Oleh: Tia Elvia
Spotlight effect sudah lama dikenal dalam ilmu psikologi sejak tahun 2000 silam. Thomas Gilovich, Victoria Husted Medvec, dan Kenneth Savitsky dalam penelitian mereka yang berjudul, “The spotlight effect in social judgment: An egocentric bias in estimates of the salience of one’s own actions and appearance”, menyebutkan bahwa spotlight effect terjadi ketika seseorang terlalu fokus pada penilaian orang lain terhadap dirinya. Seseorang yang mengalami spotlight effect berpikir bahwa, orang lain memperhatikan dirinya setiap saat dan berpikir mereka selalu memperhatikan kesalahan atau kekurangannya. Spotlight effect ini biasanya juga terjadi pada orang yang terlalu sadar akan kekurangannya, namun belum menyadari bahwa perspektif tentang dirinya tentu tidak akan selalu sama dengan perspektif orang lain.
Spotlight effect akan berdampak buruk terhadap seseorang yang mengalaminya, seperti dapat menimbulkan kecemasan serta ketakutan dan mengganggu kenyamanan bersosialisasi. Misalnya, ketika ditugaskan untuk melakukan presentasi di depan banyak orang dan tanpa sengaja melakukan kesalahan, orang dengan gangguan spotlight effect cenderung akan berpikir bahwa setiap orang yang menyaksikan presentasinya, akan berpikiran buruk dan menganggapnya tidak kompeten. Padahal, nyatanya mereka tidak mempermasalahkan hal tersebut, karena mereka menganggap itu adalah hal yang wajar. Bahkan, beberapa orang tidak menyadari ataupun lupa dengan kesalahan tersebut.
Banyak orang beranggapan bahwa kecemasan ini masih normal, namun pada kenyatannya hal ini berdampak pada kecemasan sosial. Spotlight effect biasanya memiliki dampak yang berbeda-beda bagi setiap orang, namun jika hal ini tidak segera diatasi dapat menyebabkan seseorang mengalami social phobia, yaitu ketakutan dan kecemasan untuk dikritik serta diperhatikan. Social phobia berdampak lebih buruk dari sekedar rasa takut, gugup, ataupun cemas. Social phobia juga mendorong kita untuk bereaksi berlebihan terhadap apa yang ada dipikiran kita . Melalui rasa cemas, takut, ataupun gugup kita mungkin masih bisa berpikir rasional bahwa pemikiran kita tidak sepenuhnya sejalan dengan pendapat orang lain, namun sayangnya kita tidak mampu merubah bagaimana kita berhenti untuk terus berprasangka buruk tentang diri kita sendiri.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi spotlight effect. Salah satunya adalah dengan memupuk kepercayaan diri dan berhenti fokus pada penilaian orang lain terhadap diri sendiri. Cobalah untuk berpikir bahwa tidak banyak orang yang memperhatikan tampilan fisik, kesalahan, ataupun kekurangan kita, karena setiap individu memiliki dunianya sendiri dan fokus pada urusan masing-masing. Jika cara ini tidak berhasil, kita dapat mencoba berkonsultasi pada tenaga professional untuk mendapatkan pelatihan kepercayaan diri dan terapi perilaku kognitif. Melalui bantuan terapi kognitif, kita akan dilatih untuk memperbaiki dan mengelola pola pikir negatif sehingga membantu mengembalikan kepercayaan diri dan mengurangi rasa cemas, takut, ataupun malu.
Spotlight effect mungkin sulit untuk sepenuhnya dihindari, namun melalui sikap aware dan menyadari efeknya juga merupakan salah satu perwujudan kita untuk mencoba menghindarinya. Jika dihadapkan pada situasi yang membuat diri kita menyesal atau merasa kurang maksimal, cobalah untuk menilai situasi tersebut secara realistis dan berpikir secara rasional seberapa besar kemungkinan orang lain akan menyadari dan memperhatikan kesalahan kita. Sebisa mungkin, kita harus mencoba berasumsi bahwa kita terlalu berlebihan tentang seberapa besar kepedulian orang lain terhadap kekurangan yang ada pada diri kita. Karena umumnya, orang lain tidak pernah peduli dengan hal yang kita khawatirkan dan mereka tidak mungkin mengingatnya sepanjang waktu. So, try to look yourself from different perspectives.
Penyunting: Aneu Rizky Yuliana