akan membawa Indonesia ke dalam jurang resesi.

Rupiah dan Saham

Memang belakangan ini rupiah belum anjlok ataupun menurun karena pengaruh rendahnya daya beli masyarakat. Hal tersebut bisa jadi bom waktu ketika suatu saat rupiah tiba-tiba anjlok di saat yang genting. Kita harus belajar dari sejarah, ketika tahun 1998 Indonesia bahkan Asia dibuat gempar hanya karena ulah seorang spekulan. Dia mampu memorak-porandakan ekonomi Indonesia dalam sekejap, yang nantinya juga yang menjadi alasan menumbangkan Presiden Soeharto.

Ketika tahun 1998, George Soros memainkan valas untuk menghancurkan ekonomi Asia, termasuk Indonesia, dia menukar uang lokal dengan dolar Amerika dalam jumlah yang sangat besar sampai membuat beberapa Negara di Asia mengalami krisis moneter. Rupiah yang kala itu masih adem ayem tiba-tiba melonjak naik hingga kurang lebih 15.000 rupiah. Maka dari itulah kita harus siap dalam segala kemungkinan yang akan datang, karena kita tidak akan tahu kapan orang-orang seperti George Soros akan bertindak.

Baru-baru ini banyak investor yang menanamkan modalnya di Indonesia, beberapa investor membeli saham BBRI, BBCA dan saham-saham lainnya. Tetapi yang menarik perhatian saat ini adalah meningkatnya harga saham perusahaan farmasi dan itu mungkin saja akan menarik para investor untuk melakukan investasi di Indonesia dan menyelamatkan Indonesia dari ancaman resesi.

Tetapi hal itu juga harus diwaspadai, karena tren saham melonjak tinggi bisa akan mempengaruhi psikologis masyarakat yang ikut untuk membeli saham, tentu saja masyarakat yang membeli saham itu adalah sesuatu hal yang positif tetapi ketika masyarakat membeli saham dengan cara meminjam uang ke bank itu yang akan jadi masalah. Kita harus belajar ke Amerika tentang bahayanya tren saham yang hingga berhutang ke bank.

Amerika mencapai depresi pada tahun 1929 karena pernah terjadi tren saham dan masyarakat sampai meminjam ke bank untuk membeli saham, karena ketika saham mencapai harga tertinggi, orang-orang berbondong-bondong menjual sahamnya sampai membuat panik dan masyarakat menjual saham dengan cutloss yaitu menjual di harga yang jauh dari kata untung untuk menghindari kerugian yang besar, karena itu banyak masyarakat yang gagal bayar sehingga tercipta The Great Depression. Hal itu harus jadi pelajaran untuk Indonesia bahkan dunia agar tidak masuk ke jurang yang sama

Kebimbangan Pemerintah

Pemerintah tentu saja dibuat pusing dalam masalah ini, bagaimana tidak, para pejabat seakan dihadapkan dengan buah simalakama. Jika membebaskan masyarakat hal itu tentu akan mengancam kesehatan masyarakat, tetapi daya beli masyarakat akan meningkat dan ancaman resesi bisa saja akan pergi, tetapi ketika masih saja pergerakan masyarakat dibatasi itu akan membuat daya beli melemah dan ekonomi merosot tajam seperti yang terjadi di kuartal sebelumnya.

Penanggung jawab terdepan di masa sekarang adalah menteri kesehatan, menteri keuangan, menteri luar negeri dan menteri pertahanan. Beberapa menteri masih menjalankan tugas seperti keadaan yang biasa-biasa saja seperti tidak ada yang terjadi padahal keadaan seperti ini seharusnya alarm perang dari menteri-menteri tersebut sudah dibunyikan demi menjaga kestabilan, kesehatan dan perekonomian negara.

Penyunting: Jihan F

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *