Gemercik News–Universitas Siliwangi (23/04). Keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan organisasi menjadi aspek penting dalam membentuk karakter yang kritis dan berintegritas. Menurut Faisal Fadilla Noorikhsan, S.Sos., M.Si., dosen Jurusan Ilmu Politik (Ilpol), Fakultas Ilmu Politik, Universitas Siliwangi (Unsil), menilai bahwa keterlibatan mahasiswa dalam organisasi dapat menjadi wadah dalam mengimplementasikan nilai dan teori dalam perkuliahan.
“Sekarang orientasinya lebih ke dalam. Istilahnya, seperti kita teriak tapi yang dengar hanya yang di dalam organisasi saja. Penting untuk ikut organisasi entah itu internal atau eksternal dan merupakan tempat mahasiswa menunjukkan eksistensinya di masyarakat,” ucap Faisal kepada Gemercik pada Senin (21/04).
Faisal menekankan pentingnya nilai-nilai etis dan prinsip ideologis dalam organisasi mahasiswa. Terutama seorang aktivis organisasi yang harus dibekali sikap kritis dan kemampuan berpikir mandiri yang hanya bisa diperoleh melalui proses membaca, berdiskusi, dan menulis.
“Tak akan lahir sikap kritis kalau tidak dibarengi dengan proses intelektual, dan yang tak kalah penting adalah independensi atau kejelasan sikap yang dibangun lewat argumen yang kuat,” tutur Faisal.
Selanjutnya, Faisal menganggap kampus sebagai miniatur negara untuk menjelaskan pentingnya demokrasi dalam organisasi. Namun, peran dasar yang dimiliki tidak berubah, kampus tetap sebagai ruang penting bagi mahasiswa untuk mengaktualisasikan setiap teori dan konsep yang diterima di ruang kelas.
“Kampus adalah miniatur negara. Demokrasi harus hadir, baik dalam struktur maupun aktivitasnya. Sebenarnya, perannya itu sama sebagai wahana untuk aktualisasi nilai dan teori sebagai eksistensi mahasiswa,” ujar Faisal.
Kemudian, menurut Faisal, dengan perkembangan teknologi dan perubahan sosial seharusnya dapat mempermudah komunikasi, koordinasi, dan kaderisasi. Faisal juga menambahkan bahwa nilai demokratis harus benar-benar dijalankan oleh setiap mahasiswa dalam bentuk perilaku, proses pengambilan keputusan, serta mekanisme internal organisasi.
“Tetapi, tidak semua anggota merespons kemudahan teknologi dengan cara yang sama. Padahal, ini bisa menjadi sarana untuk memperkuat koordinasi dan menumbuhkan nilai-nilai positif. Harus selaras antara yang dipikirkan, diucapkan, dan dilakukan,” jelas Faisal.
Terakhir, Faisal melihat tantangan utama mahasiswa saat ini adalah bagaimana mengatur waktu dan menjaga semangat juang. Faisal menyimpulkan bahwa manajemen waktu menjadi kunci utama agar mahasiswa bisa menjalankan peran akademik dan organisasi secara seimbang.
Reporter: Dista Chandra Kirana, Dhanti Trioktaviani, dan Rizkia Hanum Amini.
Penulis: Annisa Dwi
Penyunting: Fitra Novitasari