SASTRA MUDA

Mencintai Dia yang Memang Cinta Sejati Ku

Kehidupan berdebu, cinta yang menggebu, rasa yang beradu, rintih pekat yang kerap ku rasa tiap kali melihat wajahnya. Deskripsi yang teramat dalam ketika kami saling beradu pandang. Mereka bilang kami saling mencintai. Cinta yang tidak menutup mata dari rasa cinta terhadap yang selain Dia. Bambina Felichita dan Nova Travata.
Bambina felichita adalah wanita yang terlahir dengan borok diseluruh ulu hatinya. Dia adalah aku, aku yang sampai saat ini belum bisa menyembuhkan borok itu. Ibu dan ayahku yang entah pergi kemana, nenek yang selama ini mengurusku telah meninggal, sahabat yang menghianatiku, dan kekasih yang melempariku dengan batu.
Tuhan……. Apakah dulu aku pernah mengingat-Mu ?
FLASH BACK
**
Ketika matahari mengintip diantara celah daun berembun, menyisakan sembam bekas begadang malam itu. Gorden berdebu menutupi penglihatanku, mencoba menggeliat menemukan sorot matahari.
“Oh my ! What the hell am I doing ?”
Rupanya sang tokoh utama terlambat ke kampus. Yah, setidaknya aku menjadi tokoh utama dalam kehidupanku sendiri. Ratu dalam istanaku. Mungkin karena itulah aku lebih menyukai tinggal dalam fantasi yang tak kan pernah terwujud itu. Layaknya bunga mawar yang telah layu, hampir mati, dan dimakan ulat, batangku condong hampir menyentuh tanah, tapi aku tak pernah dikubur ataupun dibakar. Mereka sengaja menyiksaku hingga mengguncang seluruh indera di tubuhku. I am alone, I am fine. 
“Good morning, class ! What a great day. Isn’t it ?” 
Tak seperti biasanya, Bu Arlita terlihat lebih ceria dari sebelumnya.
“Ibu punya seseorang untuk kalian.”
Sejenak kelas menjadi hening seperti tengah memikirkan sesuatu, dan seperti bom waktu yang akan meledak tepat waktu, kelas menjadi tiba-tiba ricuh.
Nova travata, seorang pria hitam manis yang mungkin hanya aku saja yang menyadarinya, tak punya sama sekali tampang artis bahkan jauh dari klasifikasi pria tampan di Indonesia, tapi entah kenapa aku tertarik dengan kekurangannya. Dengan banyak hal kebetulan yang telah Tuhan takdirkan, kami mulai saling menemukan. Melihat dunia dari sisi lain menyadarkanku betapa Tuhan telah menyembunyikannya selama ini. Do I find my place God ? With him ?





***