Baru-baru ini, acara Clash of Champions, sebuah game show yang menampilkan 40 mahasiswa berprestasi dari berbagai kampus ternama di Indonesia dan luar negeri, mendapat kritikan tajam dari sejumlah netizen Indonesia. Kritikan ini, tersebar luas di media sosial, seperti Twitter, Instagram, dan Facebook, mengungkap sebuah fenomena sosial yang mengkhawatirkan, yaitu crab mentality di masyarakat kita.
Crab mentality adalah sikap seseorang yang tidak ingin melihat orang lain lebih sukses. Fenomena ini sering digambarkan seperti kepiting dalam keranjang yang saling menarik satu sama lain agar tidak ada yang bisa keluar. Hal tersebut sangat terlihat dalam komentar-komentar negatif yang diarahkan kepada peserta, juri, dan format acara. Contoh nyata dari crab mentality terlihat pada netizen yang menghujat peserta dengan komentar seperti “Ah, dia cuma beruntung,” “Dia nggak pantas jadi juara,” atau “Kenapa sih, anak kuliah suka sombong seolah kami yang gak kuliah lebih rendah dari mereka? Minimal kalau berpendidikan gak usahlah pamer nonton beginian seakan pamer lagi kuliah.” Komentar-komentar ini tidak hanya meremehkan usaha dan prestasi peserta, tetapi juga mencerminkan sikap negatif dan iri hati yang menghambat kemajuan individu maupun masyarakat.
Penyebab crab mentality ini cukup kompleks. Faktor sosial dan budaya berperan penting dalam menyebarnya sikap ini di masyarakat. Ketidaksetaraan sosial dan ekonomi membuat beberapa orang merasa iri terhadap keberhasilan orang lain, karena merasa posisinya terancam. Selain itu, kurangnya pendidikan tentang pentingnya mengapresiasi prestasi orang lain juga memperburuk keadaan. Anonimitas dan kemudahan berkomentar negatif di media sosial juga makin memperparah kondisi ini, karena orang-orang merasa dapat mengungkapkan kritik tanpa memikirkan konsekuensinya, sebab akun yang digunakannya bersifat anonim atau akun palsu.
Dampak negatif dari crab mentality sangat besar, baik bagi individu, komunitas, maupun masyarakat secara keseluruhan. Individu yang menjadi target kritik dapat kehilangan motivasi dan semangat untuk berkembang. Dampak ini tidak hanya merugikan individu tersebut secara pribadi, tetapi juga menghambat pengembangan potensi yang dapat memberikan kontribusi positif bagi masyarakat. Di tingkat komunitas, sikap crab mentality menghalangi kolaborasi dan dukungan yang seharusnya mendukung pertumbuhan bersama. Sementara itu, di tingkat sosial, fenomena ini memperkuat sikap pesimis dan mentalitas negatif yang menghambat kemajuan bersama.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan langkah-langkah yang konkret. Pendidikan menjadi kunci utamanya, untuk mengajarkan pentingnya mendukung dan menghargai sesama sejak dini, sehingga dapat membentuk pola pikir yang lebih positif. Selain itu, kampanye penggunaan media sosial untuk menyebarkan energi positif juga sangat penting. Tokoh-tokoh publik, termasuk selebriti dan pemimpin opini, memiliki peran besar dalam memberikan contoh baik dalam menghargai prestasi orang lain. Mereka dapat menjadi role model yang menunjukkan bahwa mendukung dan mengapresiasi keberhasilan orang lain adalah sesuatu yang patut dibanggakan.
Selain pendidikan formal, masyarakat juga perlu didorong untuk lebih aktif dalam berbagai kegiatan yang memupuk rasa solidaritas dan empati. Program-program komunitas, workshop, dan seminar yang fokus pada pengembangan diri dan pengakuan terhadap prestasi orang lain dapat menjadi langkah efektif untuk mengurangi crab mentality. Media juga memiliki peran penting dalam membangun narasi positif dan mendorong masyarakat untuk saling menghargai.
Dengan adanya acara Clash of Champions ini, diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat Indonesia untuk terus belajar dan meningkatkan kemampuan mereka, menunjukkan bahwa prestasi tidak hanya terbatas pada IPK atau prestasi akademis, tetapi juga pada kemampuan dan kreativitas dalam menyelesaikan berbagai tantangan. Acara ini juga diharapkan dapat memperkuat komunitas pendidikan di Indonesia dan memberikan wawasan serta inspirasi kepada para anak muda penerus bangsa, sembari menjadi acara yang menarik dan bermanfaat bagi penonton.
Namun, untuk benar-benar mencapai tujuan ini, masyarakat perlu bekerja sama dalam menciptakan lingkungan yang mendukung. Kita harus mulai dari diri sendiri dengan menghargai usaha dan keberhasilan orang lain, serta menghindari sikap negatif yang dapat merugikan orang lain dan diri sendiri. Masyarakat yang saling mendukung akan lebih mampu menciptakan inovasi dan kemajuan yang berkelanjutan.
Dengan adanya kritikan terhadap acara Clash of Champions ini, mencerminkan bahwa crab mentality masih ada di masyarakat kita. Untuk maju sebagai bangsa, kita perlu mengubah pola pikir ini dan mulai mendukung serta mengapresiasi prestasi orang lain. Hanya dengan cara ini kita dapat maju dan berkembang sebagai masyarakat yang lebih baik. Mari kita bersama-sama memerangi crab mentality dengan menjadi lebih positif dan mendukung satu sama lain. Dengan demikian, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan produktif, di mana setiap individu merasa dihargai dan termotivasi untuk mencapai yang terbaik. Acara seperti Clash of Champions seharusnya menjadi ajang untuk merayakan prestasi dan inspirasi, bukan ajang untuk mencela dan merendahkan.
Penulis: Shafira Zalwa
Penyunting: Tiara Meidiani Putri
Ilustrator: Shakila