Menghindari Logical Fallacy dalam Berdebat di Dunia Maya

Logical Fallacy

Dalam era digital yang semakin maju, kemampuan untuk berdebat secara efektif dan kritis semakin penting. Di dunia maya, banyak perdebatan yang terjadi, baik dalam diskusi publik, forum online, maupun media sosial. Namun, tidak semua perdebatan berlangsung dengan baik. Terdapat banyak kejadian ketika orang berdebat dengan menggunakan argumen yang salah, menyerang karakter lawan bicara, atau bahkan menyebarkan propaganda dan untuk memenangkan perdebatan.

Inilah mengapa penting bagi generasi muda untuk mengenal dan menghindari logical fallacy dalam berdebat di dunia maya. Melansir buku “Ihwal Sesat Pikir dan Cacat Logika, Logical Fallacy: Membincang Cognitive Bias dan Logical Fallacy” karya Faiz Fahruddin, logical fallacy atau kesalahan logika merupakan sebuah kesalahan dalam berpikir atau menggunakan argumen yang tidak valid, sehingga tidak dapat memberikan bukti yang kuat dan tidak dapat dipertanggungjawabkan. Logical fallacy bisa disengaja atau tidak disengaja, tetapi dapat merugikan sebuah perdebatan karena dapat mengarahkan pembicaraan ke arah yang salah atau membuat argumen tidak relevan.

Manipulasi dan propaganda adalah contoh umum dari penggunaan logical fallacy dalam perdebatan. Dalam politik, propaganda digunakan untuk memengaruhi pendapat orang dan memenangkan dukungan untuk calon tertentu. Dalam situasi seperti ini, generasi muda harus lebih waspada dan kritis terhadap informasi yang mereka terima dari media sosial dan sumber berita yang tidak terpercaya. Mereka juga harus belajar untuk memeriksa fakta dan menyaring informasi yang berlebihan atau tidak jelas kebenarannya.

Dalam konteks pemilihan presiden, kita sering kali menemukan orang-orang yang menggunakan logical fallacy untuk memengaruhi opini publik, misalnya seseorang dapat menggunakan “ad hominem“, yaitu menyerang karakter atau kepribadian lawan debatnya sebagai bentuk manipulasi. Seseorang juga dapat menggunakan “strawman fallacy” dengan menyederhanakan argumen lawan debatnya dan menyerang argumen tersebut, bukan dengan argumen yang sebenarnya. Hal ini menjadi sangat berbahaya, terutama bagi generasi muda yang sedang membangun karakter dan pemikiran kritis mereka. Jika generasi muda tidak mengenal dan menghindari logical fallacy, mereka dapat menjadi korban manipulasi dan propaganda yang tersebar di dunia maya.

Pemahaman tentang logical fallacy dapat membantu generasi muda dalam membangun argumen yang kuat dan logis dalam perdebatan. Dengan memahami pola berpikir secara logis dan cara mengidentifikasi argumen yang tidak valid, mereka dapat meningkatkan kemampuan dalam mempertahankan argumen mereka dan membuat argumen yang lebih kuat. Inilah yang sangat penting dalam menghadapi situasi di saat orang-orang berusaha mengalahkan argumen dengan berbagai taktik manipulasi.

Selain itu, belajar mengenali dan menghindari logical fallacy juga dapat membantu generasi muda dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis mereka. Dalam dunia yang semakin kompleks dan cepat berubah seperti saat ini, kemampuan untuk menganalisis dan mengevaluasi informasi dengan kritis sangat penting. Generasi muda harus belajar untuk tidak hanya menerima informasi mentah tanpa pemikiran kritis, tetapi juga mempertanyakan dan memeriksa klaim yang mereka terima dengan saksama.

Generasi muda juga harus diberi kesempatan untuk berlatih dalam konteks yang aman dan terkendali. Diskusi dan debat yang diawasi oleh guru atau moderator dapat membantu generasi muda dalam membangun kemampuan mereka dalam mengenali logical fallacy dan memahami argumen dengan lebih baik. Dalam konteks yang aman dan terkendali, generasi muda juga dapat mempraktikkan cara-cara yang efektif untuk menghindari logical fallacy dan mempertahankan argumen mereka dengan cara yang logis dan persuasif.

Lingkungan sekolah dan keluarga tidak hanya berperan dalam membentuk pemikiran kritis generasi muda, perusahaan teknologi juga berperan penting dalam menyediakan platform yang aman dan terpercaya untuk berdebat dan berdiskusi di dunia maya. Perusahaan teknologi harus memperhatikan dan memperbaiki algoritma mereka agar tidak memperkuat filter bubble dan echo chamber. Filter bubble dan echo chamber  adalah fenomena di mana algoritma media sosial hanya menampilkan konten yang sejalan dengan pandangan kita, sehingga kita terjebak dalam satu sudut pandang saja tanpa mengetahui fakta dari sudut pandang lainnya.

Lantas, apa yang harus dilakukan bagi generasi muda agar terhindar dari permasalahan logical fallacy? Berikut adalah beberapa upaya yang dapat dilakukan generasi muda untuk menghindari masalah ini di dunia maya.

Pertama, generasi muda dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Hal ini dapat dilakukan dengan membaca sumber informasi yang beragam dan memperhatikan logika dan fakta yang terkandung dalam argumen yang disampaikan. Dengan begitu, mereka akan dapat membedakan antara argumen yang logis dan argumen yang tidak logis.

Kedua, generasi muda perlu mengecek sumber informasi sebelum membagikan atau mempercayainya. Mereka harus memperhatikan sumber informasi dan memeriksa fakta yang terkandung di dalamnya. Hal ini dapat dilakukan dengan memvalidasi sumber informasi tersebut, sehingga memiliki kredibilitas yang baik atau tidak, serta fakta-fakta yang disajikan sudah diverifikasi oleh sumber yang terpercaya atau tidak.

Ketiga, generasi muda harus memperluas jangkauan sumber informasi yang digunakan. Mereka dapat mencari informasi dari sumber yang berbeda-beda, baik itu dari sumber yang berasal dari dalam negeri maupun sumber yang berasal dari luar negeri. Dengan begitu, mereka akan dapat memperoleh sudut pandang yang lebih beragam dan dapat memperluas pemahaman mereka tentang sebuah isu.

Keempat, generasi muda dapat mengikuti debat dan diskusi online dengan bijak. Mereka harus memperhatikan argumen yang disampaikan dan mampu menanggapinya dengan baik. Mereka juga harus menghindari melakukan serangan pribadi atau mempertanyakan niat lawan debat. Hal ini akan membuat debat menjadi lebih sehat dan produktif.

Kelima, generasi muda perlu memahami teknologi yang digunakan untuk menyajikan informasi di dunia maya. Mereka harus memperhatikan cara kerja algoritma yang digunakan oleh platform sosial media, sehingga dapat memahami bagaimana informasi yang mereka terima dapat dipengaruhi oleh algoritma tersebut.

Terakhir, generasi muda dapat menghindari filter bubble dan echo chamber dengan cara mengikuti akun-akun yang beragam dan tidak hanya sejenis dengan diri mereka sendiri. Mereka juga dapat memperbanyak teman dan mengikuti kelompok yang memiliki minat dan pandangan yang berbeda. Dengan begitu, mereka akan dapat memperluas pandangan dan memperoleh informasi dari sudut pandang yang beragam.

Referensi

Faiz, F. (2020). IHWAL SESAT PIKIR DAN CACAT LOGIKA: membincang cognitive bias dan logical fallacy.

Cxomedia.id. (2022, 5 Juni). Apa yang Dimaksud dengan Logical Fallacies?. Diakses pada 17 Juli 2023, dari https://www.cxomedia.id/science/20220603171430-43-175092/apa-yang-dimaksud-dengan-logical-fallacies

Kompas.com. (2022, 4 November). Filter Bubble, Eco Chamber, dan Ruang Digital Sehat Keluarga. Diakses pada 17 Juli 2023, dari https://www.kompas.com/tren/read/2022/11/04/135403465/filter-bubble-echo-chamber-dan-ruang-digital-sehat-keluarga?page=all

Penulis : Amanda Rif’at

Penyunting : Ferani Siti Nurhanifah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *