Gemercik News-Tasikmalaya (29/10). Pengamat politik senior Indonesia, Rocky Gerung sebut tak berguna memprediksi pemilihan umum (pemilu) di 2024, menurutnya Jokowi sendiri pun telah menganggap di tahun 2023 akan ada badai besar.

“Jadi pasti ga ada gunanya memprediksi pemilu di 2024,” pungkasnya usai mengisi Diskursus dan Mimbar Bebas di Universitas Siliwangi (28/10).

Ia juga menganggap tak ada gunanya lagi hasil survei elektabilitas yang telah dikeluarkan oleh lembaga survei, sebab siapapun calon yang muncul dari lembaga survei itu telah dibiayai hasil surveinya oleh oligarki.

“dagelan betul itu, hanya dagelan dan konyolan,” jelasnya.

Menurutnya tidak ada lembaga survei yang jujur, sebab tak ada yang mengaku dari mana uang sebanyak 2 miliar yang biasa digunakan untuk survei. Sebutnya, uang tersebut hasil titipan para oligarki untuk menyurvei tokoh yang mereka senangi..

“Jadi pemimpin itu bukan hanya sekedar lolos survei elektabilitas, tapi nomor satu dia harus lolos etikabilitas atau moralitas, nomer dua dia mesti lolos intelektualitas supaya dia mampu dengan berbagai pikiran dunia dan baru elektabilitasnya.”  Jelasnya.

Ia juga menyebut bahwa lembaga survei tidak mampu menilai etikabilitas dan intelektualitas. Seperti Moh Hatta yang mempunyai kemampuan intelektual, Sultan Sahrir yang mampu berdebat di lingkungan internasional. Menurut Rocky, itulah yang dibutuhkan saat ini, dan jejak itu ada di masa lalu, namun tidak ada di masa sekarang.

Selain itu, Rocky Gerung pun merespons upaya-upaya mahasiswa yang mengkritik kegagalan pemerintahan di era Jokowi, seperti gerakan aksi BEM SI yang dilakukan bertepatan di Hari Sumpah Pemuda, menurutnya hal itu dipengaruhi oleh keinginan untuk mempercepat perubahan agar tidak terlalu lama hidup dalam ketidakpastian.

“Jadi akan ada eskalasi, saya ngerti setiap kali ketemu sama mahasiswa selalu ada niat untuk mempercepat perubahan,” ujarnya.

Dikenal sebagai tokoh yang kerap mengkritiki pemerintah, Rocky juga menanggapi kritik BEM UI yang menjadi polemik dengan menilai pemerintahan saat ini telah gagal. Ia menganggap kritik tersebut sebagai kejujuran.

 “Saya tahu jalan pikiran BEM UI, mereka sering diskusi dengan saya dan mungkin itu yang orang tunggu jadi kejujuran dari BEM UI untuk mengatakan pemerintah itu gagal, karena itu dikasih skor ipk 1,7 segala macam itu kan tradisi,” ujarnya.

Penulis: Aidiyah Fitri Zahro dan Lita Nuraeni

Reporter: Lita Nuraeni, Dedeh Sukmawati, Aurel Abigail Azwar