Gemercik News-Bandung (08/10). Ribuan Mahasiswa menggelar aksi tolak Omnibus Law di DPRD Provinsi Jawa Barat berakhir ricuh. Aksi ini digelar oleh beberapa kampus yang terhimpun dalam mahasiswa Jawa Barat. Kericuhan ini dimulai dengan pelemparan barang ke dalam gedung dan petasan oleh masa aksi.

Kemudian masa aksi memaksa masuk ke dalam gerbang sebelah kanan yang terbuka, dan kepolisian mengejar masa aksi yang berhamburan. Kepolisian menembaki gas air mata pada masa aksi dan membentuk barikade keamanan yang maju menuju Gedung Sate. Masa aksi berhasil dipukul mundur oleh pihak kepolisian. Oknum masa aksi yang diduga menjadi provokator ditangkap oleh kepolisian dan diamankan di dalam Gedung Sate.

Masa aksi dievakuasi ke dalam kampus Unpas, baik yang menjadi korban ataupun tidak. Pukul 21:20 WIB kepolisian datang menembaki mahasiswa yang sedang beristirahat di dalam kampus dengan gas air mata. Sebelumnya kepolisian telah menyisir jalan untuk menangkap oknum masa aksi yang diduga provokator dan menembaki gas air mata sepanjang jalan. Pasca penembakan gas air mata di kampus Unpas tersebut, beberapa korban berjatuhan. Pada kericuhan aksi sebelumnya, memang sudah ada korban yang dievakuasi dan beberapa mengalami luka berat seperti kepala yang bocor. Korban yang mengalami luka berat ini dilarikan ke rumah sakit terdekat.

Dari data yang dihimpun Tim Gemercik Media terkahir, terkonfirmasi ada 132 jumlah korban pada aksi. Korban-korban tersebut merupakan korban yang mengalami sesak setelah tembakan gas air mata di dalam kampus Unpas dan korban yang berjatuhan pada kericuhan aksi di Gedung DPRD. Korban di evakuasi oleh tim KSR dari Unpas. Menurut Widia Ayu Rizkia selaku Komandan KSR Unpas, evakuasi membludak pukul 17:00 WIB sampai puk 18:00 WIB, korban dievakuasi di dalam kampus dan ditangani langsung oleh tim KSR Unpas.

“Membludak sekitar jam 5:00, jam 6:00-an udah mulai membludak banget. Emang pas awalnya evakuasi kita stand by di markas sini aja kemudian kita pindahin ke plaza biar lebih luas juga,” tutur Widia.

Bersama timnya, Widia membentuk teknis evakuasi dengan stand by di kampus dan menyiapkan tandu di depan untuk memudahkan evakuasi korban.

“Teknis evakuasinya sendiri kita ada tim stand by yang megang tandu. Jadi, kalo misalnya ada yang pingsan dan sebagainya kita sudah megang tandu di depan pada disimpan ke atas,” tambah Widia.

Korban ini banyak yang mengalami sesak karena lemparan gas air mata dan ada korban yang mengalami luka tembak oleh peluru karet.

“Kebanyakan sesak, kena gas air mata jadi matanya perih. Kebanyakan keinjek, kena pukul jadi badannya sakit-sakit sama ada yang kena peluru juga peluru karet. Ada yang kena pinggang belakang, kakinya sampai ngga bisa jalan kena peluru karet.” Tutup Widia.

Reporter: Nurul, Dela, dan Ainun

Penulis: Nurul

Penyunting: Rini