BEM KM FKIP Hadirkan Seminar Nasional Bertema Budaya Literasi dan Inovasi Pendidikan

IMG 4297 1

Gemercik News-Tasikmalaya (Minggu, 22/09). Seminar Nasional bertema “Inovasi Pendidikan dan Budaya Literasi di Era Digital Guna Mencetak Generasi yang Produktif” yang bertempat di Ruang Rapat Rektorat I dihadiri oleh 205 orang Mahasiwa dari berbagai fakultas, yang didominasi oleh mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Peserta dalam acara Seminar Nasional ini tidak hanya mahasiswa dari Universitas Siliwangi, namun ada juga mahasiswa yang berasal dari UPI Tasikmalaya. Dibuka oleh Wakil Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Dr. Hj. Iis Lisnawati, M.Pd., seminar ini mengundang dua pemateri yaitu Ai Nurhidayat dan juga Wahyu Nur Cahyanto.

Rizki Darmawan Jurusan Pendidikan Matematika (2017) selaku Ketua Pelaksana, mengungkapkan dua alasannya dalam memilih kedua pemateri tersebut. Pertama, Pak Ai Nurhidayat merupakan seseorang yang aktif di berbagai forum pembicaraan tentang inovasi pendidikan dan juga pemilik sekolah multikultural di Pangandaran. Kedua, Wahyu merupakan seorang editor dan juga redaktur dari Indie Book Corner, salah satu penerbit buku yang berlokasi di Yogyakarta. Tujuan utama dari seminar yang dimulai pada pukul 08.00 WIB ini adalah meningkatkan budaya literasi di kalangan mahasiswa Unsil dan merangsang mahasiswa agar terciptanya inovasi, khususnya di bidang pendidikan.

Dalam penyampaian materi tentang inovasi pendidikan, Pak Ai Nurhidayat menyampaikan Beberapa Konsep kelas multikultural diantaranya konektivitas, dinamis, wahana eksplorasi budaya, mendukung toleransi, dan juga Semangat perdamaian. Sedangkan Mas Wahyu menyampaikan beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan literasi. Beberapa upaya yang bisa kita lakukan terbagi menjadi dua, yakni upaya dari dalam dan juga upaya dari luar. Upaya dari dalam meliputi kebiasaan membaca buku, yang dimulai dari diri sendiri. Ketika kita terbiasa membaca, maka kemampuan literasi kita akan meningkat. Sedangkan, upaya dari luar adalah berupa upaya secara kolektif/ bersama-sama contohnya mengikuti komunitas pecinta buku.

Kegiatan Seminar Nasional ini disiapkan dalam waktu 3 bulan dengan beberapa kendala, diantaranya adalah Birokrasi kampus yang terbilang cukup ribet karena ada miskomunikasi, sehingga ada beberapa berkas yang sudah jadi, namun harus direvisi ulang. Meskipun diwarnai kendala, namun kegiatan Seminar Nasional yang bersifat gratis ini berjalan dengan lancar. Di akhir wawancara, Rizki juga menuturkan harapannya, “Walaupun kita sudah berada di era digital, kita tidak melupakan hal-hal dasar, seperti membaca buku karena itu bermanfaat sekali untuk kita dalam mengelola informasi”.

Reporter: Tia Elvia dan Theda
Penulis: Tia Elvia dan Theda
Penyunting: Jihan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *